Senin, 06 Juli 2009

Alhamdulillah Ya Rabb

Alhamdulillah Ya rabb, dari hari jum,at kemarin di awal bulan juni 2009 kemarin diberi nikmat yang banyak sekali. Bisa jalan-jalan ke Malang dan ke Suramadu. Alhamdulillah terimakasih banyak untuk pak Cacuk dan Bu Ambar yang baik hati mau berbagi rejeki memudahkan dan melancarkan urusan bunda di kantor dan keluarga di rumah. Syukur bunda panjatkan atas rejeki dari Allah yang diberikan pada anak2 bunda semua. Subhanallah.

Berkat pertolongan dari Allah swt melalui bapak dan ibu juga pak Amiruddin yang sangat baik hati mau memberi bunda sesuatu yang sangat berharga untuk ananda athira supaya dapat berkomputer ria di rumah. Subhanallah sungguh sangat banyak nikmat Allah yang telah diberikan pada bunda sekeluarga amin.

Dengan Pertolongan dari Allah swt pulalah bunda dan keluarga dapat membawa jalan-jalan bersama bagas dan ayu yang sudah yatim. Hamba Mohon Ya Rabb jangan hapus kasih sayang Engkau pada hamba sekeluarga amin Read More..

Kamis, 02 Juli 2009

Hati Seorang Ayah

Seorang ayah memiliki hati yang penuh kasih untuk anak-anaknya. Hati seorang ayah akan tahan menderita bila sakit untuk dirinya sendiri, namun tidak akan tahan disaat melihat buah hatinya yang menderita. Bahkan jika sakit itu bisa digantikannya, ayah bersedia menggantikan sakit anaknya. Itulah hati seorang ayah.

Saya mengenal seorang teman yang juga seorang ayah. Saya biasa memanggilnya Mas Jay. Kami biasa berdiskusi lewat milis dan malam itu Mas Jay berkunjung ke Rumah Amalia. Mas Jay bertutur mulanya dirinya orang yang ‘mbeling’ tidak memiliki keyakinan yang mantap dan tetap. Ketertarikan belajar sholat secara serius ketika ajakan yang begitu menyentuh dari anaknya yang masih TK. Anak yang masih relatif kecil setiap hari selalu mengajaknya untuk mengerjakan sholat. Awalnya dirinya menanggapi hal itu sebagai biasa saja.

Ajakannya itu terasa betul-betul menampar hatinya. Begitu sangat berharga dan membuatnya menangis meraung-raung justru ketika anaknya sedang sakit masih sempat mengajaknya sholat Isya’. Katanya, ditengah malam anak saya suhu badannya panas tinggi dan perutnya mengeras. Anaknya menangis tak henti-hentinya merengek mengajak saya sholat. Tanpa berpikir panjang saya memenuhi permintaannya untuk mengambil air wudhu. Setelah mengerjakan sholat, kami bergegas menuju Rumah Sakit...


Setelah diperiksa ternyata putranya harus dioperasi. Karuan saja dirinya menjadi panik. Bagaimana mungkin anaknya yang masih kecil itu dengan kekuatan fisiknya yang masih lemah untuk menghadapi operasi. ‘Saya hanya bisa berserah diri kepada Alloh SWT, saya berjanji jika anak saya sembuh. Saya akan rajin melaksanakan sholat seperti yang dimintanya.’ Tuturnya.

Katanya Mas Jay sebelum anak saya masuk ruang operasi masih sempat bertanya pada dirinya, ‘ayah sudah sholat belum.’ Kata-kata itu begitu mengiris-iris hati saya. Dulu bila mendengar ajakan teman-temannya untuk sholat selalu menolaknya karena keengganan untuk melaksanakan sholat. Sekarang kata-kata itu justru muncul dari anak yang disayanginya, bagaimana mungkin dirinya bisa menolaknya, lanjutnya. Mas Jay tak bisa menyembunyikan airmatanya yang terus bercucuran.

