Rabu, 25 Februari 2009

Alhamdulillah , bunda dapat hadiah USB


Hari ini bunda baru saja masuk bekerja kembali setelah 2 hari bunda off, karena Indidut sakit muntah2 dan diare. Lelah dan cape bunda terobati. Hasil jerih payah bunda tidak sia-sia juga karena sudah melahap buku MISSION INI POSSIBLE penulis Misbahul Huda.
Makasih Pak Arifin yang telah menghadiahi bunda buku yang sangat berharga ini menambah spritualitas kerja bunda. Dan Juga Pak Hengky yang sudah membedah buku ini dengan baik sehingga mudah bunda cerna juga oleh audiennya lainnya..
Berkat doa anak2 bunda yang sholehah, bunda merasa dapat reward dari teman-teman di segmen 1 UNER 5. Alhamdulillah, bunda panjatkan puji syuku pada Allah atas prestasi rekan-rekan segmen 1.
Bunda percaya hadiah ini sebagai pembuka rejeki yang lain amin. USB ini sangat bermanfaat buat bunda terutama bunda pernah menemani Pak Dwi SAM melakukan misi yang POSSIBLE, karena bunda terinspirasi dengan judul buku ini.


Read More..

Jumat, 20 Februari 2009

Antivirus Paling Ampuh Untuk anak-anak.


Komunikasi adalah program anti virus yang ampuh. Berkomunikasilah dengan bahasa kasih sayang dan pengawasan yang tidak menggunakan cara instan dan kekerasan.
Berikan lagi & lagi, dua telinga untuk mendengarkan hati mereka, terutama dalam saat-saat sulit mereka. Berikanlah seluruh hati, jangan separuh dan jangan lawan teknologi dengan akal. Tetapi dampingilah dengan nurani, berbahasalah dengan hati. Dan selalalulah menyangkutkan segala hal sekait teknologi dengan bukti kekuasaan ALLAH. Berikanlah bukti-bukti yang masuk di nalar dan menggetarkan dada mereka.
Ketahanan keluarga dari ekses budaya lintas segala ini hanyalah kedekatan hati. Tak ada yang lain. Kita boleh melek teknologi , tapi kita tidak boleh buta dari kedahsyatan kekuatan hati nurani yang memang derajatnya jauh melampui kehebatan teknologi apapun.
Jika anak kita terlanjur jadi pecandu internet pada sisi buruknya, apapun bentuknya, tolonglah mereka dengan memperbaiki kualitas hubungan, mengembangkan minat dan bakat lain. Dan benam-kuburkanlah kebencian kita pada kelalaian dan kegagalan kita seolah kita gagal mendidik mereka.Tidak. Kita masih punya waktu! Tidak ada kata menyerah dan kita yakin, kemenangan itu di ujung, bukan di depan. Kita Yakin.
(Dikutip dari Bunda Neno)
Read More..

