Kamis, 02 Agustus 2012

Agar Istri dan Anak Kita Jadi Qurrata A’yun

qurrata 'ayun harus dikawal doa dan pendidikan islami dan berada dalam petunjuk Allah Ta’ala/flickr Oleh: Abu Hudzaifah, Lc “Dan orang orang yang berkata, "Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai qurrata a’yun (penyenang hati kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqan : 74) SETIAP keluarga Muslim senantiasa mengharapkan anggota keluarganya, khususnya istri dan anak-anaknya, menjadi qurrata a’yun. Sebab, anggota keluarga yang memiliki sifat qurrata a’yun akan mampu memberikan warna dan rasa tersendiri bagi anggota keluarga yang lain. Keberadaan anggota yang menjadi qurrata a’yun akan membuahkan ketentraman bagi keluarga yang lain. Yang menjadi pertanyaan sekarang; apa yang dimaksud dengan istilah qurrata a’yun tersebut? Apa dan bagaimana karakter istri dan anak yang memiliki sifat qurrata a’yun yang menjadi idam-idaman setiap keluarga Muslim? Secara mendasar, istilah Qurrata a’yun memiliki dua makna; Pertama, kata qurra bermakna tsabat, ketenangan dan keteguhan. Artinya, istri dan anak yang memiliki sifat qurrata a’yun adalah meraka yang memberikan ketenangan dan keteguhan. Jadi, harapan orang, mereka kelak mereka menjadi wasilah untuk meraih ketenangan jiwa. Kedua, kata qurra memiliki makna yang kedua adalah dingin dan sejuk. Sehingga, makna qurrata a’yun adalah air mata yang menyejukkan dan sebagai pendingin pandangan mata/hati. Ia memiliki makna air mata kesejukan. Sebab, air mata yang dingin dan sejuk yang mengalir dari mata seseorang menunjukkan kesenangan dan kegembiraan. Berbada halnya bila air mata yang mengalir terasa hangat atau panas, maka air mata itu menunjukkan kegelisahan dan kekhawatiran. Harapan seorang ayah, anak dan istrinya menjadi sarana kebahagiaannya yang mampu mengalirkan air mata yang sejuk yang menunjukkan kebahagiaan dan kesenangan. Berkaitan dengan karakter qurrata a’yun yang diidam-idamkan setiap Muslim, sebagian ulama berpendapat, bahwa mereka adalah anggota keluarga yang kita lihat taat dan beribadah hanya kepada Allah Ta’ala. Artinya, anggota keluarga seperti itulah yang mampu menyejukkan dan memberikan ketenangan dalam jiwa kita. Boleh jadi air mata kita akan menetes bahagia saat menyaksikan mereka sebagai orang-orang yang taat dan senantiasa beribadah kepada Allah. Luar bisa, kabahagiaan yang akan menyapa seseorang menyaksikan anak dan istrinya rajin shalat, membaca Al-Quran, bersedekah, dan rutin melaksanakan ibadah dan ketaatan yang lainnya. Ada yang berpendapat, karakter anggota keluarga yang menjadi qurrata a’yun adalah mereka yang mampu mencegah kita agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan dan dosa. Artinya, keberadaan anak dan istri yang mampu memberikan motivasi kepada kita untuk lebih taat beribadah kepada Allah Ta’ala. Sehingga, pandangan mata kita akan menjadi gembira dan senang saat memandang mereka. Subhanallah. Ada yang berpendapat, yang dimaksud dengan anak istri yang menjadi qurrata a’yun bagi kita manaka kala mereka mendapatkan hidayah sehingga memeluk agama Islam. Betapa bahagianya seorang ayah Muslim manakala menyaksikan anggota keluarganya memeluk Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah. Dengan harapan mereka kelak dikumpulkan oleh Allah dalam naungan Islam saat di dunia ini, dan di surga saat memasuki alam akhirat. Allahummastajib. Ada yang berpendapat, anak dan istri yang menjadi qurrata a’yun adalah anak shalih dan istri yang shalihah. Artinya, anak shalih yang mampu memberikan manfaat bagi orang tuanya, baik saat di dunia ini maupun kelak ketika di alam akhirat. Juga, istri yang shalihah adalah penyejuk pandangan bagi suaminya. Karena, istri shalihah akan mampu memberikan ketenangan dan kebahagiaan saat bersama di rumah maupun saat ditinggal dirumah untuk suatu keperluan. Selain dengan memanjatkan doa di atas, untuk meraih dan menjadikan anak istri kita sebagai qurrata a’yun, langkah yang harus kita tempuh adalah mendidik mereka dengan pendidikan islami, memenuhi hak-hak mereka, serta senantiasa mengarahkan mereka agar tetap berada dalam petunjuk Allah Ta’ala. Semoga Allah memudahkan langkah-langkah kita dalam mewujudkan anggota keluarga yang mampu menjadi penentram hati sekaligus penyejuk pandangan mata. Wallahu a’lam bish shawab.* Abu Hudzaifah, Lc adalah penulis buku “30 Inspirasi Keluarga Harmonis” Read More..

