Kamis, 07 Juni 2012

Kunci Sukses

Sukses atau kegagalan dalam kehidupan terutama tergantung dari kepribadian anda, bukan kepada nasib, kesempatan, uang atau bantuan orang lain. Watak itu modal anda. Apabila anda menganggap pekerjaan anda sebagai beban, maka anda menjadikan diri Anda sebagai budak, karena sesuatu dikehendaki dengan Cuma-Cuma adalah suatu Penyakit. Setiap orang memulai kariernya akan menempuh jalan yang sulit, yang arahnya dia sendiri harus mencarinya, maka pengalaman orang lain jadikanlah sebagai petunjuk, selalulah menempuh jalan pendek, karena anda sadar bahwa umur manusia adalah pendek. Semakin banyak pengetahuan seseorang semakin tinggi penghargaannya akan ilmu pengetahuan. Orang yang sukses membiarkan pekerjaannya dilakukan oleh ahli-ahli yang paling baik yang mereka bisa dapatkan. Kunci sukses dalam hidup ini adalah mencurahkan apa yang anda idam-idamkan, betul-betul mencurahkan segala apa yang ada pada anda, kedalam pekerjaan anda dan kepada usaha yang anda lakukan. Read More..

Allahu Akbar (Allah Maha Besar)

Ya Rabb ketika takbir, hamba mengucapka kalimat Allah Maha besar; hamba diingatkan yang Maha Besar itu Allah, bukan urusan dunia, kenapa hamba terlalu menghamba pada dunia dan diperbudak oleh materi, padahal dalam 1 hari hamba berkali-kali disadarkan bahwa yang Maha Besar adalah Allah. Ya Rabb, tidak ada masalah didunia ini yang tidak terselesaikan dan hamba percaya sebesar-besarnya masalah masih lebih Maha pengasih dan Maha Penyayang kasih sayangnya Allah. Ananda tira, biarlah kekecewaan kaka terhadap sikap ayah yang akan menguatkan kaka kelak dikemudian hari. Kekecewaan itupun pernah dialami oleh Mas Gilang. Semoga Ayah sadar dan akan lembut hatinya. Sedih dan nelangsa, tangis Kaka athira adalah doa. Kelahiran Kaka ke dunia ini dengan pertolongan Allah. Apapun dan Bagaimanapun kecewanya kaka terhadap ayah, ada hikmah dari peristiwa yang dialami kaka, tanpa perlu bunda menceritakan kepedihan bunda selama ini dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Bunda merasakan nikmat yang takterkira pula dalam mengarungi rumah tangga ini dengan peristiwa inilah bunda lebih cinta pada Allah. Allahlah yang paling sayang pada kita dan Melalui Ayah dan bundalah kaka lahir ke dunia untuk bahagia dan sukses. Jadikanlah kekecewaan kaka, sebagai tanda kasih sayang Allah terhadap kaka. Bunda sangat percaya. Kaka akan lebih berhasil, lebih sabar dan lebih penyayang, juga lebih sholehah diantara semua anak ayah amin. Jangan menyerah hidup ini perjalanan dan kita akan sampai disorga tempat kita kembali.Dimana Nabi Adam dan bunda hawa dahulu berasal dari sorga. Semoga kita semua orang yang beriman masuk sorga amin. Syukuri apa adanya hidup adalah anugrah, tetap jalani hidup ini tuk lakukan yang terbaik. Jangan menyerah...jangan menyerah Allahu Akbar, Allahlah Yang Maha Besar. Alhamdulillah. Read More..

Saudariku muslimah........