Kamis, 12 Februari 2009

SUKSES KERJA, KELUARGA DAN AGAMA



Sukses yang paripurna harus meliputi tiga pilar: sukses keluarga, sukses profesi di perusahaan dan sukses di hadapan Allah.
Pelbagai teori sosial yang memotret jati diri manusia, selalu memiliki tiga wilayah (posisi) di dalam hidupnya, yaitu sebagai makhluk individu, mahluk sosial dan mahluk religi.
Ketiga lanscape manusia tadi merupakan naluri dasar manusia yang menuntut untuk dipenuhi kebutuhannya. Menuntut untuk dipuaskan, jika tidak ada kehampaan di tengah keserba-adaan. Harus dipenuhi kebutuhannya dengan seksama dan bersama-sama. Sukses pada ketiga landscape itulah yang disebut The Holistic Succes atau sukses yang paripurna.
Dalam sejarahnya, urusan keluarga adalah landscape yang paling sering terabaikan dan tak banyak mendapat perhatian. Padahal, belakangan entitas keluarga mulai banyak mendapat sorotan. Pergeseran ego-sentris menjadi family-sentris ini sehingga banyak yang menyayangkan jika ada tokoh sukses yang tersandung masalah anak(keluarga). Sukses profesi seolah sia-sia, tatkala melihat keluarganya porak poranda, anak-anak salah asuh, kecanduan narkoba, keluarga yang tanpa harapan(hopeless). Opini publik seolah menyatakan bahwa sukses personal tak ada artinya jika gagal mengantarkan sukses keluarga.
Karena itu sukses profesi dan personal harus juga tercermin dalam kemampuannya mengantar suksesi keluarga. Jika keseimbangan itu terjadi, maka hidup terasa lebih hidup dan indah.
Keseimbangan urusan perusahaan dan kepentingan keluarga mutlak diperlukan, disini banyak keluarga kedodoran. Disaat si Bapak amat sibuk, peran, tugas dan pemberdayaan ibu menjadi amat strategis. Namun kebanyakan hanya pembagian tugas, tidak memberikan kepercayaan penuh dan ibupun tidak mempunyai komitmen penuh pada pendidikan anak-anaknya.
Perhatian orang tua sering disalahfahami sebagai kesanggupan untuk memberi dan membeli apa saja demi sukses anaknya. Yang ternyata pada prakteknya, hal itu tidak sepenuhnya benar. Karena komitmen model itu hanya melahirkan anak mama yang manja kontra-edukatif dan tak tahan menghadapi tantangan.
Komitmen yang saya maksudkan justru ketegasan untuk mengantarkan anak-anak dengan integrity, responsibility, emphaty.
Menanamkan integrity(kejujuran), meskipun untuk itu harus dibayar dengan mengulang test/ujian misalnya, menanamkan kejujuran meski harus hidup penuh kesederhanaan dan keprihatinan.
Berkenaan dengan tanggungjawab (responsibility), terlalu banyak orangtua kelas menengah yang mengabaikan tanggungjawab individual anak dan mengalihkannya kepada oranglain.
Model pendidikan yang dikemas dengan penuh kompetisi, juga menghasilkan anak-anak yang tumbuh miskin dengan empaty. Yang terjadi belakangan adalah saling mengalahkan, 'membunuh' dan menjatuhkan bukan saling tolong menolong dalam perbuatan baik dan kebajikan.
Saya kira semua orangtua akan berpendapat sama, bahwa sehebat dan sesukses apapun dalam profesi, tak ada yang lebih membanggakan ketika pulang dari kesibukan bisnisnya disambut anak-anak yang berahlaq dan berprestasi. Inikah Qurrota a'yun yang sering kita panjatkan dalam doa kita?
Keterampilan sukses mengantar suksesi tidak hanya untuk perusahaan, namun juga berlaku untuk keluarga. Membangun komitmen fokus dan tulus pada pendidikan anak, harus ditularkan pada istri.
Sementara belajar keras dan cerdas harus ditanamkan ke anak-anak, seperti kultum yang sering saya pesankan saat usai sholat jamaah,"Anak-anak, keraslah pada dirimu sendiri, niscaya semesta akan lunak/lembut kepadamu, sebaliknya jika kalian lunak pada diri sendiri(tidak punya disiplin diri), maka semesta akan keras padamu".
(Disalin dari Buku Mission INI Possible. Penulis: Misbahul Huda)
Read More..

Kamis, 05 Februari 2009

Nisa, Putriku sayang






Ketika saya sedang membersih kan mobil, Nisa, sibuk berlari-lari sambil menyebut "ayahku, ayahku.." betapa senangnya Nisa melihat ayahnya yang sedang membersihkan mobil.

Ditengah mirisnya gegap gempita kehidupan, keluarga bahagia seolah gambaran
yang sulit dicapai. pertengkaran, perceraian hampir menghiasi berita yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Apa yang sebenarnya dimasyarakat ini?

Dimasyarakat manapun keluarga merupakan rujukan keberhasilan dan
kebahagiaan. Jika ada orang gagal dalam karier, namun sukses dalam kehidupan
keluarga, maka dia tetap dipandang sukses. Tapi jika ada orang yang gagal
didalam mengurus keluarga namun sukses didalam kariernya maka orang itu
dipandang gagal. Itulah sebabnya peran ayah sebagai teladan dan bunda sebagai
pengayom berperan sebagai figure bagi anak-anaknya sekaligus pondasi didalam
rumah tangga.

