Jumat, 28 November 2008

Sebuah Konsekuensi yang Besar

Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya)maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (membahagiakannya)
Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan(kebaikan)nyamaka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah…
… ya Allah, terimalah segala amal ibadah, sholat, puasa, sujud, sedekah, ilmu, dn segala amalan kami yang hanya kami panjatkan untuk-Mu semata ya Allah
…. dan jadikanlah amal-amal kami sebagai pemberat timbangan kebaikan di akhirat nanti, bukan menjadi amal-amal yang sia-sia belaka,
….karena riya’ , karena sum’ah, karena takabur , karena keangkuhan kami Read More..

Menjadi Wanita Pilihan

Ditulis pada September 9, 2008 oleh Muhammad Yasrif
wanita yang elok paras mukanya itu mungkin tak terhitung jumlahnya..namun, wanita yang elok perilaku dan jiwanya itu masih sedikit…
wanita yang kaya harta itu telah mendominasi dunia…namun, wanita yang kaya hati itu masih minim di dunia…
wanita yang cerdas intelektual itu tak terbilang jumlahnya…namun wanita yang cerdas dalam menjaga kehormatannya itu langka…
wanita yang aktif berkarier itu bejibun jumlahnya memenuhi dunia…namun, …
namun wanita yang aktif tuk menjadi ibu dari anak-anak yang shalih/shalihah itu sulit dicari…
wanita yang katanya setia pada pacar yang mau mengorbankan segalanya untuk pacar itu bisa ditemukan berserakan….
namun wanita yang setia pada suaminya dan mau mengorbankan jiwa raganya untuk kebahagiaan dunia akhirat itu sulit untuk mendapatkannya…
wanita yang rela membuang hartanya untuk kesenangan dunia itu bukan barang langka…namun wanita yang rela menginfakkan hartanya untuk kesenangan akhirat itu masih langka…
wanita yang menjaga dan memelihara kecantikan wajahnya itu sudah biasa terlihatnamun wanita yang menjaga dan memelihara kesucian hatinya sulit ditemukan…
wanita yang mempertontonkan auratnya itu sudah membuat dunia ini lebih panas…namun wanita yang senantiasa menutup aurat dan menjaga kehormatannya itu senantiasa menyejukkan mata …
dan terakhir…
ingin menjadi wanita yang bagaimanakah anda … wahai saudariku…pilihanmu adalah masa depanmu di dunia dan akhirat…
SeLamAt meMiLiH
ketahuilah wahai saudariku..
dalam hidup ini akan selalu ada pilihansetiap pilihan mutlak memerlukan perjuangansetiap pilihan dan perjuangan akan ada pertanggungjawaban ….
jadi, Peluang Menjadi Wanita Pilihan itu Masih Terbuka lebar..buruan!!! sebelum terlambat … Read More..

Mengenali Temperamen Si kecil Sejak Bayi

Setiap anak adalah unik, mereka juga memiliki temperamen berbeda satu dengan yang lain. Meski bersaudara, namun temperamennya tak akan selalu sama, teknik pengasuhan pun harus berbeda pula. Karena itu, orangtua perlu mengenali temperamen setiap anak dan bagaimana menghadapinya.

Temperamen seorang anak sudah dapat dilihat sejak masih bayi, caranya adalah dengan melihat tingkah polahnya. Misalnya seberapa sering ia memperlihatkan respon negatif, seperti marah atau menangis.

Saat marah, seorang bayi pun akan mengungkapkannya dengan tangisan. Jika intensitas atau frekuensinya sangat sering, kemungkinan besar si kecil memiliki temperamen mudah marah.

Secara umum, seorang anak diklasifikasikan pada 3 tipe, yaitu:

1. Anak tipe 'mudah' (easy child)

Ciri-ciri:
- Suasana hatinya ringan dan intensif, kebanyakan positif.
- Mudah menyesuaikan diri dengan perubahan dan sesuatu yang baru.
- Mudah tidur, pola tidur dan makannya teratur.
- Mudah menerima makanan baru.
- Tersenyum pada orang yang tak dikenalnya.
- Mudah beradaptasi dengan situasi baru.
- Bereaksi saat frustasi dan sedikit rewel.
- Mampu menyesuaikan diri dengan rutinitas, aturan maupun permainan baru.