Saudariku muslimah........ saya hadiahkan kepada kalian para muslimah satu hadiah terindah yaitu dengan memperbaharui perjanjian kepada Allah, taubat nashuha dan kembali secara benar kepada Allah...... hadiah ini diberikan kepada Ummul mukminin Aisyah, padahal kita lebih membutuhkannya, mari kita dengarkan, kita lihat kalimat-kalimatnya dan kita renungkan makna - makna yang terkandung bersama-sama, karena didalamnya terdapat kebaikan yang banyak. Rasulullah bersabda kepada Aisyah yang artinya :" Apabila engkau melakukan dosa, maka mintalah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya, karena seorang hamba apabila dia mengakui dosanya kemudian dia bertaubat kepada Allah niscaya Allah mengampuninya. (HR.Bukhari muslim dengan syarah an-Nawawi dan Ahmad) Saudariku...... Aisyah As - Shiddiqah binti As Shiddiq digosipkan dengan berita buruk oleh para pembohong, maka Rasulullah mendatanginya dan menghadiahkan kepadanya hadiah diatas, yang pada hakikatnya juga merupakan hadiah kepada semua wanita muslimah. Wahai Saudariku, sesungguhnya hadiah ini yang paling kita perlukan pada saat ini dimana fitnah-fitnah, syubhat-syubhat, kemaksiatan dan syahwat merajalela. Hendaknya janji kita kepada Allah dengan taubat dan istighfar agar kita selalu hidup berbahagia.Dari hadiah ini kita mengetahui taubat bukanlah sekedar kalimat yang diucapkan, bukan pula ucapan yang didengungkan oleh lisan, akan tetapi dia tercapai dengan beberapa perkara hendaklah kita merasa menyesal karena telah melakukan kesalahan atau dosa yang telah terjadi, bukankah Rasulullah bersabda :" Penyesalan adalah taubat " (HR. Ahmad, alhakim dari hadist Ibnu Mas�ud dan Anas bin Malik) Hendaklah kita meninggalkan dosa yang telah kita sesali dan menjauhi jalannya, inilah arti meninggalkan dosa. Niat kuat yang benar, janji yang kuat untuk tidak kembali kepada dosa tersebut Hendaklah kita mengerjakan amal - amal shalih yang biasa menjadi sebab terhapusnya amal - amal buruk membebaskan diri dari hak - hak manusia, apabila kita berkata yang menyangkut hak saudari kita muslimah, baik ghibah atau namimah atau kita mengambil darinya sesuatu yang kita tidak berhak, maka hendaknya kita mengembalikannya sebagai batas kemampuan, kemudian kita wajib memohon maaf dan kerelaannya apabila kita tidak mampu mengembalikannya dan memohonkan ampunan untuknya. Saudariku....... Dengan jujur saya katakan bahwa taubat yang nashuha adalah jalan kita kepada Allah dan bekal kita di akherat, tidaklah beruntung orang yang beruntung pada hari kiamat, kecuali dengan taubat nashuha. oleh karena itu, Allah mengajak kita kepada taubat nashuha, renungkanlah firman Allah : " Katakanlah, hai hamba-hamba-KU yang melampaui batas, terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa-dosa. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Az-Zumar;53) simaklah Firman-Nya, Dia membuka pintu taubar : " Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya...." (Asy-Syuura;25) Saudariku...... bertaubat dari dosa dosa dan kesalahan, baik yang besar maupun yang kecil termasuk perkara - perkara yang wajib untuk dikerjakan dengan segera dan terus menerus, dan kita bisa memperhatikan anjuran segera bertaubat dengan cepat, dalam firman Allah :" Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang - orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur;31) Bahkan lihatlah dan renungkanlah wahai Saudariku muslimah..... Rasulullah yang ma�shum yang telah diampuni dosa - dosanya yang telah lalu dan yang akan datang , beliau bersabda :" yaa ayyuhannasu ........ :" Wahai manusia, bertobatlah dan beristighfarlah kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam satu hari seratus kali." (HR. Muslim, At-tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad) Wahai Muslimah saudariku...... Taubat... Taubat..... Kembali.... Kembali........................... Berkhayallah bahwa kita memiliki semua impian dan angan angan yang kita inginkan ? dan kitapun telah menggapai harapan yang kita idam idamkan, namun tiba tiba ketika kita lengah, semuanya lenyap tanpa guna bahkan mendapatkan kerugian dan kehancuran. apa yang kita lakukan ? jelas kita akan menangis dan merasa terpukul, bahkan kita akan bersedih atas apa yang hilang dari kita, dan bahkan kita bisa gigit jari karena kesedihan dan penyesalan. Semua itu hanya karena dunia yang fana. lantas bagaimana dengan umur kita yang terus bertambah dan berjalan tanpa guna ? sesungguhnya umur kita adalah mutiara berharga yang tidak bisa dinilai dengan materi apapun, dan umur kita ini pada hakekatnya adalah nafas-nafas kita,nafas yang keluar dan tidak akan kembali kepada kita selamanya. Nafas inilah modal hidu kita didunia, dengannya kita bisa membeli nikmat nikmat akherat yang kita inginkan dan dengannya kita menggapai ketentraman dan kenikmatan. Dengannya kita meraih syurga dan dengannya kita aman dari neraka. dengannya kita beruntung dengan memperoleh ridha Arrahman, dan dengannya kita melihat Al-Malik Al-Mannan. Maka bagaimana kita menyia - nyiakan usia kita tersebut tanpa taubat nashuha ? bagaimana nafas nafas kita berhembus tanpa guna dan manfaat ? Saudariku............................... Pikirkan dan renungkanlah ucapan ucapan berikut mudah mudahan Allah memberikan kita manfaat karenanya. sesungguhnya apabila malaikat maut muncul didepan kita, maka akan nampak kesedihan dan penyesalan diwajah kita, dimana kita ingin seandainya kita memiliki dunia dengan segala macam isinya, untuk menebus peristiwa yang sulit ini dengannya. Maha benar Allah Yang Maha Agung ketika berfirman :" Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu lalu berkata :" Ya Tuhanku mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat yang menyebabkan aku bisa bersedekah dan aku termasuk orang - orang yang shalih." (Al-Munafiqin;10) " Dan sekali - kali tidak akan menangguhkan kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Munafiqin;11) saudariku................................... Kesedihan bagi kita apabila maut datang kepada kita sementara kita belum kembali. Kerugian bagi kita apabila kita dipanggil untuk bertaubat tapi kita tidak menjawabnya. Saudariku.............................. setiap orang dari kita memiliki dosa - dosa , aib - aib, maksiat - maksiat dan kesalahan - kesalahan. apakah lantas kita berputus asa dari rahmat Allah ? Apakah lantas kita berpatah arang dari rahmat Allah ? Tidak, Demi Allah, Tidak, Demi Allah dan sekali lagi tidak, Demi Allah.............. Sungguh Allah telah memanggil kita. Dia mengajak kita kepada ampunan, maaf dan rahmat Allah berfirman :"Wahai bani Adam, selagi engkau berdoa kepadaKU, berharap kepadaKU dan mohon ampunan kepadaKu, maka Aku mengampuni dosa dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai bani Adam, seandainya dosa dosamu mencapai awan dilangit kemudian engkau memohon ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampunimu. Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh jagad kemudian engkau menghadap kepadaKu dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, niscaya Aku akan berikan ampunan sepenuh jagaq pula. " (HR. Ahmad dari Abu Dzar, dan At-tirmidzi dari Anas bin Malik, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Darda dan dishahihkan oleh Ak-Hakim disetujui oleh Adz -Dzahabi) Saudariku....................... siapakah orang yang kita lihat selamat dari penyakit - penyakit dunia ? Siapakah orang yang kita lihat sehat dan tidak pernah sakit ? kehidupan dunia mana dengan kematian tidak terputus ? Umur siapa dengan berlalunya waktu-waktu tidak habis ? Saudariku....................... Bukankah kita pemilik kesalahan - kesalahan dan dosa - dosa, mana air mata kita yang mengalir ? bukankah kita tawanan maksiat-maksiat dan dosa-dosa, dimana tangis penyesalan kita atas dosa - dosa yang telah lewat ? apakah kita telah lupa akan aib - aib dan dosa dosa kita ? sementara buku catatan kita penuh dengan apa yang kita lupakan. Apakah kita akan sabar terhadap siksaan Neraka Hawiyah ? Tahukah kita apakah Neraka Hawiyah itu ? yaitu api yang panas membakar. Mari kembalilah kepada-Nya dengan taubat Nashuha Mari perbaharui iman dan perbaikilah islam didunia ini hanya ada 2 jalan.... 1 jalan menuju neraka-Nya... 1 jalan menuju kesyurga-Nya........... manakah yang akan kita pilih sodariku................. kuberharap jadi bidadari syurga tapi aku bukan wanita sholehah ku berharap syurga tapi tak sadar jalanku keneraka ku ingin mencari ridho-Nya tapi tak sadar aku mengundang murka-Nya..... pantaskah syurga untukku......... Read More..