Anakku, Lejitkanlah Keberanianmu

Anakku, saat kita melihat saudara-saudara kita di Palestina yang begitu gigih memperjuangkan agama dan tanah airnya, apa yang terlintas dalam benak kita? Saat kita menyaksikan pemuda dan anak-anak Palestina melancarkan aksi intifadhah dengan melemparkan batu-batu melawan tank yang tak henti-hentinya memuntahkan rudal, apa yang terlintas dalam benak kita? Subhanalloh, alangkah beraninya mereka. Dengan persenjataan seadanya mereka tetap bertekad melakukan jihad fi sabilillah, memperjuangkan agama dan tanah airnya dari cengkeraman zionis Israel. Begitulah cermin seorang muslim sejati Anakku, saat kita menyatakan beriman kepada Alloh maka kita harus berani untuk menjalankan konsekuensi-konsekuensi dari keimanan tersebut. Saat kita menyatakan beriman, maka selanjutnya kita harus istiqomah mempertahankan keimanan tersebut. Dan keistiqomahan tersebut hanya bisa dicapai dengan keberanian, optimisme, serta ketenangan. Anakku, sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam kesulitan “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”.(QS. Al Balad:4). Ujian demi ujian akan senantiasa kita hadapi dalam kehidupan ini. Ujian dan kesulitan tersebut hanya bisa kita dobrak dengan keberanian. Oleh karena itu, lejitkanlah keberanianmu. Atasi dan menangkanlah setiap ujian yang diberikan Alloh untuk menaikkan derajatmu. Jangan pernah berharap cobaan akan berhenti dalam kehidupan ini, karena cobaan akan datang silih berganti untuk menguji keimanan, kesabaran, dan kesyukuran kita kepada Alloh SWT. Anakku, penopang yang amat kokoh untuk menguatkan sikap keberanian dalam diri kita adalah dengan memperkuat keyakinan kita akan hal-hal yang ghaib. Seperti yakin akan pertolongan Alloh SWT. Yakin akan malaikat-malaikat-Nya yang senantiasa membantu orang yang memperjuangkan agama Alloh SWT. Begitu pula yakin akan kehidupan akhirat yang ditentukan oleh amal kita semasa di dunia. Jiwa kita tidak boleh luput untuk selalu berinteraksi dengan Alloh SWT agar senantiasa dikuatkan diri dan jiwa dalam mengarungi kehidupan ini. Lawan dari berani adalah takut. Sesungguhnya boleh-boleh saja kita mempunyai rasa takut, namun rasa takut tersebut tidak boleh sampai melampaui rasa takut kita pada Alloh SWT. Ketakutan tersebut harus bisa diatasi, seperti salah seorang sahabat berikut ini. Si Fulan adalah seorang yang penakut, namun justru Rosululloh mengamanahi si Fulan sebagai pembawa panji pada sebuah peperangan. Demi menunaikan amanah tersebut, si Fulan berusaha mengatasi rasa takutnya dengan cara menggali lubang untuk memendam kakinya ke dalam tanah. Sehingga meski dia merasa takut, dia tidak akan bisa lari meninggalkan medan pertempuran. Dia tetap melaksanakan amanah Nabi SAW, hingga akhirnya ia syahid dalam perang tersebut. Sahabat yang lain bernama Abdulloh bin Harits, saat hendak masuk Islam dia mengajukan dua syarat kepada Rosululloh SAW. Yang pertama dia tidak akan berinfaq, alasannya karena terlalu miskin. Sedang yang kedua, dia tidak akan berjihad, alasannya