Teknik pengasuhan:
Anak dengan tipe ini dapat di bawa ke mana saja dan mampu bersikap manis seharian. Ia tidak berperilaku buruk, karena mudah beradaptasi dengan teknik pengasuhan yang lain dari ibunya. Sehingga Anda akan terlihat sebagai orangtua yang hebat.

Anak bertemperamen ini, juga dapat melancarkan emosi meski cenderung jarang dan sifatnya ringan. Jika muncul kemarahannya, artinya telah terjadi sesuatu yang sangat drastis sehingga Anda tinggal menghindari pemicunya.

2. Anak tipe 'Sulit' (Difficult Child)

Ciri-ciri:
- Sering menunjukkan suasana hati negatif, sering menangis dengan suara keras dan tertawa dengan keras pula.
- Sulit menyesuaikan diri pada perubahan dan hal-hal yang baru.
- Pola makan dan tidurnya tidak teratur.
- Lambat dalam menerima makanan baru.
- Menunjukkan kecurigaan pada orang asing.
- Lambat beradaptasi pada situasi baru.
- Mudah frustasi dengan emosi yang meledak-ledak (tantrum).
- Lambat dalam mengikuti rutinitas baru (penyesuaian dirinya rendah)

Teknik pengasuhan:
Anak tipe sulit lebih sedikit jumlahnya, meski normal dan dalam beberapa kasus sangat cerdas. Meski cenderung lebih mudah marah, tapi bukan berarti tantrum. Bila marahnya meledak, biasanya lebih lama dan lebih dramatis.

3. Anak tipe 'tenang' (Slowly to Warm Child)

Ciri-ciri:
- Suasana hatinya ringan, baik positif maupun negatif.
- Bereaksi lambat terhadap perubahan dan sesuatu yang baru.
- Tidur dan makan lebih teratur dari anak 'sulit' dan kurang teratur dibanding anak 'mudah'.
- Menunjukkan reaksi negatif yang ringan pada hal-hal baru, misalnya saat bertemu orang, tempat dan situasi baru.
- Gemar terhadap stimulus baru dan berkembang secara bertahap setelah ada pengulangan.

Teknik pengasuhan:
Anak tipe ini umum disebut pemalu, lambat menjadi 'panas' dan jarang menunjukkan tantrum yang hebat. Bila marah atau frustasi, ia hanya sedikit rewel dan menarik diri diam-diam. Anak seperti ini jarang ribut, sehingga mudah diabaikan. Meski ada sesuatu yang mengganggunya, mungkin Anda tidak akan pernah tahu, karena ia tidak menunjukkannya.

Anak-anak seperti ini membutuhkan dorongan ekstra untuk menyatakan perasaan-perasaan intensnya. Berikan ia ruang yang lebih luas untuk melampiaskan energi dan perasaan terpendam, tentu dengan cara yang sehat dan aman.

Sebagian besar temperamen ini sifatnya menetap. Artinya, akan menjadi karakteristik bawaan dan menjadi dasar kepribadiannya. Seorang bayi pemarah misalnya, akan tetap memiliki temperamen tersebut hingga dewasa, karena itulah dasar kepribadiannya.

Meski begitu, temperamen mereka masih bisa berubah atau berkembang seiring asuhan orangtua dan lingkungan. Semakin dewasa, seorang anak akan mulai mampu mengontrol emosinya, sehingga temperamennya tersebut dapat diredam seiring pengalamannya.

Orangtua juga sebaiknya tidak membandingkan anak yang satu dengan yang lain, sebab bila seorang anak bertemperamen buruk, artinya sebagai orangtuanya, Anda gagal. Memiliki temperamen keras tak ada salahnya, namun sebaiknya sesuaikan sikap Anda itu dengan temperamen si kecil. Read More..