Mandikan Aku Bunda

Assalamu'alaikum wr.wb. Sebagian akhwat menganggap tugas wanita lebih sebagai manajer di rumahnya tanpaperlu dipusingkan urusan dapur dan merawat anak yang lebih pantas dilakukanoleh para bawahan, alias pembantu ataupun baby-sitter. Peran sosial dan aktualisasi diri menjadi lebih utama. Disisi lain, tidak sedikit akhwat yang tetap "teguh" dan bangga dengan kesibukan seputar urusan dapur dan diaper ini. Mereka cukup puas dengan imbalan surga untuk jerih payahnya membenamkan muka di asap "sauna" mazola (minyak goreng) dan berparfumkan aroma popok bayi. Saya tidak hendak membahas kekurangan dan kelebihan kedua sisi ini. Seperti saya tulis di muka, sudah banyak para ulama dan ustadz yang memberikan arahan. Saya hanya ingin bertutur tentang seorang sahabat saya. Sebut saja Rani namanya. Semasa kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak awal, sikap dan konsep dirinya sudah jelas : meraih yang terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun bidang profesi yang akan digelutinya. Ketika Universitas mengirim kami untuk mempelajari Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, di negerinya bunga tulip, beruntung Rani terus melangkah. Sementara saya, lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran dan berpisah dengan seluk beluk hukum dan perundangan. Beruntung pula, Rani mendapat pendamping yang "setara" dengan dirinya, sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih PhD. Konon nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar : Alifya. Tentunya filosofi yang mendasari pemilihan nama ini seindah namanya pula. Ketika Alif, panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila saja. Frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain makin meninggi. Saya pernah bertanya , " Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal ? "Dengan sigap Rani menjawab : " Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Everything is ok." Dan itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sitter betul-betul mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan pengertian. Kakek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang ibu-bapaknya. "Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng menjelang tidurnya. Tidak salah memang. Siapa yang tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil dalam bidang akademis dan pekerjaannya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau Alif minta adik. Waktu itu Ia dan suaminya menjelaskan dengan penuh kasih-sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini "dapat memahami" orang tuanya. Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka merengek. Kalau kedua orang tuanya pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Kisah Rani, Alif selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan menyebutnya malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orang tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam hati kecil saya menginginkan anak seperti Alif. Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby-sitternya. " Alif ingin bunda mandikan." Ujarnya. Karuan saja Rani yang dari detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, menjadi gusar. Tak urung suaminya turut membujuk agar Alif mau mandi dengan tante Mien, baby-sitternya. Persitiwa ini berulang sampai hampir sepekan," Bunda, mandikan Alif " begitu setiap pagi. Rani dan suaminya berpikir, mungkin karena Alif sedang dalam masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian. Suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. " Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency". Setengah terbang, saya pun ngebut ke UGD. But it was too late.Allah sudah punya rencana lain. Alif, si Malaikat kecil keburu dipanggil pemiliknya. Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang meresmikan kantor barunya, shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan anaknya. Dan itu memang ia lakukan, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. " Ini bunda, Lif. Bunda mandikan Alif." Ucapnya lirih, namun teramat pedih. Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu berkata, "Ini sudah takdir, iya kan ? Aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, dia pergi juga kan ? ". Saya diam saja mendengarkan. " Ini konsekuensi dari sebuah pilihan." lanjutnya lagi, tetap tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja berbaur aroma kamboja. Tiba-tiba Rani tertunduk. " Aku ibunya !" serunya kemudian, " Bangunlah Lif. Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan bunda sekali lagi saja, Lif". Rintihan it begitu menyayat. Detik berikutnya ia bersimpuh sambil mengais-kais tanah merah"Apabila timbul pada dirimu prasangka, janganlah dinyatakan Bila dihatimu timbul kecewa, jangan cepat dienyahkan. Bila timbul dihatimu dengki, jangan di perturutkan"Sekali lagi, saya tidak ingin membahas perbedaan sudut pandang pembagian tugas suami isteri. Hanya saja, sekiranya si kecil kita juga bergelayut : " Mandikan aku, Bunda ." Akankah kita menolak ? Ataukah menunggu sampai terlambat ? Wassalam, Read More..