karena dia terlalu penakut. Mendengar persyaratan Abdulloh bin Harits tersebut, Rosululloh SAW menjawab, “Wahai Abdulloh, bila itu kamu syaratkan lalu dengan apa kamu akan masuk syurga?” Maka Abdulloh menandaskan, “Kalau begitu, ya Rosululloh, aku akan berinfaq dan akan berjuang di jalan Alloh SWT.” Begitulah akhirnya Abdullah bin Harits berada di barisan terdepan di jalan dakwah tanpa rasa takut dan lemah. Anakku, ketakutan itu memang harus disiasati. Jika tidak punya rasa takut, kita akan jadi orang yang cenderung berbuat nekad. Namun jika rasa takut itu menjadi berlebihan hingga mengalahkan rasa takut kita kepada Alloh, itu pun juga tidak bagus dan dapat menjerumuskan kita dalam kesyirikan. Keberanian akan terus ada pada diri kita bila kita senantiasa bersabar. Sabar terhadap peristiwa yang kita alami. Karena kesabaran itu merupakan senjata yang ampuh yang memberikan ketahanan menghadapi tekanan berat sekalipun. Dengan kesabaran kita pun dapat membandingkan kejadian yang dirasakan generasi yang lalu dengan yang sedang kita rasakan. Mereka tentu telah mengalami cobaan yang lebih berat ketimbang yang kita alami saat ini. Dengan kesabaran ini kita dapat bertahan dan terus maju melangkah di atas jalan Islam dengan gagah berani. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosululloh saat menasihati Khabbab bin Al Arts yang berkeluh kesah atas beratnya penderitaan yang dialaminya, beliau mengingatkan Khabbab akan perjuangan para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang jauh lebih berat tapi mereka tetap berani dan tabah. Jadi kita bisa memupuk keberanian dan kesabaran dengan berkata, “Ah… cobaan ini belum seberapa dibanding yang pernah dialami orang-orang sholih terdahulu.“ Satu hal yang bisa melejitkan keberanian kita adalah keyakinan akan balasan Alloh. Keyakinan akan balasan dari Alloh berupa pertolongan baik di dunia maupun di akhirat akan membuat kita melupakan hambatan-hambatan yang mungkin kita lalui dalam hidup ini.“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Fushshilat: 30-32). Saat kita berhasil melejitkan keberanian Anakku, maka kita akan memiliki daya tahan yang besar terhadap rintangan dan hambatan. Seorang sahabat bernama Khubaib bin ‘Ady pernah ditawari Abu Sufyan ketika akan dieksekusi mati. “Wahai Hubaib, bagaimana kalau dirimu digantikan oleh Muhammad yang akan menduduki kursi pesakitan itu.” Khubaib menjawab, “Demi Allah yang diriku dalam genggaman-Nya. Aku tidak akan rela bila Muhammad menggantikan diriku begini. Kalau sekiranya aku tahu bahwa Muhammad sekarang ini tertusuk duri, maka aku tidak bisa tenang dan aku beserta keluargaku akan menggantikannya menderita karena tertusuk duri.” Inilah daya tahan yang kuat, berani menanggung beban risiko sendirian dan tidak ingin melibatkan kesulitan dirinya pada saudaranya. Keberanian haruslah menjadi sikap yang melekat dalam diri setiap muslim. Ia adalah identitas pengemban amanah umat untuk bisa menunaikan tugas-tugas yang diusungnya. Wallahu a’lam bishshawwab. Read More..