Kamis, 23 Oktober 2008

Suara Itu Menggetarkan Jiwa


Seringkali kita mendengarkan suara, seperti suara kendaraan bermotor,suara kereta, juga suara kekasih yang terdengar merdu namun berbedadengan suara dari jiwa yang masih suci yaitu suara anak-anak kita yangmampu menggetarkan jiwa. Suara tangisnya, suara tawanya bahkanteriakan-teriakannya seolah mampu membelah bumi. Begitu juga Nisa, putri saya, Setiap Nisa memanggil saya, "ayah.."suara itu menggetarkan jiwa, suaranya mampu mengiris hati. TerbayangNisa yang masih bayi, mulai tumbuh merangkak, berjalan sampai pernahjatuh dari meja karena saya lalai menjaganya dan jidatnya menjadibenjol. Bundanya marah-marah karena tidak tega melihat tangisnya putrinyayang sakit. Hati saya terasa perih mendengar Nisa menangis yang kesakitan. Keperihan hati seorang ayah adalah wujud cinta dan kasih sayang kepadaputrinya. Ikatan batin seorang ayah dengan putrinya begitu indah,seindah wujud kasih sayang itu sendiri. Saya teringat satu kisah NabiSAW, ketika Nabi di Thaif, sekelompok anak anak kecil dan juga orangdewasa berlomba menimpuki Nabi dengan batu dan kotoran unta, Fathimahyang masih sangat belia tampil dengan perangai seorang ibu yang cemasdengan putranya. Dibersihkan kotoran dan darah yang berada pada pada wajah ayahnya.Air mata Nabi tak mampu beliau sembunyikan ketika melihat putritercintanya. Seorang anak yang sepatutnya sedang asyik bermain denganteman seusianya sekarang justru berada dipangkuan ayahnya, menghalangisiapapun yang akan melukai ayahnya. Fathimahpun menangis, dengansuara bergetar penuh keharuan nabi menyeka tiap butiran air mata yangmengalir di pipi mungil putrinya sambil berkata, ' habibati Fathimahla tabki',' belahan jiwaku Fathimah janganlah engkau menangis'. Begitulah ucapan Nabi ketika tangan suci putrinya menyeka darah yangmengalir dikeningnya. Ummu Abiha, ibu dari ayahnya adalah gelar yangRasulullah peruntukkan kepada putrinya. Satu satunya gelar yang belumpernah ada dalam sejarah kecuali untuk Fathimah Azzahra as. Duka dankesedihan selalu mengiringi kehidupan keluarga nabi, akan tetapi Fathimah senantiasa menyembunyikan kedukaannya selama sang ayah beradadisampingnya. Kecintaan assayyidah Fathimah begitu tinggi terhadap ayahnya dan begitu pula Rasul SAW kepada putrinya hingga beliaubersabda, "Fathimah adalah belahan jiwaku, siapapun yang mencintai Fathimah berarti dia mencintaiku." Suara-suara indah yang mampu menggetarkan jiwa hanya mampu ditangkapoleh hati yang jernih, yaitu hati seorang ayah dan seorang ibu dengan tulus mencintai anak-anaknya sepenuh hati yang menjadikan rumah seindah surga.


Salam Cinta,

Ayah !
Read More..

Bidadari Kecil Itu Tak Pernah Sendiri

Matanya bulat, cantik dan jernih seolah tak berdosa. Tawanya pun selalu lepas, sehingga menambah keceriaan di wajah. Usianya memang telah dewasa, namun ia berprilaku bagaikan balita yang polos dan tak banyak meminta. Kelembutan yang terpancar dari jiwa, juga telah menghapus kesempatannya untuk berbuat nakal dan dosa.

Ia adikku, Dian namanya. Limpahan karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala, menjadikan dirinya ditakdirkan terlahir dengan keterbelakangan mental. Chromosome 15 Trisomy Syndrome yang diderita membuatnya bagaikan seorang kanak-kanak. Namun, tak pernah sekalipun ia terlihat menyesali nasibnya.

