Senin, 02 Juli 2012

Maafkanlah Nak

Nak, hari ini Bunda terkejut melihatmu pulang ke rumah dengan raut wajah sedemikian sedih. Bunda bertanya padamu, dan kau pun terdiam, menundukkan wajahmu, sambil sesekali menghela nafas. “ Aku sedih Bunda…”, jawabmu terbata, “ sahabatku telah melukai hatiku… “. Dan selanjutnya kau bercerita panjang lebar sambil terisak-isak, air matamu berhamburan. Nak, Bunda mengerti. Hatimu pasti sakit, serasa diiris sembilu. Karena yang menyakitimu adalah sahabatmu, orang yang selama ini demikian dekat denganmu dan telah kau anggap sebagai saudaramu sendiri. Kau pasti kecewa, karena orang yang selama ini begitu memahamimu, ternyata telah menyakitimu. Kau ingin marah, namun terhalang oleh rasa sayangmu yang mendalam padanya. Kini, menangislah sepuasmu, agar hatimu lega… Nak, kita harus memahami bahwa di dunia ini tak ada manusia yang sempurna tanpa cela. Tak terkecuali orangtuamu, saudaramu, atau sahabat-sahabatmu, ada kalanya melakukan kesalahan yang mungkin akan melukai hatimu. Kesalahan itu bisa jadi disengaja, namun banyak juga yang tidak disengaja. Kali ini bisa jadi kita yang terluka karena kesalahan orang lain, namun di saat yang lain bisa jadi kita juga melakukan kekhilafan yang sama pada orang tersebut. Karena itu diantara kita, mesti dipupuk kesediaan untuk memberi maaf serta bersikap lapang dada. Sebab dalam berukhuwah, perbedaan dan gesekan-gesekan itu pasti ada.. Anakku, coba rasakan bagaimana suasana hatimu saat ini. Sedih, marah, kecewa, dan sakit hati, betul begitu? Bunda yakin, kau pasti sangat tidak nyaman dengan hadirnya perasaan itu. Begitulah rasanya, jika diri kita dikuasai oleh rasa-rasa yang tidak menyenangkan itu. Dan satu-satunya cara untuk melenyapkan segala rasa yang membuatmu tidak nyaman itu hanyalah dengan ‘memaafkan’. Nak, sejatinya memaafkan itu bukanlah kebutuhan orang lain, melainkan kebutuhanmu sendiri. Coba renungkan, berapa lama sakit hati akan mengisi relung-relung hati kita. Sampai mati akan tersimpan di alam bawah sadar kita, dan akan muncul ke alam sadar apabila pemicu sakit hati tersebut hadir di hadapan kita, hadir dalam pikiran kira, serta hadir dalam ingatan kita. Coba bayangkan, bagaimana jika saat kita sedang berekreasi dengan keluarga, tiba-tiba ia muncul, bagaimana jika saat kita sedang konsentrasi untuk mengambil keputusan yang penting, tiba-tiba ia muncul. Tentu, semuanya itu akan sangat mengganggu kenyamanan yang sedang kita nikmati. Perlu kita tahu, energi yang dibutuhkan untuk marah, sedih, dan sakit hati, akan sangat mengurangi ketahanan fisik kita. Ketika kita marah, otot-otot tubuh menegang, detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan pernafasan menjadi sesak, kestabilan emosi akan kacau. Coba kita bayangkan berapa banyak kerugian yang harus kita alami jika kondisi emosional ini tidak secepatnya dinetralisir. Ibaratnya seperti orang yang menyimpan kentang busuk dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Setiap muncul perasaan marah, benci, dendam maka kentang busuk dalam tasnya bertambah lagi, dan kentang busuk yang ada