Ketika Hati Wanita Terbakar Rasa Iri

“Cantik, apa saja bisa, anak orang kaya, cerdas, pandai bicara, beriman pula, Subhanallah, kok ada ya bunda, wanita yang bisa sesempurna itu..? sudah cantik, beriman, pakai jilbab pula, lalu selalu juara kelas dan semua orang suka padanya..” Rizka bertanya pada bundanya yang mengangguk setuju, menyetujui pendapat Rizka terhadap sosok wanita yang di idolakan oleh Rizka. Wanita itu tidak lain adalah kakak kelasnya yang sekarang sudah berbeda sekolah namun tetap menjadi kawan Rizka di facebook. “Tapi dengar-dengar dia sekarang sedang dirawat di rumah sakit bunda, katanya tulang belakangnya mengalami kelainan,” Rizka kembali menjelaskan kepada bundanya. Namun bundanya Rizka merasa seperti ada suara sedikit bahagia mewarnai suara anaknya ketika menjelaskan tentang keadaan temannya yang sedang dirawat di rumah sakit. Lalu sang bunda pun terkejut karena nampak sekali ada nada iri dan bahagia pada Rizka ketika mengetahui bahwa wanita sempurna yang di irikannya itu mengalami musibah. Lalu Bunda Rizka pun teringat pada kawan-kawan kantornya yang baru-baru ini heboh karena ada mutasi karyawan dari kantor cabang ke kantor pusat. Ada sekitar 3 karyawan di bagian akunting dan customer service diganti dengan 3 pegawai baru, pindahan dari kantor cabang. Subhanallah, 2 diantaranya perempuan dan salah satunya wanita muda, cantik, cerdas dan berjilbab. Wanita itu nampak solehah sekali sampai-sampai terkadang Bunda Rizka mendapati sang karyawan baru yang dikenal bernama Ranti Mustofa, sesaat sebelum adzan dzuhur berkumandang, dia bergegas mengambil air wudlu lalu ketika waktu sholat tiba, sambil menunggu imam dan jamaah berkumpul, wanita cantik itu sholat sunnah dahulu. Jujur Bunda Rizka sangat kagum dan ingin berkenalan lebih jauh. Apalagi diketahuinya bahwa Ranti juga ternyata sudah haji dan ilmu pengetahuan agamanya luas sekali. Selama berdekatan dengan Ranti, bunda Rizka mendapati beberapa karyawan lelaki mencoba mendekatinya. Para karyawan mulai dari kalangan manajer sampai karyawan biasa tiba-tiba bersikap baik dan ramah pada Ranti, mulai dari sekedar membelikan permen sampai mengajak makan siang. Bunda Rizka pun paham mengapa orang-orang banyak yang mendekati Ranti karena memang Ranti ramah dan cantik orangnya sehingga menarik untuk didekati oleh siapa saja terutama kaum lelaki. Namun kemudian bunda Rizka melihat dan mengamati bahwa tidak ada seorang pun kawan wanita yang sering bersama Ranti kecuali Bunda Rizka sendiri. Bunda Rizka juga pernah memergoki beberapa kali karyawan wanita di kantor tempatnya bekerja, mencibir, berbisik-bisk dan bersikap tidak ramah pada Ranti. Sampai akhirnya mulai adanya bisik-bisik, “tahu gak kamu, Ranti mau dilamar sama bos, si bos kan istrinya sudah menopause, mau dijadikan istri kedua, Ranti kan tahu agama jadi dia mau saja dipoligami, gak mikirin perasaan istri sang boss, Huuh dasar perempuan ganjen” ungkap salah seorang karyawan wanita kepada kawan-kawannya yang disertai dengan rutukan kecil pada Ranti. Ranti yang sebenarnya merasa bahwa dirinya dibicarakan disana-sini dan dirutuk dimana-mana hanya diam saja dan tenang-tenang saja bekerja. Sementara Bunda Rizka juga tahu bahwa semua itu hanya gosip belaka karena dia tahu bahwa Ranti sudah punya suami, dan suaminya adalah ustadz yang sedang belajar di timur tengah sehingga memang mereka jarang bertemu. Bunda menghela nafas lelah, ”oh, wanita.. mengapa iri hati sering membakar dirimu,” yang akhirnya dapat menciptakan suasana kerja dan hidup yang tidak sehat, membuat dosa bagi yang mengungkapkan fitnah maupun yang menyambutnya, membuat prahara dan panasnya suasana termasuk suasana hatinya. Bunda Rizka tak habis pikir kenapa bila wanita yang punya rasa iri di hatinya, maka dahsyat sekali hasilnya. Lalu bunda pun teringat akan sebauh ayat Al Quran yang menggambarkan orang yang dengki itu, selalu mengasut dan akhirnya terbakar sendiri. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS: An Nisaa’: 32) Bunda Rizka bergidik, ketika seorang wanita melihat wanita lain yang lebih dari dirinya maka sudah pasti akan timbul rasa iri, walaupun kadarnya sedikit. Namun bila sampai timbul sifat dengki dan hasud bahkan sampai mencelakakan wanita lain, maka hal ini tidak dapat ditolerir, kecuali bila Al Quran bekerja dan menyirami hati-hati yang terbakar iri. Maka bila terbersit rasa iri, kembalilah pada Al Qur’an, bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk sebagaimana Allah jelaskan dalam surah At Tiin yaitu Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS: At Tiin: 4) dan apa-apa yang baik bagimu belum tentu baik dimata Allah sebagaimana dijelaskan dalam surah Al Baqarah, Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui. (QS: Al Baqarah: 216) Dan ingatlah bahwa kita patut iri pada 2 hal yakni orang yang soleh dan dermawan sebagaimana hadist Rasulullah SAW yaitu, Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain. (Shahih Muslim No.1352) Penulis: Mam Fifi (Founder & Conceptor Jakarta Islamic School) Read More..