Dian memang anak istimewa. Selain cacat mental, menjelang akhir hayatnya ia juga menderita sakit ginjal, diabetes, kelainan jantung, lalu lumpuh dan bisu. Bahkan beberapa hari sebelum maut menjemput, kebutaan pun merampas penglihatannya. Tangis ketakutan yang kekanak-kanakan, akan membuat siapapun yang mendengar giris hatinya.

"Ma... ma... aku takut, gelap ma. Mama di sini sama aku ya ma," terdengar rengekannya yang pernah membuat air mata mamaku tumpah. Beliau lalu mengajak Dian berdzikir dan membaca do'a-do'a.

Apa yang diderita Dian pernah membuatku dan saudara-saudara yang lain berburuk sangka kepada-Nya, "Ya Allah, mengapa Engkau timpakan penderitaan sepedih ini kepada adik kami?" Pertanyaan itu sering kali menyeruak, dan bertubi-tubi menghujani hati ini.

Kami pun pernah sedih karena memikirkan Dian yang tak pernah hidup normal seperti layaknya saudara-saudaranya yang lain. Tumbuh dewasa, menikah, lantas merasakan kebahagiaan berumah tangga. Namun, bukankah Allah Yang Maha Pencipta tentu lebih tahu segalanya. Mungkin IA hanya tersenyum bijaksana, menatap kesalahpahaman kami semua.

Dian memang cacat fisik dan mental, tapi tidak hatinya. Tubuh yang penuh tutulan obat merah dan perban karena koreng bernanah, bahkan sebagian hidupnya yang harus dijalani dengan kursi roda, tak mampu menutupi keistimewaan yang ada pada dirinya.

Suatu peristiwa saat ia berusia 5 tahun, menampilkan sosok jiwanya yang begitu lembut. Ia tak pernah tega walaupun terhadap semut-semut yang mengerubungi piring nasinya. Ia hanya menjerit-jerit, "Ma... nyamut, nyamut ma!" karena saat itu ia tidak bisa membedakan antara nyamuk dan semut.

Lalu aku yang saat itu mendengar tergopoh-gopoh menghampirinya, "Jangan menangis Dian, ini kan cuma semut. Pukul saja, ntar juga semutnya pergi."? Lalu kuusir semut-semut itu, dengan tepukan tangan di lantai teras depan rumah kami.

Allah Yang Maha Pengasih memang sangat mencintai Dian. Betapa tidak? Kelahirannya disambut dengan penuh kebahagiaan, dan kematiannya di usia 30 tahun adalah peristiwa terindah yang pernah kudengar.

Ketika itu, menjelang malaikat maut hendak menjemput, mamaku meminta Dian untuk selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala sambil membelai-belai lembut kepalanya, "Dian, nyebut ya sayang, ya Allah... gitu nak. Ya Allah... Allahu Akbar!" Lalu mama membaca surah Yaa siin di pinggir tempat tidur, sedangkan bapak melakukan sholat Ashar, tak jauh dari sisi tempat tidur Dian.

Lidah Dian mulai sulit bergerak. Namun orangtuaku dengan tabah berusaha membimbingnya mengucapkan "Allahu Akbar, ya Allah." Hingga suatu saat, ketika mama membisikkan kalimat itu, Dian menggenggam tangannya dengan kuat dan bergumam lirih, "Aaaaaahhhhhh..."?

Air bening pun bergulir dari sudut mata Dian yang telah buta. Mungkin sebagai isyarat permintaan maaf, dan mohon kerelaan karena ia sebentar lagi akan berpulang kepada Sang Pencipta.

"Pulanglah Dian ke haribaan Allah..." kata mama dengan tabah di sela isakan tangisan. Lalu dengan tenang Dian meninggalkan kami semua dengan hembusan nafas terakhirnya.

Di saat penguburan, mama mengecup telapak tangannya sendiri kemudian melambai ke pusara Dian. "Selamat jalan, bidadari? kecilku. Tunggu mama di sana ya, nak," katanya seraya menatap lubang peristirahatan terakhir Dian yang mulai ditutupi tanah merah oleh para sanak saudara dan sahabat.