dalam tas tidak pernah dikeluarkan, tentunya sangat menyebalkan untuk membawanya kemana-mana setiap saat. Anakku, Bunda mengerti bahwa terkadang memaafkan itu memang tidak mudah. Islam sendiri telah memberikan alternatif, bahwa ketika seseorang dizholimi, maka ada dua hak baginya. Hak yang pertama adalah membalas setimpal dengan perbuatannya, sedang hak kedua adalah memaafkannya. Kalaupun dipilih alternatif yang pertama, maka balasan itu tidak boleh lebih berat, walaupun kepada musuh-musuh Islam. Namun seandainya opsi kedua yang dipilih, maka orang tersebut berarti telah membeli surga. Sebab harga maaf itu mahal, setimpal dengan harga surga. Anakku, Bunda akan menceritakan padamu sebuah kisah yang pasti akan mencerahkan hatimu… Suatu hari raut wajah Rosululloh tampak berseri-seri. Tak lupa beliau menampakkan senyumnya sampai kelihatan kilau gigi putihnya. Maka Umar bertanya ada apa gerangan. “Kulihat ada dua orang dari ummatku yang mendatangi Alloh ‘Azza wa Jalla. Yang satu berkata, ‘Ya Robbi, hukumlah orang ini yang telah mengambil hak dan menganiayaku di dunia.’ Lalu Alloh memerintahkan kepada si zholim tersebut agar mengembalikan haknya. ‘Ya Robbi,’ kata si zholim, ‘aku tidak lagi memiliki simpanan perbuatan baik yang bisa menggantikan haknya.’ ‘Dia sudah tidak memiliki sisa-sisa perbuatan baik untuk menggantimu, lalu apa yang kau harapkan darinya?’ kata Alloh kepada satunya. ‘Ya Robbi, pindahkan kepadanya dosa-dosaku. Biar dia yang memikulnya,’ katanya.” Tiba-tiba air mata Rosululloh mengalir membasahi pipinya karena mengenang hari-hari yang maha dahsyat itu. Beliau berkata, “Hari itu adalah hari-hari yang maha dahsyat, hari di mana setiap orang berusaha untuk melepaskan setiap beban dosa yang dipikulnya.” “Kemudian Alloh berkata kepada si teraniaya, ‘Wahai Fulan, angkat pandanganmu dan lihatlah surga-surga yang tersedia.’ ‘Ya Robbi, saya lihat negeri-negeri yang terbuat dari perak dan istana-istana dari emas yang terhias indah dengan mutiara-mutiara yang berkilauan. Apakah semua itu kau persiapkan untuk Nabi dan Rosul-Mu, para siddiqin dan orang-orang yang syahid?’ ‘Tidak,’ kata Alloh. ‘Semua itu Kusiapkan bagi siapa saja yang sanggup membelinya.’ ‘Siapakah mereka ya Robbi?’ ‘Engkau juga mampu memilikinya.’ ‘Bagaimana caranya?’ ‘Dengan memaafkan saudaramu itu.’ ‘Kalau begitu, aku maafkan dia ya Robbi.’ ‘Ambillah tangan saudaramu itu dan masuklah kalian ke dalam surga yang Kujanjikan.’” Kemudian Nabi mengakhiri kisah ini dengan pesan sabdanya, “Bertaqwalah kamu kepada Alloh dan berbuat baiklah dalam hubungan antar sesama. Sungguh Alloh SWT akan mendamaikan antara orang-orang yang beriman kelak pada hari kiamat.” Nah, setelah menyimak kisah tersebut, apa yang kau pikirkan Anakku? Ayo, seka air matamu, tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan pelan-pelan, lapangkanlah dadamu, berikanlah maafmu untuk sahabatmu itu. Rasakanlah, ketenangan dan kebahagiaan akan kembali menyelimuti hatimu, dan insya Alloh kelak surga pun akan diberikan oleh Alloh pada anak-anak pemaaf sepertimu. Aamiin ya Robbal alamiin… Read More..