Sambil mengelap mobil setelah dicuci, Nisa berlari menghampiri saya sambil mengatakan, "ayahku..ayahku.." Tak kuasa menahan airmata seorang ayah untuk melihat anaknya yang begitu bangga pada ayahnya. Oh..Nisa, Putriku sayang.
Read More..

Selasa, 03 Februari 2009

Athira


Athira
A lhamdulillah bunda diijinkan Allah melahirkan anak

T elah lama bunda nantikan kehadiran ananda sholehah

H alus tutur kata ananda, penyayang, peduli anak yatim

I khlas menemani bunda dalam suka dan duka bersama

R iang gembira menyambut kelahiran Anisa dan Indie

A nanda selalu menyenangkan hati ayah dan bunda.



Karya: Bunda Mekarwaty
Read More..

Semoga Athira mendapat hidayah Allah




Subhanallah saya dikarunia 3 orang putri sholehah oleh Allah swt. Alhamdulillah.


Athira adalah putri kami, Anak sulung kami InsyaAllah pada tanggal 24 November 2009 usianya pas 9 tahun, saya sebagai bunda athira selalu mengajak Tira panggilan akrabnya athira, kemana saja terutama ;mengunjungi panti asuhan,peduli korban gempa dan banjir. Juga melihat petani bercocok tanam harus menunggu 6 bulan sampai menjadi sebutir padi yang siap dipanen.

Saat itu tira belum mempunyai adik, masih sendiri selama 5 tahun, bersama mbak Ima yang mengasuh putri kami anak yatim yang sudah ditinggal ayahnya sejak Ima baru berusia 36 hari. Tira sangat sayang mbak Ima yang telah sabar, mengantar Athira ngaji di TPQ sejak usia 3 tahun. Hari pertama di TPQ ditunggu Mbak Ima.Pada saat masuk TK ditunggu bunda.
Suatu saat ramadhan kami pernah berbuka puasa bersama anak yatim di panti asuhan.Tira menangis ketika seorang yatim putri seusia Athira menyanyikan lagu 'Bunda' ciptaan Melly Goeslaw. Saat itu usia tira baru 5 tahun dengan polosnya ia berkata: "Alhamdulillah aku masih punya bunda, kasihan anak yatim itu, bisa menyanyikan lagu bunda tetapi tidak merasakan kasih sayang bunda".

Tanggal 8 Mei 2008, Omnya Athira yang di jakarta meninggal dunia. Meninggalkan 3 orang anak, Tyas,Ayu dan Bagas. Kepedulian tira terhadap saudaranya yang yatim sangat luar biasa. Saat mereka ke Surabaya tira menjemputnya, dan setelah beberapa lama tinggal di Surabaya banyak hal yang saya saksikan sebagai bundanya, peduli dan sangat menyayangi saudara Yatimnya. Mau berbagi, semangat memberi dan mengambil hikmah.

Bunda, memang belum dapat membahagiakan Tira, Alhamdulillah dengan keprihatinan hidup yang tira alami menambah kasih sayang dan kepedulian juga semangat belajar dan berbagi ilmu dengan saudara dan teman-temannya. Amin. Doa bunda selalu menyertai perjalanan hidup ananda sholehah;"Athira Ananda shafira".















Read More..

Senin, 02 Februari 2009

Saat Ini.......Disini.......




Dalam bukunya “Berjalan Di atas Air”, Anthony de Mello menceritakan kisah berikut.