Aduhai, Lidahku!

Bening sangat menyesal dengan kata-kata yang telah dikeluarkannya barusan, kalimat berisikan do’a yang kurang baik gara-gara ia kesal dan jengkel kepada Mamang penjual sate di perempatan lampu merah dekat kantornya itu. Mamang itu pedagang baru, baru terlihat hari ini mangkal di area itu. Dan saking laparnya, Bening dan teman kantornya segera memesan dua porsi sate ayam, beberapa lontong dan air putih. Seharusnya, mereka bertanya terlebih dahulu tentang harga makanan tersebut. Seusai makan, perut kenyang dan air putih pun mereka habiskan, namun terkejut di detik berikutnya tatkala si Mamang bilang total makanan itu adalah seratus ribu rupiah. Pikir Bening dan temannya, “Paling mahal empat puluh ribu rupiah deh semuanya…”. Mamang itu tersenyum aneh dan seolah memang “ngerjain” pembeli, semua orang di sekitar itu memandangi Bening dan temannya seolah mereka adalah pembeli yang tak sanggup membayar jajanan. Bening dan teman yang sudah amat lelah sepulang kerja serta belum gajian itu menjadi emosi dan ketika pada akhirnya mereka berhasil mengumpulkan seratus ribu rupiah dari tiap bagian dompet recehan, kedua sohib itu mengakhiri gerutuan dengan kalimat, “Loe bayar nih ke dia yah, Bening…. Tapi kasih omongan yang nonjok dah, biar dikabulkan Tuhan, nih penjual harusnya kapok udah ngerjain kita!”, bisik temannya. Dan Bening yang memang sudah jengkel itu pun berbicara, “Nih uangnya Mang yah. Sate dan air udah ada di perut kami, gak bisa ditawar lagi, makanan harus dibayar. Tapi ingat mang, kami do’akan rezeki mamang cukup sampai disini! Amin…”, mereka segera meninggalkan pedagang tersebut, orang sekitarnya berbisik-bisik, semua orang paham bahwa secara tidak langsung, kalimat Bening itu menyumpahi agar si mamang segera mati. Wow, subhanalloh, lidah amatlah tajam. Semua orang memiliki lidah, namun tak semua menyadari akan bahaya caci-maki, kutukan/laknat, ghibah, perkataan jorok, kebohongan dan perkara jelek lain yang bisa disebabkan sang lidah. Naudzubillahi minzaliik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan, “Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” (HR.Ahmad) Juga, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, beliau SAW menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab : “dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan” (HR. At-Tirmidzi) Sungguh saya menyadari alangkah indah dan mulianya rambu-rambu Al-Islam, sedari awal ketemu saudara atau saudari kita saja, kita dianjurkan untuk saling melemparkan ucapan do’a nan indah, “Assalamu’alaykum….”, yang dengan kalimat itu, tak hanya menyebabkan senyum merekah, hati pun terasa sejuk tentram. Saya teringat saudariku Evie dan brother Ahmad, kedua temanku ini jika berjumpa dengan saudara, kalimat do’anya banyak sekali. Sehingga bertemu dengan mereka, atau bahkan jika hanya via email, hati bagaikan bunga mawar mekar yang baru disirami air segar. “Ukhti, semoga keimananmu hari ini semakin bagus, paras dan akhlakmu makin cantik, berkah Allah makin mengalir buatmu, amiiin”, ujarnya suatu hari. “Dan semoga ukhti pun demikian, bahkan Allah limpahkan kebajikan berlipat ganda atas do’a tersebut, amiin…”, balasku. Kemudian ia berujar lagi, “Dan ketika ada ujian melanda di hari ini, semoga ukhti lulus menjalaninya, semakin bertakwa, makin disayang Allah dan makin teguh dalam keimanan….amiiin”, tentu senang hati dengan kekuatan do’a tersebut, “Demikian pula dengan ukhti, semoga kesuksesan di dunia dan akhirat dapat engkau raih, alangkah beruntungnya saya memiliki saudari sepertimu…terima kasih ya Allah….”, biasanya kami akan berpelukan hangat, sungguh indahnya ukhuwah islamiyah, subhanalloh. Suamiku membawa oleh-oleh sepulang dari sebuah pelatihan atau seminar yang diikutinya di kantor. Sekedar info, training sederhana itu memungut sekitar dua puluh juta rupiah dana per-hari dari tiap pesertanya. Maka ‘oleh-oleh’ ilmu yang mahal itu sangat istimewa dan akan selalu kuingat, insya Allah. Satu hal yang harus dilakukan ketika marah atau jengkel atau kesal, yaitu diam. Entah kesal terhadap junior, atasan, partner kerja, dll, tidak boleh menulis email, mengirim sms, menelepon, atau menemui orang itu secara langsung selagi emosi. Email atau sms yang sudah terkirim akan berdampak fatal, kata-kata yang telah dikeluarkan, tak dapat dicabut kembali, imbasnya bisa rentetan peristiwa panjang bahkan berimbas ke berbagai hal. Setelah cooling-down, barulah menganalisa permasalahan yang terjadi, di saat itu kita bisa mencari solusi dengan pikiran tenang. Satu kalimat itu berefek besar buat kekasih halalku tersebut. Misalnya beberapa tahun lalu saat masih ‘kerja rodi’ sebagai konsultan di Jakarta, apabila ada pekerjaan yang masih tertunda dan harus tetap dikerjakan di rumah, beliau sering mudah memarahi ananda kami ketika si kecil rewel mengganggu pekerjaannya atau tatkala hanya mencoba mendekati laptop kerjanya seraya cerewet dengan kosa kata usia balita, cepat kesal dan gampang tersulut emosi menyebabkan lidah mudah berucap cacian, bentakan atau merendahkan orang lain. Alhamdulillah masa itu telah berlalu, ilmu yang didapat kian bertambah dan beliau makin bisa bersikap bijak menghadapi tiga jagoannya yang saat ini makin super aktif. “Ya Allah… bagaimana mungkin dulu kok bodoh sekali hamba ini, gampang banget emosi menghadapi keaktifan anak-anak, padahal mereka adalah permata jiwa kami, harta paling mahal yang merupakan titipan-Mu ini? Ampuni kami yaa Allah…”, kalimatnya menularkan inspirasi pula buat diriku. Imam As-Syafi'i [Rahimullah] pernah mengingatkan bahwa “Jangan biarkan lidahmu menghina(mempermalukan) saudaramu karena dengan hal itu justru telah mempermalukan dirimu sendiri…”, kita sering lupa, tutur lidah sudah terlanjur mencela orang di hadapan kita, padahal seringnya sosok tersebut adalah sahabat, suami/istri, atau bahkan orang tua yang kita cintai, kita lupa bahwa Allah ta’ala membenci kesombongan yang diluncurkan si lidah tajam. Kita lupa bahwa ucapan yang baik-baik pun dapat menjadi pemberat amal kebajikan di hari perhitungan kelak. Janganlah kami menjadi orang yang merugi ya Allah… Ampuni kami yaa Allah, Mohon limpahkan kekuatan bagi diri ini agar dapat menjaga segala amanah-Mu, termasuk menjaga untaian kata yang akan dilantunkan oleh lidah ini, aamiin. Wallohu’alam bisshowab. (bidadari_Azzam, tengah malam @Krakow, 16 april 2012) Read More..