Perempuan Setegar Batu Karang

Oleh : Hani Fatma Yuniar Dua tahun yang lalu, saya dikejutkan oleh sebuah berita bahagia. Saudari saya, yang saat itu telah genap berusia 25 tahun akhirnya menemukan pendamping hidupnya. Sebuah walimatul urusy yang sederhana pun digelar di kota asalnya, Pekalongan Jawa Tengah. Pernikahan adalah impian semua gadis. Lebih-lebih bagi para gadis yang selama ini begitu hati-hati menjaga pergaulannya dengan lawan jenis. Dan alangkah bahagianya, ketika saat yang dinanti-nantikan itu akhirnya tiba. Alloh memberikan nikmat untuk menyempurnakan separuh agama, membangun peradaban dengan menyemai rumah tangga yang sakinah ma waddah wa rohmah. Tentu kami semua, tak terkecuali saya, turut berbahagia atas anugerah yang dilimpahkan Alloh untuk saudari seperjuangan kami ini. Setelah menikah, pasangan baru ini memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah sederhana di Surabaya. Sang suami bekerja di sebuah lembaga sosial, sedangkan istrinya, saudari kami ini, memilih untuk fokus menjadi ibu rumah tangga saja, mengurus rumah dan kelak menjadi pendidik bagi anak-anak mereka. Seperti layaknya pengantin baru yang lain, hari demi hari dilalui pasangan aktivis ini dengan penuh kebahagiaan. Mereka saling mengisi, saling melengkapi, saling menolong, dan saling mengurangi letih. Segala puji bagi Alloh yang telah menganugerahkan kasih sayang-Nya pada pasangan yang selama ini telah mengabdikan hidupnya di jalan dakwah. Alloh telah mempertemukan mereka dalam ikatan pernikahan yang agung, lewat proses ta’aruf yang singkat oleh kedua belah pihak dan keluarga. Pantaslah jika Alloh berkenan melimpahkan barokah-Nya untuk keluarga baru ini. Namun rupanya kebahagiaan itu tidak lama, ujian demi ujian datang silih berganti menimpa pasangan baru ini. Baru sebulan mengarungi bahtera rumah tangga, sang suami sudah diuji dengan surat PHK dari atasannya. Ujian ini membuat sang suami syock berat, hingga akhirnya jatuh sakit. Setelah diperiksakan ke dokter, rupanya laki-laki ini dideteksi terkena penyakit TBC. Terapi pengobatan secara medis pun ditempuh demi kesembuhan sang kepala keluarga. Alih-alih sembuh, rupanya sakit sang suami kian hari kian parah. Terbaring lemah di Rumah Sakit, rupanya dokter memvonis sang suami terkena radang otak. Sungguh sebuah penyakit yang tak pernah terduga sebelumnya. Laki-laki itu pun mengalami koma selama beberapa hari di Rumah Sakit. Istrinya, saudari kami yang cantik ini, tampak begitu tegar menghadapi ujian yang diberikan Alloh di awal pernikahan mereka. Saat para sahabat mengunjungi dan menanyakan kabarnya, dia justru meminta maaf karena sementara tak bisa membantu mengkoordinir ta’lim rutin ibu-ibu di daerah kami yang semula menjadi tanggung jawabnya. Sementara itu, sang suami tak juga kunjung sembuh. Istrinya makin khawatir, hatinya diliputi perasaan cemas, disergap perasaan takut kehilangan sang belahan jiwa yang baru satu bulan mengisi hari-harinya dengan warna cinta. Dengan segala kesabaran, ketegaran, dan ketelatenan, dia menunggui dan merawat suaminya sepanjang hari. Dia tetap berharap, meski sang suami tak kunjung terjaga membuka matanya. Dia bacakan ayat suci Al Qur’an di telinga sang suami, dia panjatkan do’a setiap saat demi kesembuhan suami tercintanya. Hingga suatu malam, sang istri bermunajat kepada Alloh. Sambil