Memetik Kebaikan

Malam kali ini begitu dingin, sejak sore tadi kota Surabaya telah basah diguyur hujan, tidak begitu deras namun menyisakan rintik-rintik yang masih awet, tak kunjung reda hingga malam menjelang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00, tapi anak sulung Bunda belum juga kelihatan batang hidungnya. Terakhir berkirim sms tadi, katamu acara baksos sudah selesai sejak isya', tapi panitia putra harus kembali ke sekolah, mengembalikan properti milik sekolah yang digunakan untuk keperluan baksos hari ini. “Insya Alloh aku sampe rumah jam 21.00 Bunda”, jawabmu saat Bunda menanyakan jam kepulanganmu. Nak, Bunda bangga sekali padamu. Bunda tidak keberatan kamu pulang agak malam, sejauh aktivitasmu bermanfaat untuk umat. Bunda percaya, anak Bunda tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan orangtuanya. Bunda percaya, segala aktivitas yang kamu lakukan pasti positif, dan Bunda merasa tenang karena kamu selalu mengkomunikasikan aktivitasmu pada kami, kedua orangtuamu. Bakti sosial kali ini, setahu Bunda sudah rutin kalian adakan, sebulan sekali di kantong-kantong kemiskinan kota Surabaya. Tak hanya itu, acara-acara serupa tabligh akbar bahkan aksi solidaritas untuk Palestina pun kau selenggarakan bersama teman-teman kerohanian Islam sekolahmu. Bahkan Bunda dengar, bulan depan kalian akan menyelenggarakan acara khitanan masal untuk anak-anak jalanan. Subhanalloh, kalian memang pemuda-pemuda beriman yang giat sekali mengabdikan diri untuk membangun umat. Dan hebatnya, meski tak kepalang tanggung segala macam aktivitas kalian, tak pernah Bunda dengar kalian bermasalah dalam pelajaran di sekolah. Justru yang Bunda tahu, masing-masing dari kalian memiliki prestasi akademis dan non akademis yang kerap mengharumkan nama sekolah. Nak, melihat aktivitas dakwah dan sosialmu yang begitu padat saat kau menginjak bangku SMU ini, mengingatkan Bunda pada perbincangan kita saat kau masih SD dulu, suatu pagi saat kau menemani Bunda belanja ke pasar. Saat itu segala keperluan yang kita butuhkan sudah Bunda beli, namun kamu merengek minta dibelikan buah rambutan. Sayangnya waktu itu pedagang rambutan langganan Bunda, Lik Wito sedang absen. Jadilah Bunda harus membelinya dari seorang pedagang buah yang Bunda tidak suka karena sudah terkenal culas. Dan benar saja, saat Bunda periksa sebagian besar dari buah rambutan yang sudah dimasukkannya ke dalam tas, ternyata ada yang masih mentah, bahkan ada yang sudah busuk. Spontan langsung Bunda kembalikan rambutan yang tak bisa dimakan itu, dan minta diganti. Saat membayar, tak lupa Bunda berpesan pada pedagang culas itu, “Setiap orang akan menuai apa yang ditanam, sekarang mungkin sampeyan untung karena sudah menipu pembeli. Tapi kalau sampeyan terus-terusan curang begini, pasti nanti sampeyan cepet bangkrut karena ndak ada lagi yang mau beli di sini”. “Apa maksudnya setiap orang akan menuai apa yang ditanam Bunda?”, celetukmu tiba-tiba. Seketika kejengkelan Bunda pada pedagang buah tadi lenyap, mendengar pertanyaan yang tak terduga darimu. Rupanya anak Bunda ikut ndengerin toh. Dan Bunda segera mencarikan jawaban yang paling mudah kau pahami, Bunda tak ingin menyia-nyiakan pertanyaan cerdas yang terlontar dari mulut mungilmu. Bunda tak ingin kehilangan kesempatan untuk menjelaskan konsep penting ini. “Ingat tanaman cabe di kebun rumah kita nggak?”, tanya Bunda kepadamu. “Dua bulan yang lalu, Ayah sendiri yang menanam biji cabe disana, dan sekarang cabenya sudah masak, siap dimanfaatkan Bunda untuk membuat sambal. Nah, ketika Ayah menanam biji cabe tentu yang akan tumbuh adalah tanaman cabe, tidak mungkin menanam cabe lantas yang tumbuh adalah rambutan. Begitupun dengan kita, saat kita menanam kebaikan maka yang akan tumbuh adalah kebaikan, namun sebaliknya jika kita menanam keburukan maka keburukanlah yang akan kita