‘Saya menunggu putranya didepan kamar operasi’ tuturnya. Ketika lampu operasi menyala. Dirinya bersama istri tercinta tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya, hilir mudik didepan kamar operasi. Waktu seolah berjalan lama sekali. ‘Segala macam doa yang saya tahu saya panjatkan kehadirat Alloh SWT.’
Setelah begitu lama, kamar operasi itu terbuka. Seorang dokter muncul dari pintu. Mencopot sarung tangannya. ‘Operasinya berjalan dengan baik, anak bapak sekarang perlu istirahat setelah itu boleh pulang.’ Mas Jay menangis bahagia. ‘Alangkah nikmatnya anugerah Alloh SWT yang diberikan kepada saya disaat harapan mulai memudar, Alloh SWT menyelamatkan putra saya,’ tuturnya. ‘Dan sejak itu saya lebih giat untuk melaksanakan sholat karena saya harus memenuhi janji saya,’ kata Mas Jay malam itu. Saya bisa merasakan apa yang terjadi pada dirinya. Begitulah hati seorang ayah yang penuh kasih untuk sang buah hatinya.

Read More..

Indahnya Memberi Salam

Ketika pagi hari anak-anak Amalia berkumpul. Dihari liburan selain kegiatan bimbel bahasa inggris yang diajarkan oleh bunda Nani. Anak-anak Amalia juga belajar Matematika yang dibimbing oleh Kak Yusman dan Kak Rani.

Saya bertanya pada anak-anak Amalia. 'Siapa yang biasa masuk rumah memberi salam?' Hampir semua anak-anak Amalia mengangkat tangannya. Tiba-tiba Adi bertanya, 'Kak Agus, kenapa kita harus memberi salam?' 'Memberi salam adalah doa dan penghormatan kita kepada sesama.' jawab saya.

Kemudian saya menerangkan kepada anak-anak Amalia bahwa ada Sabda Baginda Nabi Muhamad SAW.

'Kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang lain ada enam; yaitu (a) apabila berjumpa, ucapkanlah salam kepadanya, (b) apabila ia mengundang, penuhilah undangannya, (c) apabila ia minta nasehat, berilah ia nasehat, (d) apabila ia bersin yang disertai ucapan Alhamdulillah, maka ucapkanlah yarhamukallah, (e) apabila ia sakit, lawatlah, dan (f) apabila ia meninggal, hantarkanlah jenazahnya.' (HR. Muslim)...


'Lantas bagaimana tatakrama dalam memberi salam kak?' tanya Mona.

Saya jelaskan kepada Mona dan juga anak-anak Amalia lainnya bahwa tatakrama memberi salam ada 7 hal, diantaranya adalah.

1. Sedapat mungkin memberi salam dengan salam paripurna sesuai syari`ah, yaitu
ucapan Assalamu `alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Husain r.a. menceriterakan bahwa: 'Seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW seraya mengucapkan salam Assalamu `alaikum, lalu Rasulullah menjawabnya. Kemudian lelaki itu duduk, dan Rasulullah kemudian berkata kepadanya, engkau mendapat sepuluh (pahala). Tak lama kemudian datang seorang lelaki lain dan mengucapkan salam Assalamu `alaikum warahmatullah, dan Rasulullah juga menjawabnya. Setelah lelaki itu
duduk, Rasulullah berkata kepadanya; engkau memperoleh duapuluh (pahala).
Kemudian datang lagi seorang lelaki dan mengucapkan salam Assalamu `alaikum warahmatullahi wa barakatuh, dan Rasulullah menjawabnya pula. Setelah lelaki terakhir itu mengambil tempat duduk, Rasulullah berkata kepadanya, engkau memperoleh tigapuluh (pahala)'. (HR. Abu Daud, Tirmizi dan Nasai dengan sanad yang kuat)

2. Di antara adab memberi salam ialah,

a. Pejalan kaki memberi salam kepada orang yang duduk.

b. Pengendara kendaraan memberi salam kepada pejalan kaki.

c. Kelompok yang jumlahnya sedikit memberi salam kepada kelompok yang jumlahnya lebih besar.

d. Yang muda usia memberi salam kepada yang lebih tua.

e. Orang yang baru masuk ke ruangan memberi salam kepada orang yang sudah berada duluan di dalam ruangan.