menguatkan jiwa dan raganya, dia pasrahkan segala harapnya kepada Alloh, seandainya kesembuhan adalah takdir yang terbaik untuk suaminya, maka dia memohon kepada Alloh agar dimudahkan jalan kesembuhan bagi suaminya itu. Namun, jika Alloh berkehendak lain, maka dia pun tak kuasa untuk memaksa, dia akan berusaha untuk mengikhlaskan kepergian sang suami, meskipun hal itu berat, sangat berat. Tak lama setelah sang istri memasrahkan harapannya, Alloh pun memberikan keputusan-Nya. Kondisi sang suami makin kritis, sakarotul maut makin dekat, dan malaikat Izroil diutus oleh Alloh untuk menjemput ruh laki-laki sholih itu. Lelaki itu pun syahid dengan tenang menghadap Sang Pencipta. Sang istri tak kuasa membendung air matanya. Pedih rasa hatinya menanggung musibah sepilu ini. Namun dia tetap tegar dan menyerahkan segalanya kepada Alloh. Dia berusaha untuk ikhlas. Sejak kepergian suaminya, saudari kami ini tetap tinggal di rumah kontrakannya. Sahabat-sahabatnya tak ada yang membiarkannya melewatkan malam sendirian, satu per satu, secara bergiliran mereka menginap dan menemaninya di rumah kontrakan itu. Sehari-harinya perempuan tegar ini menghabiskan waktunya dengan mengajar TK dan TPA. Dia juga berusaha mengasah jiwa entrepreneurnya dengan berjualan cokelat buatan tangannya sendiri. Sesekali kami turut membantunya, memasarkan cokelat-cokelat itu. Dia pun tetap seperti dulu, tak berkurang semangatnya untuk berdakwah bersama kami, tenggelam dalam aneka kegiatan sosial dan keagamaan. Subhanalloh, kami selalu terinspirasi dengan kesabaran, ketegaran, dan keikhlasan hati perempuan sholihah ini. Kami selalu mendoakan agar Alloh berkenan memberikan pengganti atas pendamping hidupnya yang telah berpulang ke rohmatulloh. Segala puji bagi Alloh, kabar gembira itu pun akhirnya datang juga. Beberapa saat yang lalu perempuan ini berkirim SMS dengan saya. Seorang laki-laki sholih telah datang untuk meminangnya. Laki-laki itu tidak mengenalnya, namun dia adalah sahabat dekat dari suaminya yang terdahulu. Perempuan ini sempat bertanya kepada saya, mengapa ada orang yang mau menikah dengan seorang janda seperti saya, bukankah masih banyak gadis-gadis lain yang masih perawan. “Karena mbak seorang perempuan sholihah yang telah teruji kesabaran, ketegaran, keikhlasan, dan kematangannya”, jawab saya waktu itu. Bukankah Khadijah RA juga seorang janda, dan hal itu sama sekali tidak mengurangi kemuliaannya. Justru dengan kelebihannya itu Alloh menjodohkannya dengan sebaik-baik manusia di dunia ini, Rosululloh Muhammad SAW. Barokallohulaka wa barokallohu alaika wa jama’a bainakuma fii khoirin, selamat menempuh hidup baru untuk kedua saudara kami yang berbahagia. Mudah-mudahan Alloh mentakdirkan rumah tangga kalian dalam sakinah, ma waddah, wa rohmah fii dunya wal akhirat… Menulis kisah ini mengingatkan saya pada sabda Rosululloh SAW, bahwasanya ”Jika Alloh mencintai seorang hamba maka Alloh berikan cobaan baginya. Dan jika Alloh mencintainya dengan kecintaan yang sangat maka Alloh akan mengujinya…” Namun jangan bersedih, karena“…kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” (QS Adh-Dhuha [93]: 5)”. Jadi janganlah pernah menyerah dan putus asa, tetaplah berjuang tanpa kenal lelah dalam menapaki kehidupan ini, hingga kelak Alloh memuliakan kita dengan syurga-Nya. Wallohu a’lam bisshowab. Read More..