Adikku Dian memang benar-benar anak istimewa, bahkan teristimewa di antara saudara-saudaranya. Karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala pun mengirim bapak untuk pulang menyertai Dian, tak lama setelah kepergiannya. Mungkin sebagai jawaban kepada bapak yang memang selalu merindukan anak istimewanya.

Sekarang bidadari kecil kami tak perlu takut sendirian, karena bapak telah berada di sana untuk menemaninya.

Dian, adikku tersayang... Jangan takut untuk kembali kepada Allah ya sayang. Engkau tahu, engkau tak sendirian. Mama pun selalu berkata, engkau tak akan pernah sendirian, karena do'a dan segenap cinta kami selalu bersama dirimu, adikku tercinta.

Kembali kepada Allah adalah sesuatu yang indah. Bahkan teramat indah dari apa yang mungkin pernah engkau bayangkan.

Selamat jalan sayang, selamat tinggal adikku yang teristimewa. Engkau memang bidadari kecil yang tak pernah sendirian.

WaLlahua'lam bi shawab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA* Read More..

Ya Rabby, Bagaimana mungkin

Perlahan-lahan kehidupan ini mulai dapat kami nikmati, ‘enjoy your life‘ kata orang di sana. Masalah-masalah yang mengejar memang tak pernah hilang atau berhenti barang sejenak. Masalah itu masih ada, tak akan hilang sampai kami sendiri yang menyelesaikannya, tak bisa berharap dari orang lain meski sebenarnya masalah itu tanggung jawab bersama. Solusi yang realistis belum juga muncul, kami harus menanggung hutang yang tidak pernah kami cicipi wujudnya.

Mencari kerja masih terus diupayakan, apapun lowongannya. Memulai usaha sendiri praktis hampir mustahil tanpa ada sedikit pun modal yang kami miliki apalagi kami telah berkomitmen tidak akan pernah lagi berhutang untuk alasan apapun. Satu per satu panggian interview datang tanpa ada hasil yang jelas, mulai dari lowongan asli dari perusahaan bonafide sampai perusahaan ‘penipu’ yang berusaha mencari nasabah/investor untuk transaksi valasnya dengan berkedok membuka lowongan pekerjaan, kami datangi.

‘Life is not easy‘, memang hidup itu akan terasa berat jika kita tidak pernah tahu apa tujuan hidup ini. Ibarat orang berjalan di tengah gurun yang terik tanpa pernah tahu kea rah mana tujuannya, sejauh mata memandang hanya hamparan pasir yang ada. Terik sinar matahari makin menampakkan betapa tidak bersahabatnya kehidupan diluar sana dengan diri kita. Hingga hidup seperti hanya sekedar untuk mengejar oase-oase fatamorgana yang tampak rindang dan sejuk tapi hilang seketika kita sampai di sana. Mata air-mata air palsu bualan penglihatan manusia tak mampu menebus dahaga yang ada.

Tapi kami punya tujuan hidup. Beribadah, that’s all. Hanya karena alasan itu kenapa kami diciptakan di dunia ini dan hanya karena alasan itu pulalah sehingga kami masih ada di dunia saat ini. Hingga kami harus senantiasa bersyukur ketika diri ini masih dimampukan untuk beribadah kepada-Nya. Seorang telah banyak mengingatkan kami akan hal ini, pada masa-masa yang tidak cukup mudah bagi kami saat ini. Saat segala keterbatasan melingkupi kehidupan kami, meski kami tak akan pernah mengatakan bahwa saat ini kami sedang mengalami ‘kekurangan’. Sungguh Allah SWT telah mencukupi rizqi untuk kami meskipun bagi sebagian orang kondisi kami berkekurangan. Rabb kami pasti memiliki rencana besar di balik semua ini, Dia pasti telah memiliki rasio dan rumusan yang pasti benar atas ‘jatah’ rizqi kami di dunia ini. Jikapun suatu saat telah habis, maka itulah giliran kami menghadap-Nya untuk mengharap bentuk cinta-Nya yang lain di akhirat nanti.