dapatkan”, jelas Bunda panjang lebar. Misalnya ya pedagang buah tadi, karena dia sudah menanam keburukan dengan berlaku curang pada pembeli, maka bisa dipastikan orang-orang tidak akan mau lagi membeli dagangannya, dan lama kelamaan pedagang itu akan bangkrut. Berbeda dengan pedagang buah langganan Bunda yang biasanya, Lik Wito selalu jujur, buah-buahan yang dijual masih segar, harganya murah, dan tidak segan-segan memberikan bonus pada pembeli, maka tidak heran jika pelanggan Lik Wito selalu bertambah dari hari ke hari. Sebenarnya, setiap kali kita melakukan keburukan maka saat itu juga kita sedang berharap akan ada keburukan yang kita terima. Begitupun saat kita melakukan kebaikan, maka bersiap-siaplah menerima balasan dari Alloh atas kebaikan yang telah kita lakukan. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri...” (QS. Al Isra’:7). Dan saat ini, saat engkau sudah beranjak dewasa rupanya telah kau kembangkan sendiri apa yang Bunda sampaikan dulu. Bunda saksikan sendiri, engkau bersama teman-teman seperjuanganmu tak henti-hentinya berupaya mempersembahkan yang terbaik untuk umat Islam. Engkau belajar dengan sungguh-sungguh, beribadah dengan tekun, juga berdakwah dengan giat. Engkau tak lagi berfikir apa yang akan kau terima atas kebaikan yang telah kau lakukan. Namun hanya berfikir apa lagi yang bisa kau persembahkan untuk Alloh dan umat Islam. Anakku, engkau masih sangat muda, dan mungkin masih panjang jalan kehidupan yang akan kau tempuh. Bunda berdo’a agar Alloh senantiasa mengaruniaimu dengan keimanan yang teguh serta keistiqomahan dalam melaksanakan segala konsekuensi dari keimanan tersebut. Mudah-mudahan kelak di hari perhitungan engkau berhasil memetik hasil atas segala kebaikan yang telah kau usahakan semasa hidup di dunia ini. Mudah-mudahan ridho dan berkah Alloh senantiasa dilimpahkan-Nya atas segala kebaikanmu, dan mudah-mudahan engkau berhasil mendapatkan karunia rahmat dan syurga-Nya. “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS.Al Zalzalah:7-8). Wallohu a’lam bisshowab. Oleh : Hani Fatma Yuniar Read More..

Bayangkan Bila Aku Tak Setia...

“Bayangkanlah bila aku tak setia” Seketika wajah istriku memerah ketika pernyataan itu kuungkapkan tadi malam. Ada getar kemarahan yang siap menyemburat dari rona wajahnya, namun ia masih mencoba menahannya. Belum selesai tarikan nafasnya yang kesekian setelah pernyataan itu, ia langsung membalikkan badannya memunggungi aku. Aku tersenyum, “berhasil …” pikirku. Ya, aku berhasil membuatnya semakin sayang kepadaku. Anda bisa saja melakukan hal yang sama (jika berani) untuk membuat sayang dan cinta pasangan Anda tetap bergelora sepanjang masa. Memang, pernyataan itu bisa berimplikasi ketika Anda tak segera mengklarifikasinya. Seperti kejadian malam itu, setelah berbalik dan memunggungi, aku biarkan ia melakukan hal itu selama ia mau. Karena aku tahu, di benaknya terngiang-ngiang kata-kata: “bayangkanlah bila aku tak setia” dan dimatanya, hanya diriku yang singgah disana. Dan itu terbukti, setelah beberapa saat kupikir ia tidur dan bersikap masa bodoh dengan ungkapanku yang aneh itu, ternyata ia tidak bisa memejamkan mata dan terus memikirkan kata-kata itu. “Dik …, abangkan cuma bilang, bayangkan … dan itu belum tentu terjadi. Abang belum melanjutkan pernyataan berikutnya” Dan benar, selang satu jam dari pernyataan pertama, aku ucapkan pernyataan kedua, “Bayangkanlah dik, bila Abang mendahului adik menghadap Allah”. Serta merta ia berbalik dan memelukku erat, beberapa tetes air bening keluar dari sudut matanya yang cantik. Maaf, aku tidak bisa menceritakan kepada Anda tentang kehangatan cinta dan sayang malam itu, jika Anda tak melakukannya sendiri. Yang jelas, aku berhasil melakukan satu terapi yang tepat untuk tetap membuat istriku sayang dan cinta kepadaku. Bagaimana dan mengapa hubungan dapat