Memetik Kebaikan

Oleh : Hani Fatma Yuniar Malam kali ini begitu dingin, sejak sore tadi kota Surabaya telah basah diguyur hujan, tidak begitu deras namun menyisakan rintik-rintik yang masih awet, tak kunjung reda hingga malam menjelang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00, tapi anak sulung Bunda belum juga kelihatan batang hidungnya. Terakhir berkirim sms tadi, katamu acara baksos sudah selesai sejak isya', tapi panitia putra harus kembali ke sekolah, mengembalikan properti milik sekolah yang digunakan untuk keperluan baksos hari ini. “Insya Alloh aku sampe rumah jam 21.00 Bunda”, jawabmu saat Bunda menanyakan jam kepulanganmu. Nak, Bunda bangga sekali padamu. Bunda tidak keberatan kamu pulang agak malam, sejauh aktivitasmu bermanfaat untuk umat. Bunda percaya, anak Bunda tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan orangtuanya. Bunda percaya, segala aktivitas yang kamu lakukan pasti positif, dan Bunda merasa tenang karena kamu selalu mengkomunikasikan aktivitasmu pada kami, kedua orangtuamu. Bakti sosial kali ini, setahu Bunda sudah rutin kalian adakan, sebulan sekali di kantong-kantong kemiskinan kota Surabaya. Tak hanya itu, acara-acara serupa tabligh akbar bahkan aksi solidaritas untuk Palestina pun kau selenggarakan bersama teman-teman kerohanian Islam sekolahmu. Bahkan Bunda dengar, bulan depan kalian akan menyelenggarakan acara khitanan masal untuk anak-anak jalanan. Subhanalloh, kalian memang pemuda-pemuda beriman yang giat sekali mengabdikan diri untuk membangun umat. Dan hebatnya, meski tak kepalang tanggung segala macam aktivitas kalian, tak pernah Bunda dengar kalian bermasalah dalam pelajaran di sekolah. Justru yang Bunda tahu, masing-masing dari kalian memiliki prestasi akademis dan non akademis yang kerap mengharumkan nama sekolah. Nak, melihat aktivitas dakwah dan sosialmu yang begitu padat saat kau menginjak bangku SMU ini, mengingatkan Bunda pada perbincangan kita saat kau masih SD dulu, suatu pagi saat kau menemani Bunda belanja ke pasar. Saat itu segala keperluan yang kita butuhkan sudah Bunda beli, namun kamu merengek minta dibelikan buah rambutan. Sayangnya waktu itu pedagang rambutan langganan Bunda, Lik Wito sedang absen. Jadilah Bunda harus membelinya dari seorang pedagang buah yang Bunda tidak suka karena sudah terkenal culas. Dan benar saja, saat Bunda periksa sebagian besar dari buah rambutan yang sudah dimasukkannya ke dalam tas, ternyata ada yang masih mentah, bahkan ada yang sudah busuk. Spontan langsung Bunda kembalikan rambutan yang tak bisa dimakan itu, dan minta diganti. Saat membayar, tak lupa Bunda berpesan pada pedagang culas itu, “Setiap orang akan menuai apa yang ditanam, sekarang mungkin sampeyan untung karena sudah menipu pembeli. Tapi kalau sampeyan terus-terusan curang begini, pasti nanti sampeyan cepet bangkrut karena ndak ada lagi yang mau beli di sini”. “Apa maksudnya setiap orang akan menuai apa yang ditanam Bunda?”, celetukmu