Seorang prajurit perang tertangkap dan disandera oleh musuhnya, kemudian dijebloskan dalam penjara. Dalam penjara si prajurit tahu bahwa esok hari ia akan mengalami pemeriksaan dan penyiksaan. Bayangan siksaan dan penderitaan yang akan dihadapinya membuat si prajurit gelisah, cemas dan ketakutan, sehingga pada malam itu walaupun ia merasa begitu lelah, ia tidak dapat tidur.
Namun ditengah kegelisahan, kecemasan dan ketakutan itu tiba-tiba ia mendapat ‘insight”. Ia bertanya pada batinnya sendiri, “Kapan aku akan diperiksa dan disiksa ? Besok. Tapi “besok” bukanlah sesuatu yang nyata, sementara yang real, yang sungguh-sungguh nyata adalah yang “saat ini dan disini”.
Dengan kesadaran baru yang menyelimuti dirinya, prajurit itu pun menjadi tenang dan akhirnya dapat tertidur dengan pulas. Siksaan dan penderitaan yang akan dialaminya besok, biarlah menjadi urusan besok, karena besok bukanlah sesuatu yang nyata. Bahkan siapa yang dapat menjamin “besok” pasti datang, bagaimana kalau terjadi kiamat pada tengah malam ini ?
Merenungi kisah diatas, mau tidak mau memaksa kita melihat kembali, bagaimana kita “hidup” sehari-hari. Apakah kita hidup secara real dan secara nyata, dengan senantiasa menyadari dan menghayati setiap detik yang kita alami dalam kehidupan kita, dan senantiasa menyadari penuh apa yang kita alami, dan “dimana” kita berada.
Dalam jaman yang penuh dengan “ketergesaan” saat ini, bukan rahasia lagi, banyak orang yang sebenarnya tidak pernah hidup secara nyata. Mereka memang nampak hidup, tapi bukan disini dan saat ini. Mereka memang hidup, tapi mereka hidup dalam dua pilihan yang sesungguhnya tidak nyata, kalau tidak hidup di masa depan, mereka malah masih hidup dan terikat dimasa lalu.
Anda bisa saja menyaksikan seseorang tengah duduk dan “seolah-olah” menikmati makan siangnya di sebuah meja. Namun kalau anda mampu “melihat” kedalam diri orang itu, pada saat orang itu terlihat tengah makan siang, dalam diri dan pikirannya ternyata ia malah tengah terlibat dalam pertengkaran hebat dengan seseorang 3 bulan yang lalu. Atau sebaliknya, ketika orang itu terlihat tengah makan siang, sesungguhnya pada saat itu dalam diri dan pikirannya ia tengah melakukan presentasi penjualan sebuah produk baru, disebuah meeting yang sesungguhya dijadwalkan 5 minggu yang akan datang.Orang itu memang tengah terlihat tengah makan siang disini dan pada saat ini, tapi pikiran dan jiwanya berada di masa lalu, bahkan dimasa akan datang. Ia memang terlihat sedang makan, namun tidak sedikit pun ia menyadari apa yang tengah ia makan, bagaimana cita rasa makanan itu, bahkan dimana ia tengah duduk menyantap makan siangnya itu. Sehingga ketika orang itu selesai makan, mungkin ia tidak tahu kenapa ia tiba-tiba merasa kenyang.
Inilah model hidup yang umum dialami oleh banyak manusia saat ini. Phisik mereka memang hadir disini dan pada saat ini, tapi pikiran, jiwa dan batinnya “melayang” entah kemana, disuatu tempat yang sesungguhnya tidak nyata.Yang sungguh ironis dan menyedihkan, banyak manusia yang seharusnya dapat hidup damai dan bahagia, disini dan pada saat ini, malah memilih hidup ditempat yang penuh penderitaan dan penyesalan dimasa lalu, atau memilih hidup ditempat yang penuh kecemasan dan kekhawatiran dimasa yang akan datang. Dua tempat dan waktu yang sesungguhnya bukan kenyataan.
Hidup damai dan bahagia, bukanlah khayalan dan fatamorgana. Hidup damai dan bahagia adalah hidup yang dihayatai secara penuh, detik demi detik, sekarang dan disini. It is now and here, neither past nor future.
Salam,
Read More..

Puncak pendakian




Ketika melakukan perjalanan mendaki gunung yang tinggi, seorang guru kebenaran tertawa-tawa penuh kegembiraan, padahal jalan mendaki gunung tersebut begitu menguras tenaga dan sangat melelahkan. Sebaliknya ketika menempuh jalan menuruni gunung yang lebih ringan, ia malah menangis penuh kesedihan.