berlangsung dan dapat gagal? Secara sederhana dapat dijelaskan, Anda tidak dapat menghargai apa yang Anda anggap sebagai sesuatu yang memang sudah semestinya Anda miliki. Inilah sebabnya mengapa orang-orang tidak merasa berbahagia dengan kehidupan yang mereka miliki. Mereka selalu menginginkan lebih banyak tapi tidak pernah bersyukur terhadap apa yang mereka miliki. Dan apabila Anda tidak mensyukuri apa yang Anda miliki, Anda akan mulai beranggapan bahwa hal itu memang sudah semestinya Anda miliki. Apabila Anda memiliki anggapan yang demikian, maka Anda tidak lagi menganggap berharga apa yang Anda miliki. Dan apabila Anda tidak menganggap berharga apa yang Anda miliki, Anda tidak dapat menikmati apa yang Anda miliki. Hal yang sama juga berlaku dalam setiap hubungan. Dalam hal ini, bagi Anda pasangan suami istri, apabila pasangan Anda menganggap Anda sebagai orang yang memang sudah semestinya ada, maka dia tidak akan menganggap Anda sebagai orang yang berharga dan dia akan mulai mencari orang lain. Contoh sederhana, misalkan saja Anda pergi ke dokter, dan dokter mengatakan bahwa Anda akan kehilangan pendengaran, barangkali Anda akan segera menyadari bahwa suara indah istri Anda tak akan pernah lagi terdengar. Itu baru pendengaran, bayangkanlah jika tidak sekedar pendengaran yang hilang, misalnya, penglihatan atau bahkan pasangan Anda pergi untuk selamanya. Ada sebuah pesan Nabi agar kita senantiasa mengingat 5 hal sebelum datangnya 5 hal yang lain, yakni sehat sebelum datangnya sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, waktu lapang sebelum kesempitan tiba dan hidup sebelum mati. Pesan Nabi itu senantiasa mengingatkan kita bahwa rasa bersyukur kita akan muncul ketika diingatkan bahwa apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang sudah semetinya kita miliki itu sesungguhnya belum tentu kita miliki (selamanya). Anda tidak bisa menganggap sesuatu yang sudah Anda miliki saat ini sebagai hal yang tidak mungkin terpisah dari Anda, karena setiap saat, semua yang Anda miliki itu dapat saja hilang dan berpisah. Anda pernah cemburu? Atau pasangan Anda cemburu? Jangan khawatir, karena itu justru akan semakin mengeratkan hubungan Anda. Apabila Anda atau pasangan Anda sedikit mengkhawatirkan hubungan Anda, ini artinya bahwa di dalamnya ada unsur keraguan, sehingga kekhawatiran ini tidak akan menghilangkan keangkuhan dan tidak bersyukur. Untuk itu, Anda perlu menciptakan unsur ketidakpastian agar Anda tidak kehilangan kasih sayang untuk lebih mengeratkan hubungan. Tanpa adanya unsur keraguan akan muncul perasaan bahwa “Anda akan selalu ada”. Apabila perasaan seperti ini muncul, maka pasangan Anda tidak akan lagi menganggap bahwa Anda orang yang luar biasa, sehingga hilanglah penghargaannya kepada Anda. Jika pasangan Anda sudah menganggap bahwa Anda memang sudah semestinya ada, padamlah perasaan kasih sayang. Tapi jangan takut, dalam waktu sedetik Anda dapat menghidupkan kembali perasaan sayang dan hubungan akan (semakin) menjadi erat dengan cara memperkenalkan unsur keraguan. Satu kesalahan yang sering kita lakukan dan sangat disayangkan, ketika kita merasa tidak aman terhadap sebuah hubungan, kita justru lebih memperparahnya dengan menegaskan bahwa Anda selamanya miliknya, sehingga hilanglah unsur keraguan yang menyadarkan bahwa Anda tidak selalu mesti ada. Sepintas sih, setiap pasangan yang diberi kata-kata penegasan, bahwa Anda miliknya selamanya, akan tersenyum. Padahal kalau mau direnungi lagi, hal itu jelas merupakan kesalahan yang lumayan fatal. Inilah fakta tentang karakter manusia. Jadi, jika ingin terus disayang dan dicinta, ingatkanlah selalu pasangan Anda agar senantiasa menganggap bahwa setiap saat dia bisa saja berpisah dan kehilangan Anda. Berani mencoba? Hmmm … (Bayu Gautama, sumber tulisan: David J Lieberman, Get Anyone To Do Anything) Read More..