Hikmah dari Salahku

Hikmah dari kesalahan yang kulakukan kemarin adalah-mungkin-agar aku dapat merasakan betapa sebuah kesalahan pada orang lain sangat perih dan menyesakkan hati, kemudian membandingkannya dengan kesalahan kepada Allah. Seolah aku diingatkan bagaimana kelakuan diri ketika melakukan kesalahan kepada Allah, apakah aku seperih dan sesakit itu? Jawabannya adalah jarang. Aku lebih sering melupakan dan merasa biasa. Padahal bukankah kesalahan kepada Allah yang paling berbahaya jika tak ditaubati? Bisa menumpuk dosa dan menanti balasan terpahit. Kesalahan kepada Allah lebih besar dosanya dibandingkan kesalahan kepada orang lain. Tentu saja, sudah tertulis dalam Al-Quran “Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki”(An-Nisa : 116). “Dan orang-orang tidak mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan barang siapa melakukan itu, niscaya dia mendapat hukuman berat” (Al-Furqon : 68). Menunjukkan betapa kesalahan kepada Allah sangat keras hukumannya, baru kesalahan kepada sesama. Tetapi aku jarang menyadari dan sering melalaikan Allah. Sering lebih besar cintanya pada isi dunia daripada kepada Allah. Bukankah itu termasuk mempersekutukan Allah. Aku sadar khilaf kemudian kembali. Tetapi sangat jarang merasa perihnya kesalahan itu. Aku masih bisa tersenyum dan merasa tenang. Aku menganggapnya bisa dimaafkan dan tak usah risau lagi. Namun ketika aku melakukan kesalahan kepada orang lain, begitu takutnya hingga disergap kekhawatiran akut yang menggila. Tak tenang seharian bahkan hari-hari berikutnya. Berdoa selalu, memohon ampun atas kesalahanku pada orang lain. Sangat berharap orang itu mau memaafkan dan tak terjadi hal yang berbahaya atas kesalahan yang kulakukan padanya. Baru kusadari aku selalu merasakan ketakutan, penyesalan dan perih yang besar ketika melakukan kesalahan kepada orang lain. Merasa bersalah yang berlebih pada orang itu. Semula kupikir yang kurasakan wajar hingga benar. Karena itu bisa membuatku berhati-hati agar tak melakukan kesalahan dan tidak mengulang kesalahan. Jera dengan perih yang terjadi akibat perbuatan salahku. Perih karena telah membuat orang lain tersakiti, yang disebabkan kecerobohan, kebodohan dan keburukanku. Tetapi sekarang, aku menyadari hal yang lain. Bahwa perasaan perih yang sangat itu harusnya lebih ditujukan kepada Allah. Kepada Tuhan pencipta seluruh dunia, yang paling menyayangi kita dan maha segalanya… Kesalahan-kesalahan itu haruslah membuat kita merintih saking perihnya. Hanya kepada Allah. Karena kepadaNya lah kita lebih sering berbuat kesalahan. Mulai dari lalainya kita dari bersyukur kepada Allah , mengeluh dan berputus asa dari rahmat Allah dan meninggalkan sholat. Sudah berapa kali aku kufur nikmat? Sebanyak apa aku terlena dunia dan lalai kepada Allah? Bagaimana perasaanku ketika melanggar perintah Allah dan malah melakukan yang dilarang Allah? Sungguh dahulu aku merasa tenang dan sama sekali tak perih dengan berbagai hingga berpuluh dan beratus kesalahan itu. Kesalahan kepada Allah. Aku lebih santai dan bahagia. Merasa aman. Astagfirullah… Padahal sudah jelas dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 97-99 “Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi." Jadi sesungguhnya ketakutan itu hanya kepada Allah yang harus paling besar. Bukan kepada orang lain atau apa pun. Ketakutan kepada Allah itu adalah wujud penghambaan kepada Allah. “Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (An-Nur : 52). Mungkin sebenarnya aku merasa tersiksa dan perih dengan kesalahan itu adalah aku takut pada hukuman Allah. Namun kadang tersisipi takut kepada kemarahan dan reaksi orang itu padaku. Jadi lebih sering tak benar ketakutanku. Ya Allah, mohon ampuni segala khilaf dan salahku. Segala ketakutan yang tak tepat. Tolong selalu bimbing aku agar tetap di jalanMu dan mendekat kepadaMu, lebih memahami segala ilmu dan petunjukMu… Ya Allah, terima kasih untuk satu pemahaman atas hikmah kesalahanku. Semoga benar yang kupahami… Wallahualam bishawab. Read More..