tiba-tiba. Seketika kejengkelan Bunda pada pedagang buah tadi lenyap, mendengar pertanyaan yang tak terduga darimu. Rupanya anak Bunda ikut ndengerin toh. Dan Bunda segera mencarikan jawaban yang paling mudah kau pahami, Bunda tak ingin menyia-nyiakan pertanyaan cerdas yang terlontar dari mulut mungilmu. Bunda tak ingin kehilangan kesempatan untuk menjelaskan konsep penting ini. “Ingat tanaman cabe di kebun rumah kita nggak?”, tanya Bunda kepadamu. “Dua bulan yang lalu, Ayah sendiri yang menanam biji cabe disana, dan sekarang cabenya sudah masak, siap dimanfaatkan Bunda untuk membuat sambal. Nah, ketika Ayah menanam biji cabe tentu yang akan tumbuh adalah tanaman cabe, tidak mungkin menanam cabe lantas yang tumbuh adalah rambutan. Begitupun dengan kita, saat kita menanam kebaikan maka yang akan tumbuh adalah kebaikan, namun sebaliknya jika kita menanam keburukan maka keburukanlah yang akan kita dapatkan”, jelas Bunda panjang lebar. Misalnya ya pedagang buah tadi, karena dia sudah menanam keburukan dengan berlaku curang pada pembeli, maka bisa dipastikan orang-orang tidak akan mau lagi membeli dagangannya, dan lama kelamaan pedagang itu akan bangkrut. Berbeda dengan pedagang buah langganan Bunda yang biasanya, Lik Wito selalu jujur, buah-buahan yang dijual masih segar, harganya murah, dan tidak segan-segan memberikan bonus pada pembeli, maka tidak heran jika pelanggan Lik Wito selalu bertambah dari hari ke hari. Sebenarnya, setiap kali kita melakukan keburukan maka saat itu juga kita sedang berharap akan ada keburukan yang kita terima. Begitupun saat kita melakukan kebaikan, maka bersiap-siaplah menerima balasan dari Alloh atas kebaikan yang telah kita lakukan. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri...” (QS. Al Isra’:7). Dan saat ini, saat engkau sudah beranjak dewasa rupanya telah kau kembangkan sendiri apa yang Bunda sampaikan dulu. Bunda saksikan sendiri, engkau bersama teman-teman seperjuanganmu tak henti-hentinya berupaya mempersembahkan yang terbaik untuk umat Islam. Engkau belajar dengan sungguh-sungguh, beribadah dengan tekun, juga berdakwah dengan giat. Engkau tak lagi berfikir apa yang akan kau terima atas kebaikan yang telah kau lakukan. Namun hanya berfikir apa lagi yang bisa kau persembahkan untuk Alloh dan umat Islam. Anakku, engkau masih sangat muda, dan mungkin masih panjang jalan kehidupan yang akan kau tempuh. Bunda berdo’a agar Alloh senantiasa mengaruniaimu dengan keimanan yang teguh serta keistiqomahan dalam melaksanakan segala konsekuensi dari keimanan tersebut. Mudah-mudahan kelak di hari perhitungan engkau berhasil memetik hasil atas segala kebaikan yang telah kau usahakan semasa hidup di dunia ini. Mudah-mudahan ridho dan berkah Alloh senantiasa dilimpahkan-Nya atas segala kebaikanmu, dan mudah-mudahan engkau berhasil mendapatkan karunia rahmat dan syurga-Nya. “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS.Al Zalzalah:7-8). Wallohu a’lam bisshowab. Read More..