Hati Hati Jangan Jadi Isteri Bermasalah

Allah sungguh telah menjadikan orang-orang yang hidup terdahulu sebagai contoh dan pelajaran terbaik bagi manusia saat ini. Tidak hanya hal-hal kebaikan yang patut diteladani, namun juga Allah menggambarkan keburukan-keburukan yang bisa diambil hikmahnya. Di semua aspek kehidupan, sudah disajikan secara lengkap baik dalam Al Qur’an maupun kisah-kisah kehidupan yang terjadi di masa Rasul-Rasul Allah, juga para sahabat. Begitu pula halnya dengan contoh-contoh teladan dalam berumah tangga. Selain mengetengahkan pribadi-pribadi mengagumkan yang bisa dijadikan rujukan dalam berumah tangga, termasuk didalamnya tata cara, adab juga akhlak terhadap pasangan hidup. Kita tentu mengenal pribadi-pribadi mengagumkan seperti Rasulullah Muhammad Saw dalam cara memperlakukan istri-istri beliau, Ibrahim alaihi salam yang terkenal begitu santun dan menyayangi istrinya. Selain daripada itu, Allah juga menampilkan tokoh-tokoh wanita dambaan yang memiliki keluhuran budi dan kemuliaan hati semacam Rahmah istri Nabi Ayub yang sangat setia mendampingi dan merawat suaminya yang menderita sakit parah nan menjijikkan. Ada Asiyah istri Raja Fir’aun yang berhati mulia, penyayang meski sang suami terkenal sebagai orang yang kejam dan tidak manusiawi. Lewat Asiyah lah Allah melindungi Musa kecil hingga menjadi Nabi Allah. Disamping dua wanita tersebut, juga tak kalah hebatnya adalah Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah yang termasuk salah seorang yang pertama-tama meyakini kerasulan Muhammad. Bijak, dewasa dan matang bersikap adalah ciri utama dari Khadijah. Aisyah yang cerdas, seharusnya juga menjadi teladan bagaimana seorang istri juga berperan dalam membantu suami memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada. Bayangkan betapa berharganya anda sebagai istri yang cerdas dan suami amat membanggakan kecerdasan istrinya. Yang juga penting untuk dicontoh adalah istri sekaligus ibu seperti Nusaibah binti Kaab yang memiliki semangat pengorbanan begitu tinggi. Suami dan anak-anaknya (juga dirinya) semua ikhlas melebur ke dalam medan jihad membela rasul. Dua istri Nabi Ibrahim, Siti Sarah dan Siti Hajar juga sangat layak menjadi contoh terbaik bagi kita. Sarah yang setia dan Hajar ibunda Ismail yang gigih tak kenal putus asa, juga taat kepada Allah. Kegigihannya diperlihatkan saat harus berlari-lari dari Safa ke Marwah mencari air untuk untuk ananda Ismail yang masih bayi. Sarah juga sangat gigih saat bersama suaminya menghalau godaan syetan saat Allah mengeluarkan perintah kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail. Namun demikian, dihadirkan pula tokoh-tokoh istri yang bermasalah yang sekiranya bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita agar kita senantiasa berlepas diri dari sifat-sifat mereka. Diantaranya, adalah istri Abu Lahab yang membantu suaminya menentang dan memusuhi Rasulullah. Ketaatannya kepada suaminya adalah bentuk ketaatan yang salah karena mengikuti suami untuk menentang kebenaran. Kisah ini kemudian diabadikan Allah dalam salah satu surat dalam Al Qur’an. Kemudian ada Istri Nabi Nuh yang menolak ikut suaminya kepada jalan kebenaran sehingga ia bersama anaknya Kana’an yang juga menentang Nabi Nuh tenggelam oleh karena kesombongannya. Demikian pula istri Nabi Luth yang ikut bersekongkol dalam budaya homo yang terjangkit pada masa Nabi Luth. Pada masa Yusuf, ada wanita yang bernama Zulaikha yang berniat berselingkuh hanya karena tak mampu menahan nafsunya pada ketampanan Yusuf. Tentu masih akan sangat banyak profil-profil yang bisa ditampilkan untuk dijadikan sebagai pelajaran dan hikmah bagi kita. Seperti halnya kita masih bisa menemukan suami-suami yang taat, teguh pendirian, dan menjaga kemaluannya. Juga istri-istri yang shalihah, taat kepada Allah dan suaminya, setia, sabar, pengertian serta menjaga harga diri dan suaminya. Kita juga masih akan terus bisa menyaksikan para suami dan para istri yang bermasalah. Semoga sebagai istri, kita terhindar dari ketaatan yang salah dengan ikut menentang kebenaran yang juga ditentang suami, sombong dan sama sekali menolak kebenaran padahal suaminya sudah meminta untuk berlaku benar, terpengaruh oleh budaya yang menyesatkan, atau bahkan terbersit niat untuk mengkhianati suami dengan berselingkuh. Masih banyak lagi tentunya, sifat-sifat tercela dan kebiasaan buruk dari orang-orang terdahulu dan juga yang terjadi di sekitar kita saat ini. Dan semoga, kita tak menjerumuskan diri ke dalam golongan orang-orang yang tersesat. Wallahu ‘a’lam bishshowaab (Ummu Hufha) Read More..