Pentingnya Bicara Positif

"Ma...ada surat dari sekolah," celetuk bungsuku riang selepas pulang sekolah. Kubuka perlahan surat yang disodorkannya kepadaku. "Ada Sains Fair di sekolah bulan depan. Aku mau buat percobaan apa ya Ma?" lanjutnya penasaran seraya merapikan tas sekolahnya. Aku baca dengan teliti surat yang kini ada di tanganku. Tiga hari berlalu, kami masih bingung menentukan topik percobaan. Belum ada gambaran sama sekali tentang percobaan seperti apa yang akan kami pilih. Masih 'blank'. Kami terus mencari ide-ide yang dianggap menarik. Sedikit demi sedikit, secercah cahaya mulai tampak. Jalan mulai terbuka. Perlahan namun pasti, kami berusaha memilah dan memilih beberapa topik, menimbang dan memutuskan satu per satu sumber-sumber yang kami dapat. Alhamdulillah akhirnya kami berhasil mendapatkan dua buah topik percobaan yang kami anggap laik tampil. Hore! Kali ini aku akan menguraikan sedikit tentang salah satu percobaan yang telah kami lakukan. Percobaan ini bukanlah hal baru, jadi kami bukanlah orang pertama yang pernah memulainya tetapi sudah ada seseorang yang telah melakukannya, entah kapan dan di mana. Aku lupa. Kami memberi nama percobaan tersebut dengan judul 'Pentingnya Bicara Positif'. Tentu pembaca berpikir, kenapa kami memilih topik seperti ini ? Apa yang mendasarinya? Apa pula hubungannya dengan Sains? Nah, itu dia! Kami berusaha mencari tahu. Kami melakukan prosedur percobaan yang boleh dibilang hampir sama dengan percobaan terdahulu. Berikut adalah langkah-langkahnya : 1) Kami memasukkan nasi putih secukupnya (dari beras yang sama) ke dalam dua buah toples A dan B. 2) Sebelum toples A ditutup, kami mengucapkan kata-kata positif kepada nasi tersebut dengan nada lembut, seperti : subhanalloh, sayang, cantik, I love you, dan lain-lain. 3) Sebaliknya untuk nasi di toples B kami mengucapkan kata-kata negatif dengan nada menyentak/tinggi, seperti : nakal, jelek, bodoh, kurang ajar dan lain-lain. 4) Nasi yang terdapat dalam toples tertutup A dan B kami biarkan selama kurang lebih 6 hari. Singkat cerita. Enam hari berlalu. Pada hari ke-6 kami membuka masing-masing toples. Apa gerangan yang akan terjadi? Jantung kami jadi dag-dig-dug-der. Saudaraku, terus terang semula kami ragu dan khawatir jika percobaan ini tidak berhasil. Kami beranggapan mana mungkin ada pengaruhnya berbicara kepada benda mati. Kami was-was jika hasil yang diperoleh sama saja alias sami wae. Namun kami menjadi tercengang setelah melihat hasilnya dengan mata kepala sendiri. Tak disangka saat toples A dibuka, kami mendapatkan hasil yang menakjubkan! Kami perhatikan bahwa seluruh permukaan nasi ditutupi oleh jamur yang berserabut berwarna putih-krem. Bentuknya seperti kapas. Kami tak tahu jamur jenis apa gerangan. Yang jelas, indah nian dipandang mata. Selain itu nasi tersebut baunya harum seperti wangi tape atau wangi kulit jeruk. Namun lain halnya dengan nasi dalam toples B. Di beberapa bagian permukaan nasi, tampak tertutupi oleh jamur-jamur yang berwarna hitam, bergumpal-gumpal. Jika dilihat dengan seksama nasi tampak berair/lembek. Baunya pun menusuk hidung seperti bau busuk atau nasi basi. Subhanalloh! Mulut kami menganga lebar seolah tak percaya dengan apa yang kami dapati. Ternyata terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara toples A dan B. Ternyata begitu besar pengaruh kata-kata. “Kok bisa begitu ya sayang?” sahutku kepada gadis cilikku. “Iya, Ma. Kok bisa ya?” Jawab bungsuku mengikuti. Kami bertatapan keheranan. Wah! Ternyata dahsyat sekali mulut kita ini. Kita tak boleh sembarangan bicara. Jika terhadap nasi yang dianggap benda mati saja 'ada' bahkan ‘sangat besar’ pengaruhnya, apalagi kepada sesama manusia? Yaa Rabb, ampunilah kami. Pantaslah Nabi yang mulia, Rasulullah SAW berpesan kepada kita semua, “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim) Tak heran ada istilah silent is golden, hati-hati dengan mulut buaya(rayuan), mulutmu harimaumu, lidah lebih tajam daripada pisau dan masih banyak lagi. Karena memang, kata-kata punya kekuatan yang luar biasa. Ini cambuk buatku untuk lebih sopan dan santun dalam berkata-kata kepada orang lain. Ini tamparan buatku untuk lebih halus dan lembut ketika berbicara kepada orang-orang terdekat yang sangat aku cintai. Suami, anak-anak, orang tua, dan keluarga. Ini sebuah pelajaran berharga yang harus aku petik hikmahnya. Jangan lagi bicara yang tidak perlu dan meremehkan. Usah lagi mengeluarkan kata-kata yang kotor dan menyakitkan. Tinggalkan keburukan. Kita tahu, setiap ada sebab pasti ada akibat, setiap ada aksi pasti akan timbul reaksi. Maka, mungkinkah udara yang keluar dari mulut yang berbicara postif mengandung rangkaian molekul yang cantik, sehingga hasil yang diperoleh pun rupawan? Ataukah akan terjadi untaian molekul yang sebaliknya jika kata-kata yang dikeluarkan adalah negatif? Ah, aku masih belum tahu. Aku berharap semoga suatu saat kelak akan ada seseorang yang akan menelitinya. Aamiin. Wallohu'alam bishshowaab. Read More..