Hari ini memang seperti hari lainnya, hanya saja dana yang seharusnya digunakan untuk makan sehari-hari harus berkurang alokasinya karena aku gunakan untuk ongkos ke Jakarta memenuhi panggilan interview sebuah perusahaan pagi tadi. Seperti biasa pula kami makan bersama-sama, aku, bidadariku tercinta, dan kedua penyejuk hati kami, Salsabila dan Azzam. Dua piring nasi dengan warna hitam dari kecap yang sangat mewarnai telah disiapkan. Memang itu yang menjadi favorit kami saat ini, malah terkadang meski lauk masih ada Salsabila dan Azzam tetap minta suapan nasi kecap tanpa lauk. Bergantian mereka minta disuapkan entah dari aku atau sang bunda, yang posisinya paling dekat dengan mereka. Alhamdulillah hingga pada paruh terakhir nasi di piring tersisa, mulut-mulut mungil mereka masih tetap terbuka. Tapi rupanya kali ini keaktifan bermain mereka membutuhkan energi cukup besar sehingga mereka makan cukup lahap. Yaa Rabbi, bagaimana mungkin tanganku menyuapkan nasi ke mulutku sementara mulut-mulut mungil mereka masih terbuka lebar… yaa Rabbi, bagaimana mungkin diri ini tega mengharapkan masih akan tersedia sisa nasi dari mereka setelah mereka kenyang nanti. Yaa Rabbi, aku percaya bahwa diri ini telah Engkau berikan rizqi tersendiri, Engkau Maha Kuasa sehingga aku tak akan pernah bisa mengetahui cara-Mu menyampaikan rizqi kepadaku.

Yaa Rabbi, ampunilah hamba-Mu ini, yang sering tak mampu menyadari, isteriku tercinta pasti lebih sering mengalami hal ini. Mulutnya tetap mampu berkata kenyang meski lambungnya berteriak lapar. Beberapa sendok nasi tambahan yang kuselipkan sembunyi-sembunyi pasti tak akan cukup membungkam teriakan lapar lambungnya. Yaa Rabbi, ampunilah hamba-Mu ini.

Subhanallah…ternyata masih ada beberapa sendok nasi tersisa. Maha Besar Allah SWT yang telah membuat lambung ini tak lagi perih. Alhamdulillah karena rasa lapar itu telah hilang. Laa hawla walaa quwwata illa billah…

~Abu Hasan~



Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat atasnya, dan memudahkan terbukanya pintu rizqi untuknya. Amiin... Read More..

Mamamia: Hancur Bersama Mama

Acara Mamamia yang digeber saban Selasa malam di stasiun televisi Indosiar ini sebenarnya mirip dengan kontes audisi pencarian bakat lainnya yang udah ada sebelumnya. Diadap-tasi dari Quincianera—ditayangkan televisi berbahasa Spanyol di Amerika—Mamamia mampu menggugah emosi penonton, termasuk juri vote lock (100 orang juri independen yang nggak ada hubungan kekerabatan atau teman dengan peserta). Apalagi acara ini mirip kayak AFI, yang sering mengekspos latar belakang peserta audisi. Biasanya yang mengharukan gitu deh. Jadinya ya kalo dilihat dari kualitas acara sih biasa-biasa aja. Tapi ada yang membedakan dari segi format acara, yakni peran mama yang biasanya berada di belakang layar, kini tampil bareng dengan anaknya.

