Kamis, 26 Maret 2015

Hobby Kok Mencela

Ada sebuah pekerjaan yang sangat mudah dilakukan orang, karena memang hanya bermodal mulut saja. Apa itu? Coba aja sesekali anda melihat atau nonton TV, entah itu acara siaran langsung . seperti nonton sepak bola piala dunia, sinetron, musik, lawak dan lain sebagainya. Coba lihat komentar ini: “Loh tuh orang kok kurus amat” “ Duh kasihan tu perutnya, gendut sekali!” “ Ya ampun kok tuh orang tinggi amat” “ Nah ini dia semampai, semeter tidak sampai” “ Kok rambutnya panjang sekali?” “ Gila, ni orang mau enaknya sendiri!” Dan banyak sekali komentar yang kalau dikumpulkan bisa segudang penuh! Mengapa demikian? Ya karena seperti pada alinea pertama di atas, orang mudah sekali memberi komentar, apa lagi di medsos, media social, orang bergitu bebas mencari maki atau menghina orang lain! Dan kalau komen anehnya jarang yang baik, yang muncul dari komentar itu biasanya selalu dari sisi negatifnya, bukan dari sisi posistifnya. Dan ternyata komentar seperti itu, komenter yang negatif, sudah terjadi berabad-abad yang lalu, lihat aja ketika ada orang bijak sedang berjalan bersama murid-muridnya, dan di tengah perjalanan mereka melihat bangkai seekor kambing, apa yang dikatakan oleh murid-muridnya? “ Wah bau sekali bangkai kambing itu!” Jadi yang terlontar pertama kali adalah bau bangkai kambing itu. Tapi apa yang dikatakan oleh orang bijak tersebut pada muridnya? “ Coba lihat gigi kambing itu, putih!” Yang dilihat oleh orang bijak bukan baunya, tapi gigi putih kambing itu! Jadi yang dilihat yang baiknya, yang positifnya. Beda sekali dengan murid-muridnya yang menutup hidung dan melontarkan kata “ bau sekali bangkai kambing itu!” Di sini terlihat sekali bedanya, obyeknya sama, bangkai kambing, tapi beda cara melihatnya, beda sudut pandangnya atau beda cara melihatnya! Jadi obyeknya sendiri itu netral, tinggal bagaimana cara melihatnya, bisa positif bisa negatif. Begitu juga cara pandang atau melihat suatu obyek atau sebuah peristiwa, apapun namanya. Yang pikirannya selalu negatif, apa lagi yang hobinya mencela, melihat yang baik, belum tentu berakhir dengan kebaikan, yang muncul malah celaan, karena yang dicari yang salahnya, bukan yang baiknya. Tapi orang yang berpikir positif melihat sesuatu yang bisa selalu baik, walau mungkin saja kurang tepat, tapi dikemas dengan baik. Kembali kepada orang yang komentar selalu buruk atau yang hobynya mencela, ya karena di hatinya memang yang ada keburukan, selalu pikirannya buruk sangka, dan paling senang mencari kesalahan orang. Seperti kata Dai terkenal:” keluarnya isi teko tergantung pada isinya, isi teh keluar teh, masa isi teh keluarnya kopi! Atau isinya air putih, masa keluarnya air kotor!” Dan mungkin di sini persoalnnya, betapa mudah mencari kesalahan orang lain, persis seperti kata pepatah” semut di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tak nampak!” Bagi orang yang kerjaannya tukang mencela atau hobynya