Benar, Baik, dan Berguna

"Adanya dua telinga diciptakan adalah untuk memastikan bahwa Anda mendengar kebaikan lebih banyak." -- Anonim RABU pagi. Jam belum menunjukkan pukul delapan. Dari sudut pantry sebuah kantor terdengarlah percakapan seperti ini: "Pak, sudah dengar cerita si Rifka?" "Belum," kata pria setengah baya yang tengah asyik menyeduh kopi. Sebut saja Pak Bagus namanya. "Nah, ada yang menarik nih untuk diceritakan." "Sebentar, sebentar." Lelaki itu memotong. Tampaknya dia paham betul arah cerita dari rekan kerjanya itu. "Sebelum kamu cerita, saya mau tanya dulu soal tiga hal. Tolong dijawab dengan jujur." Dia pun mengajukan syarat. Si lawan bicaranya tersenyum. Lalu mengambil cangkir, hendak menyeduh teh. "Pertanyaan pertama, apakah kamu yakin kalau cerita itu benar?" "Wah, kalau itu saya gak tahu persis. Saya gak bisa memastikan. Ini juga dapat ceritanya dari orang lain, " jawabnya santai. "Artinya, cerita itu belum tentu benar," katanya. "Sekarang saya lanjut bertanya, apakah cerita tentang Rifka itu soal kebaikannya?" "Lo, justeru sebaliknya saya pikir," jawabnya. Wajahnya tampak sumringah. "Artinya justeru keburukannya yang ingin disampaikan?" "Ya, iyalah," katanya cepat. "Nah, artinya yang diceritakan malah keburukan orang lain, bukan kebaikannya," kata Pak Bagus sambil tersenyum. "Sekarang pertanyaan terakhir," Pak Bagus menyeruput sejenak kopi buatannya sendiri, "Apakah cerita si Rifka ini ada manfaatnya, minimal bagi kamu atau saya tentunya?" "Hm, gak kayaknya," kata pria itu yang mulai bisa menebak ketidaktertarikan Pak Bagus. "Nah, kalau yang kamu ceritakan itu belum tentu benar, bukan soal kebaikan, malah sebaliknya, dan bahkan tidak berguna, mengapa saya harus mendengar soal itu? Sorry Bro, saya harus segera meeting." Pak Bagus pun berlalu. Dua jempol sepatutnya ditujukan pada Pak Bagus. Dia begitu tegas terhadap informasi yang teramat menggoda. Padahal Rifka adalah kembang kantor yang begitu cantik, seksi, dan hidupnya penuh dengan cerita yang mengejutkan. Namun, sekali lagi, karena merasa tidak berguna cerita yang dijanjikan rekan sekerjanya, Pak Bagus memilih untuk menutup kuping. Keberanian dan ketegasan Pak Bagus itulah yang seharusnya ada dalam diri kita. Berani memilah mana informasi yang menguntungkan, di kala serbuan kabar yang masuk tiap hari merupakan suatu godaan yang tidak mudah untuk dielakkan. Coba perhatikan. Saat kita bangun pagi misalnya, televisi sudah menyiarkan kabar tentang kehidupan pribadi selebritis yang tengah dirundung masalah. Semestinya, kita sudah bisa memutuskan bahwa semua info atau tepatnya gosip itu sama sekali tidak berguna buat kita. Kehidupan pribadi, apalah artinya buat kita. Sesampai di kantor misalnya, kita bertemu dengan orang yang punya perangai persis lawan bicara Pak Bagus. Meniru Pak Bagus adalah langkah yang paling tepat. Singkirkan hal-hal yang tidak berguna. Tentukan prioritas hidup kita. Hal itu akan membuat kita bijak seperti Pak Bagus dalam menerima informasi yang benar, baik, dan berguna bagi kehidupan kita. Informasi di luar itu semua hanya akan membuang waktu semata dan tidak membuat kita cerdas. Is that right brother? Read More..