Kisah pemuda shaleh meraih cinta wanita shalehah

Firman Allah,SWT : "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula (Qs 24 : 26) Bagi orang-orang yang beriman Firman Allah,SWT tsb sangat meyakini kebenarannya sehingga mereka yang ingin mendapatkan jodoh laki-laki atau wanita sholeh berusaha menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah,SWT berikut ini adalah salah satu kisah pemuda sholeh meraih cinta seorang wanita sholehah ; Kisah ini berasal dari seorang teman pembaca setia page Kisah-kisah Husnul Khatimah dan Su'ul Khatimah yang datang kepada saya ingin berbagi cerita tentang seorang pemuda sholeh yang mendapatkan jodoh seorang wanita sholehah, berikut ceritanya : "Al-Kisah di salah satu sudut kota Jakarta hiduplah sebuah keluarga yang hidup sangat sederhana sekali, walaupun begitu orang tua mereka mengajarkan anak-anaknya untuk hidup selalu jujur dan bekerja keras untuk mencari rezeki yang halal. Dalam keluarga tsb itulah pemuda sholeh yang bernama Hanif (nama samaran red) tinggal. Sejak kecil hanif adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan juga taat menjalankan ajaran agama Islam. Ia sudah terbiasa sambil sekolah membantu kedua orang tuanya mencari rezeki atau mengasuh adik-adiknya yang masih kecil-kecil, walaupun begitu prestasi sekolahnya termasuk lumayan selalu masuk 5 besar peringkat kelas. Setelah menamatkan sekolah SLTA Hanif menyadari kalau orang tuanya tidak bisa membiayai kuliahnya , ia bekerja keras dengan ikhlas tanpa mengeluh mencari rezeki untuk membiayai kuliahnya dan juga membantu biaya sekolah adik-adiknya, hal itu berlangsung dalam kurun waktu 5 tahun. Ketika kuliahnya sudah selesai, sebagai seorang manusia biasa ia juga memiliki perasaan mencintai lawan jenis, dan ia mencintai seorang wanita, adik kelas kuliahnya sendiri. Dengan bantuan teman-temannya hanif berhasil mendekati wanita tsb. Wanita tsb ternyata adalah wanita sholehah yang tidak mau berpacaran, ia mengatakan hal tsb kepada siapa saja yang mencoba meraih cintanya. Begitu juga kepada Hanif kalau memang benar mencintainya maka ia diminta datang kepada orang tuanya untuk melamarnya. Hanif tertegun mendengar perkataan adik kelasnya sendiri tsb, lalu ia menceritakan perihal tsb kepada kedua orang tuanya. Dan orang tuanya berkata, " Hanif, selama ini bertahun – bertahun kamu sudah membantu kami membiayai sekolah adik-adikmu, kalau kamu memang mecintai wanita tsb, datanglah kedua orang tuanya dan lamarlah anaknya tsb" Mata hanif berkaca-kaca tidak menyangka orang tuanya mengatakan hal tsb, lalu berangkatlah ia melamar wanita adik kelasnya tsb. Dan ternyata di tempat orang tua wanita tsb ia sangat terharu , ketika melamar ia ditanyakan mengaji Qur'an dimana, tidak ditanyakan bekerja dimana atau sudah punya harta apa untuk melamar anaknya. Ternyata keluarga wanita adik kelasnya tsb adalah keluarga yang sangat religius yang lebih mengutamakan nilai-nilai agama dan akhlaq dalam memilih calon menantu untuk anak wanitanya. Pada akhirnya lamaran Hanif tsb diterima dan 8 bulan kemudian mereka melangsungkan pernikahan. Selama berumah tangga hanif sangat berbahagia karena dikaruniai istri yang sholehah yang taat pada ajaran Islam dan sangat mengerti hak dan kewajibannya sebagai seorang istri , ia tidak hanya menyayangi hanif tapi juga seluruh anggota keluarga hanif. Dan pada saat ini mereka sudah dikaruniai oleh Allah,SWT anak-anak yang sehat dan pintar. Saat ini Hanif sangat bersyukur kepada Allah,SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepadanya, ia berfikir mungkin ini adalah balasan buah manis dari Allah,SWT selama ini karena ia berbakti kepada kedua orang tuanya seperti dengan membantu membiayai adik-adiknya dengan penuh keikhlasan. Ia teringat akan dua firman Allah,SWT : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya , jika salah seorang diantara kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kedunya perkataan "Ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (Qs 17: 23) Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar (Qs 4 : 40) " Demikianlah kisah pemuda sholeh meraih cinta seorang wanita sholehah tsb, semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah tsb di atas dalam ikhitiar mencari jodoh yang sholeh atau sholehah, dan semoga kita semua para pembaca setia page ini dikarunia suami dan istri yang sholeh dan sholehah....Amiin Ya Rabbal A'lamiiin. Wallahua'lam Salam Al-Faqir By : Alihozi Read More..