mencela, tak ada kebaikan sedikitpun pada orang lain! Yang ada hanya kesalahan, demi kesalahan yang di lihatnya! Coba aja lihat komentar di atas, melihat orang kurus, dibilang kekurusan. Melihat orang gemuk, disebut bola bekel! Melihat orang pendek, disebut semampai, semeter tidak sampai alias kependekan, melihat orang tinggi, disebut “tiang listrik!” Ada aja istilah yang menandai keburukan seseorang, apa lagi kalau melihat pelawak, yang suka sekali menjadikan obyek kekurangan pisik orang lain, yang dijadikan obyek lawakannya, ini pelawak tidak cerdas! Memang orang tertawa, tapi sebenarnya tidak lucu, karena caranya melawak bukan bermain logika, tapi sesungguhnya menghina orang lain! Kembali kepada orang yang hobinya mencela! Yang namanya mencela itu adalah mencari kekurangan atau kesalahan orang lain atau mencari keburukan orang lain, ya mudah sekali, pepatahnya juga jelas sekali, semut yang begitu kecil di sebarang lautan kelihatan jelas, namun gajah yang dipelupuk mata tidak terlihat! Jadi kesalahan kecil orang lain mudah sekali dilihatnya, tapi kesalahan diri sendiri tak dilihatnya! Disinilah perlu ada orang lain yang bijak, kalau mencari kesalahan itu mudah, tapi mampukan berkata baik, berkomen yang baik, bicara yang baik-baik saja. Maka yang mulia bersabda: “ Kalau tidak bisa berkata yang baik, diamlah!” Nasehat yang sangat baik untuk pergaulan dalam hidup dan kehidupan ini. Jangan berkata, kalau tidak bisa yang baik atau lebih baik diam daripada berkata-kata yang buruk, kotor, jorok dan lain sebagainya. Menghina itu mudah, mecari kesalahan itu gampang, mencela itu ringan, tapi mampukah untuk berbuat baik, berkata baik. Bila tak mampu memuji, ya jangan mencela. BIla tak mampu berbuat baik, minimal jangan melakukan keburukan dan seterusnya. Oya, jangan ketukar orang yang hobinya mencela dengan kritik, kalau kritik yang membangung itu bukan kesalahan, tapi kalau kritik niatnya menghancurkan itu baru kesalahan. Lalu bagaimana solusinya? Ya paling mudah banyak istigfar dan sering-sering mengkoreksi diri, “jangan-jangan kita sama dengan mereka yang suka mencela?” Dan bila melihat orang lain melakukan kesalahan ya diperbaiki, bukan dihina atau dicela, apa lagi hanya dijadikan obyek omongan atau gibah, “waduh doble dosanya, sudah tidak bisa memperbaiki, eh malahan diomongin saja” Dan hati-hati dalam pergaulan, karena siapa tahu orang yang didepanmu tersenyum manis, tapi dibelakangmu akan mengejek habis-habisan. Atau hati-hati terhadap orang yang menjelek-jelekan orang lain di hadapanmu, karena pada gilirannya orang tersebut akan menjelek-jelekan kamu di depan orang lain, karena memang begitulah hobinya orang yang tukang mencela Untuk itu mari berdoa kepadaNya, agar terlindung dari perbuatan mencela dan selamat dari perbuatan orang yang hobinya mencela. Kalau tetap terkena celaan, padahal sudah menghindar, ya pakai jurus pamungkas, EGP aja! “ Emangnya Gue Pikirin!” Oleh: Syaripudin Zuhri Read More..