3. Apabila dua orang sahabat berjumpa, cukuplah dengan bersalaman dan mengucapkan salam tanpa berpelukan, kecuali bagi orang yang baru pulang dari perantauan, kepada mereka disunahkan berpelukan.

Hadis riwayat Anas bin Malik menyebutkan: 'Adalah para sahabat Rasulullah SAW apabila bertemu satu sama lain, mereka memberi salam dan berjabat tangan. Dan apabila pulang dari perantauan, mereka saling berpelukan'.

4. Makruh mengucapkan `alaikas salam, karena ucapan itu pantasnya untuk orang yang telah meningggal. Ucapan salam yang disyari`atkan ialah Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Disunahkan ucapan salam diulangi lebih dari satu kali jika orangnya banyak, supaya semua bisa mendengarnya. Rasulullah SAW jika datang kepada suatu kaum, beliau mengucapkan salamnya tiga kali. (HR. Bukhari)

6. Salam tidak cukup hanya dengan isyarat saja tanpa mengucapkan lafaz salamnya apabila jarak antara keduanya jauh.

7. Makruh memberi salam kepada orang yang sedang buang air atau sedang di kamar mandi.

Setelah menjelaskan kepada Mona anak-anak Amalia betapa indahnya memberi salam. Mona mengangguk mengerti. Pada sesi terakhir kami bersama-sama membaca shalawat Nabi. Anak-anak nampak wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan menikmati hidup dengan penuh rasa syukur.
Wassalam,agussyafii




Read More..

Matikan TV!

Matikan TV! begitu teriak istri saya. Saya memahami kegelisahan istri saya. TV buat kami sekeluarga sudah tidak lagi membuat nyaman. Tontonan teramat vulgar dan teramat tidak mendidik. Orang dewasa selalu menyebarkan kebencian dan ketakutan, kata istri saya. Sudah hampir tidak ada lagi ruang keindahan, lanjutnya.

Anak-anak yang kebanyakan menonton Tv menjadi tercerabut dari dari komunitas sosialnya. Itulah sebabnya saya sangat memahami teriakan istri saya, matikan TV! Mematikan TV mencoba menikmati keindahan dalam keseharian sungguh sangat nikmat...


Keindahan yang sesungguhnya menyentuh jiwa kita menggetarkan kealamian kita untuk mengingatkan siapa sebenarnya diri kita. Keindahan bisa bertegur sapa dipagi hari sambil menikmati indahnya matahari pagi. Menghirup udara yang segar. Kesunyian dan kekhusyu'an dalam sholat. alunan dari nyanyian pepohonan. Lembutnya tangan Sang ayah yang menggenggam tangan putrinya yang dicintai.

Melatih diri dengan memusatkan perhatian kepada keindahan sangatlah mudah. hanya membutuhkan penyesuaian hati dan pikiran. Jika kita ingin melihat keindahan, latihlah kesadaran anda hanya untuk melihat keindahan dengan melakukan aktifitas keseharian, nikmati sebuah aktifitasnya. Ketika kita melatih hati dan pikiran anak-anak kita agar fokus kepada keindahan Maka anak-anak hanya mengenal keindahan dan kebaikan. Maka tidak ada ruang untuk kebencian dan ketakutan.

Jadi saran saya, matikan TV! Ajaklah anak-anak belajar dan bermain bersama ayah dan ibu. Ajaklah jalan-jalan keliling kampung sambil bertegur sapa dengan tetangga atau berbincang banyak hal tentang kehidupan. Wassalam, agussyafii

Read More..