Murid-murid sang guru yang menyertai perjalanan tersebut sangat keheranan dan menyimpan pertanyaan menyaksikan tingkah laku guru mereka tersebut. Adalah hal yang sangat aneh menurut mereka, pada saat perjalanan mendaki yang sangat melelahkan sang guru tertawa gembira, namun menangis sedih pada saat perjalanan menurun yang lebih ringan.Ketika hal itu mereka tanyakan kepada sang guru, sang guru pun menjawab, ketika jalan mendaki yang berat dan melelahkan, aku berpikir tidak lama lagi kita akan menempuh jalan menurun yang lebih ringan, maka aku pun tertawa-tawa gembira.


Sebaliknya ketika kita dalam perjalanan menurun yang ringan, aku teringat tak lama lagi kita akan menemui jalan mendaki yang melelahkan, makanya aku menangis sedih membayangkan beratnya perjalanan mendaki yang akan kita hadapi.Itulah hidup. Banyak orang mengibaratkannya sebagai sebuah roda. Kadang kita berada di atas, sebaliknya kita pun suatu waktu akan berputar dan menggelinding ke bawah.


Banyak manusia yang begitu bergembira ketika berada di atas. Saking gembiranya, banyak yang lupa, bahwa "atas" hanya merupakan awal dari "bawah". Ketika sudah berada di puncak yang tertinggi, sesungguhnya satu-satunya pilihan yang dimiliki manusia hanyalah turun dan kembali ke bawah.Bawah, sesungguhnya bukanlah keadaan yang mengerikan. Semua kita berasal dari bawah, kemudian secara perlahan-lahan, beringsut dan bergerak naik tahap demi tahap. Ada yang hanya mampu naik seperempat kemudian turun kembali, ada yang mampu naik setengah kemudian turun kembali, dan ada yan beruntung sampai ke puncak, dan tak lama kemudian harus turun kembali.


Atas dan bawah, naik dan turun sesungguhnya irama kehidupan yang sangat alamiah. Semakin kita lentur dan fleksibel mengikutinya, maka irama kehidupan tersebut tak ubahnya buaian kehidupan yang bisa sangat mengasyikkan, jiwa dan batin kita semakin tumbuh dan berkembang bersama ayunannya.


Namun jika kita berkeras dan menolak, mungkin kita akan patah dan remuk digilasnya.Dalam sebuah syairnya, Confusius pernah berujar :


Manusia dilahirkan sebagai bayi yang lemah dan lembut
Kemudian tumbuh menjadi besar dan kuat
Kemudian menjadi dewasa, tua, mati dan kaku;
Fahamilah, sesungguhnya keras dan kaku adalah kawan kematian
Sementara lemah dan lembut adalah sahabat kehidupan.
Read More..

Bunda, Jagalah anak-anakmu Diwaktu Kecil


Sebagian dari para ibu meninggalkan peranannya dalam mendidik anak-anaknya sehingga mendorong anak-anak untuk melakukan penyimpangan dan sikap durhaka terhadap kedua orang tua. Keberhasilan suatu keluarga tergantung peran seorang ibu. Karena itu, apabila seorang ibu dalam satu keluarga termasuk ibu yang baik, maka keluarga tersebut akan menjadi baik semuanya.



Jika seorang ibu dalam satu keluarga termasuk ibu yang jelek perangainya, maka rusaklah rumah tangga tersebut. Disinilah peran penting seorang ibu dalam menddidik dan mencetak keluarga yang baik.
Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan sekali masalah memilih istri yang saleh, yaitu dengan mengutamakan agama dan sifat-sifat yang mulia karena ia nanti akan menjadi seorang ibu yang harus mendidik putra-putrinya.



Allah swt. berfirman,"... Wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)...." (an-Nissa':34).
Istri yang sukses adalah istri yang berkepribadian baik, bertakwa, dan bisa menjaga diri ketika suaminya tidak ada di rumah.
Al-Qurthubi berkata dalam Tafsir-nya, "Maksud ayat tersebut ialah memerintahkan istri untuk taat kepada Allah, melaksanakan kewajibannya dalam menjaga harta dan dirinya ketika suami tidak ada di rumah."
Diriwayatkan dalam Musnad Abi Dawud ath-Thayalisi, dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,