Bahagia itu pilihan

Seorang petani dan istrinya bergandeng tangan menyusuri sawah sesudah seharian memacul di sawah mereka dalam lebatnya hujan. Tiba-tiba, lewat sebuah motor di jalan raya di depan mereka. Berkatalah sang suami pada istrinya, “Lihatlah bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu. Meski mereka juga kehujanan tapi mereka bisa cepat sampai rumah, tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untukmu sampai ke rumah.” Sementara itu, pengendara sepeda motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah hujan melihat sebuah mobil pick-up lewat di depan mereka. Pengendara motor berkata kepada istrinya, “Lihat bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tak perlu berhujan-hujan seperti kita.” Di dalam pick-up yang dikendarai sepasang suami istri juga terjadi perbincangan ketika sebuah mobil Mercy lewat. “Lihatlah bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil bagus itu. Pasti nyaman dikendarai, tidak selalu mogok seperti mobil kita.” Pengendara mobil mewah itu seorang pria kaya dan ketika melihat suami istri di bawah guyuran hujan, pria kaya itu dalam hatinya berkata, “Betapa bahagianya mereka, begitu mesra berjalan di dalam hujan berdua menikmati indahnya alam pedesaan sementara aku dan istriku tak pernah punya waktu untuk berduaan karena masing masing sama-sama sibuk.” Kebahagiaan tidak akan pernah kita miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan orang lain dan selalu membandingkan dengan hidup orang lain. Kebahagiaan bukan semata dilihat dari harta, karena orang yang berharta belum tentu bahagia. Bersyukurlah selalu atas hidupmu supaya kamu tahu di mana kebahagiaan itu berada. Aku pernah berpikir bahwa setiap manusia pasti ingin memiliki seorang kekasih dalam suka dan duka yang tidak pernah terpisahkan. Sekarang aku memilih amal saleh sebagai kekasihku yang akan menemaniku sampai ke dalam kuburku, kemudian amal sholehku menemaniku menghadap Allah. Aku pernah berpikir setiap manusia pastilah punya goresan masalah dengan manusia lain, sehingga wajar jika manusia memiliki musuh masing-masing. Kini aku memilih menjadikan setan sebagai musuh utamaku, maka aku lebih memilih melepaskan kebencian, dendam rasa sakit hati, dan permusuhanku dengan manusia lain. Aku pernah selalu kagum dengan manusia cerdas yang berhasil dalam karier atau kehidupan dunianya. Sekarang aku mengganti kriteria kekagumanku ketika aku menyadari bahwa manusia hebat di mata Allah adalah hamba yang bertaqwa. Manusia yang sanggup taat kepada aturan Allah dalam menjalankan hidup dan kehidupannya. Dulu aku akan marah dan merasa diriku dijatuhkan ketika orang lain berlaku dzalim padaku. Menggunjingkanku dan menyakiti dengan kalimat - kalimat sindiran yang sengaja menyakitiku. Sekarang aku memilih ada transfer pahala dari mereka untukku jika aku mampu bersabar. Dan aku memilih tidak lagi harus kuatir karena harga diri manusia hanyalah akan jatuh di mata-Nya ketika dia rela menggadaikan dirinya mengikuti hasutan setan. Dulu aku yakin dengan hanya kekuatan Al-Quran berkali-kali maka jiwaku tercerahkan. Kini aku memilih untuk mengerti dan memahami makna artinya dengan menggunakan akalku, dengan mengaktifkan qolbuku dan mengamalkannya dalam keseharianku maka pencerahan itu baru bisa aku dapatkan. Ketika aku harus memilih, bantu aku selalu untuk memilih yang benar di mata-Mu. Read More..

Inilah alasan kenapa harus berhenti makan mie instan

Siapa yang tidak suka makan mie instan? Enak dan praktis. Masalahnya, ada kandungan mie instan yang bisa merusak kesehatan. Berikut beberapa fakta penting yang sebaiknya Anda ketahui tentang makanan populer ini. 1. Kurangi Kemampuan Tubuh Serap Gizi Jika Anda makan mie instan dan setelahnya menyantap makanan sehat seperti sayur dan buah, maka tubuh tidak akan bisa menyerap semua kandungan gizi dari makanan sehat tersebut. Ini karena mie instan yang Anda konsumsi, mempengaruhi secara negatif proses pencernaan hingga beberapa jam setelah dimakan. 2. Beresiko Memicu Penyakit Kanker Mie instan biasanya mengandung bahan pengawet, zat anti beku, dan unsur lain yang bersifat karsinogen atau bisa mengakibatkan kanker. Lagipula, mie seduh instan biasanya dikemas dalam “cangkir polistirena” yang mengandung zat pemicu kanker, plasticizer dan dioksin, dan bisa tercampur ke dalam mie begitu diseduh dengan air panas. 3. Kandungan Natrium Berlebihan Kadar natrium tinggi bisa menyebabkan batu ginjal dan gangguan ginjal lainnya. Kandungan rata-rata natrium pada sebungkus mie instan lebih dari 800 mg. Sementara menurut saran para pakar kesehatan, jumlah asupan maksimum natrium per hari adalah 2400 mg. Jadi seporsi mie instan saja sudah hampir memenuhi setengah dari jumlah asupan natrium yang disarankan. 4. Efek Samping MSG Mie instan juga kaya penyedap masakan MSG atau monosodium glutamat. Ada yang alergi terhadap MSG, atau juga merasa sakit kepala atau sakit dada setelah menyantap mie instan. Konsumsi MSG juga berkorelasi dengan penyakit lain, termasuk kanker. 5. Mengandung Zat Anti Beku Mie instan biasanya diimbuhi zat anti beku seperti propylene glycol yang bertujuan untuk mencegah mie menjadi kering. Konsumsi bahan aditif anti beku ini diyakini memicu berbagai resiko kesehatan, termasuk gangguan hati, jantung dan ginjal serta bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sumber: www.dw.de Read More..