"Sebaik-baik istri adalah ketika kamu ( suami ) memandangnya ia bisa membuat senang terhadapmu, apabila kamu memerintah dia menaatinya, dan apabila kamu tidak ada di rumah maka dia bisa menjaga dirinya dan hartamu." (HR Abu Dawud dalam Sunan-nya bab zakat: 32, dan Ibnu Maajah dalam Sunan-nya bab nikah:5)
Sungguh Rasulullah saw. telah memuji wanita-wanita Quraisy-sebagaimanan pembahasan yang lalu, Mereka mendapat pujian, karena mampu menjaga anak-anak dan menjaga rumah tangga suami-suaminya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Sebaik-baik wanita yang menunggang unta adalah wanita salehah dari kaum quraisy, yaitu wanita yang paling sayang terhadap anaknya ketika masih kecil dan mengikuti kepemimpinan suaminya." (HR Bukhari dalam Shahihnya bab al-Anbiya':46, dan nikah:12 dan Ahmad:2/269)

Ibu adalah madrasah pertama sekaligus guru yang sangat berpengaruh terhadap anak-anaknya. Apabila dia mampu memberikan pendidikan dengan baik dan mengarahkan dengan dasar-dasar keberhasilan maka mereka akan tampil sebagai orang-orang yang mulia yang tidak akan goyah dengan berbagai pengaruh dan situasi.
Sungguh bagus syair berikut,

"Ibu adalah bagaikan madrasah, apabila kamu mempersiapkannya dengan baik maka kamu berarti telah mempersiapkan sebuah bangsa yang mempunyai akar yang baik".
Umar ibnul Khaththab dalam masalah ini juga telah memberikan batasan tentang hak anak, yaitu ketika salah satu anak bertanya kepada dia, "Apa hak anak terhadap ayahnya?" Kemudian Umar menjawab, "Memilihkan ibu yang baik, memberikan nama yang bagus, dan mengajarkan Al-Qur'an."

Utsman bin Affan berkata kepada anak-anaknya, "Wahai anak anakku, orang yang menikah itu bagaikan orang yang menanam, maka seseorang harus memperhatikan di manakah dia harus meletakkan tanamannya karena akar yang jelek itu jarang berbuah maka pilihlah akar yang baik walaupun menunggu untuk beberapa saat."

Wahai para ibu, didiklah dirimu dan anak-anakmu untuk taat kepada Allah swt. dan jagalah mereka jangan sampai jatuh melakukan maksiat dan jangan sampai kamu membiarkan pendidikan mereka di waktu kecil, karena yang demikian itu akan menjadikan anak berbuat durhaka di waktu besarnya.

Janganlah kamu menyibukkan dirimu sendiri dan melalaikan dari memperhatikan mereka. Sebab, apabila hal itu terjadi, maka mereka akan ikut tipu daya setan, teman yang jelek, dan mereka akan melakukan tindakan durhaka. Seperti yang diriwayatkan Rasulullah saw., beliau bersabda, "Cukup bagi seseorang berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya."
Sungguh bagus syair berikut,

"Rumah tangga bisa menjadi rusak dan hampir akan hancur."

"Karena di dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu-ibu yang mempunyai rasa kasih sayang (terhadap anak-anaknya) dan mereka selalu tidak ada di rumah".

"Mereka sering keluar rumah, adakalanya menghadiri pesta-pesta atau didatangi kawannya."

"Mereka membicarakan trend mode terakhir atau selalu begadang malam."

"Anak-anak kita hidup dalam pengasingan yang tidak mempunyai kasih sayang dan tidak mendapat perhatian."

"Mereka tidak mendapatkan belaian kasih sayang seorang ibu sehingga kehidupan mereka menjadi rusak."

Sungguh apabila seorang anak hidup dalam pengasingan, maka ketika mereka berkembang dan kehilangan kasih sayang, belas kasihan dan petunjuk dari kedua orang tua, mereka tidak akan tahu akan makna berbakti terhadap kedua orang tua.
Mereka tidak tahu akan arti ikatan keluarga dan tidak tahu hak-hak orang tua terhadapnya sehingga hubungan mereka dengan dengan orang tua selalu diwarnai dengan perbuatan durhaka terhadap kedua orang tua.
Read More..