Sobat muda muslim, mama dan anak di acara ini bisa bekerja sama, bahkan mamanya langsung jadi manajer anaknya. Pihak stasiun televisi Indosiar pun mengklaim bahwa acara ini cukup laris. Seperti biasa, yang dijual untuk menggoda pengiklan agar ikut mensponsori acara tersebut adalah dari ‘makhluk’ bernama rating. Ambil contoh pada episode kelima, 15 Juni 2007 lalu, di Balai Sarbini, Jakarta, data AGB Nielsen Media Research mingguan pada 1 Juni - 23 Juni menyebutkan rating 6,5 dengan share penonoton 19,4 persen. Pada minggu berikutnya, rating mingguan meningkat lagi menjadi 8,3 dengan share penonton 25,3 persen. (Koran Tempo, 8 Juli 2007)

Maraknya acara seperti ini bukan tanpa sebab lho. Pasti ada banyak alasan dan tentu kepentingan. Gampang aja sih ngelihatnya, orang berbuat itu umumnya disetir oleh kepentingan. Beragam kepentingan tentunya tergantung setiap orang. Sementara kepentingan dari setiap orang biasanya lahir dari sebuah persepsi alias cara pandang yang tentunya saja mempengaruhi sikap. Jadi, berawal dari cara pandang, kemudian melahir-kan sikap, diteruskan dengan kepentingan, dan akhirnya ditumbuhkanlah keinginan.

Ambil contoh masalah ini, cara pandang terhadap acara pencarian bakat secara instan, apalagi ditambah banyak hadiahnya, maka orang pasti senang. Siapa sih yang nggak ingin populer? Manusia mana yang nggak butuh duit—apalagi nyarinya cepat? Maka, ketika memahami bahwa hal itu menyenangkan, akan tumbuh sikap terhadap hal itu. Misalnya, ingin meraihnya dengan penuh ambisi. Sikap ini tentu saja berbanding lurus dengan kepentingan. Apa kepentingannya? Ya, tadi itu: tenar dan tajir dalam waktu sesingkat mungkin. Akhirnya, keinginan untuk merasakan kesenangan itu tumbuh subur. Itulah sebabnya mengapa acara seperti ini begitu marak dan banyak peminat-nya. Berjubel euy!

Bukannya kita ngiri apalagi kebakaran jenggot karena nggak bisa ngikutin acara tersebut. Sori lha yauw, kita cuma ngerasa kasian sama temen-temen yang bela-belain meminati acara begituan. Lho kok kasian, bukannya mereka dapetin semua yang mereka inginkan? Bukankah dengan ikut acara tersebut mereka jadi tenar dan dapat duit banyak? Khusus acara Mamamia, kan bisa barengan ngetop mama sama anaknya, kenapa harus kita yang merasa kasian sama mereka?

Hmmm jawabnya gampang aja: karena kita ngerasa kasian ngeliat mereka terjerumus dalam budaya yang hedonis dan jauh dari nilai-nilai Islam. Itu aja kok. Sederhana banget kan? Kalo kita cuek mana mungkin cerewet nulis artikel kayak gini. Justru ini sebagai tanda cinta kita kepada saudara yang lain. Biar nggak terlalu jauh melangkah meninggalkan Islam. Itu aja kok. Setuju kan?

Mafahim, maqayis, dan qanaat
Sobat muda muslim, mafahim itu artinya pemahaman. Ya, pemahaman seseorang tentang kehidupan. Bisa juga berarti cara pandang alias persepsi. Sementara maqayis adalah tolok ukur alias standar perbuatan. Ketika kita berbuat pastinya kita dikendalikan oleh pemahaman dan memiliki standar perbuatan sesuai pemahaman tersebut. Nah, kalo qanaat itu adalah kerelaan, ridho. Bisa juga berarti kesenangan dan ketenangan.

Mengapa ini dibahas? Sebab, manusia mana pun ketika melakukan sesuatu perbuatan atau mengeluarkan pendapat bisa dilihat dari tiga komponen ini. Nah, sebagai muslim, maka mafahim, maqayis, dan qanaat-nya kudu Islam. Bukan yang lain.

Lha, kalo sekarang? Duh, sedih banget deh. Ternyata banyak di antara kita yang mafahim-nya tentang kehidupan berdasarkan kapitalisme-sekularisme. Cara pandang sebagian besar manusia saat ini dikendalikan oleh idoelogi tersebut. Sadar atau nggak sadar. Kalo yang sadar, berarti dia meyakini kebenaran kapitalisme-sekularisme. Kalo yang nggak sadar, ia masih percaya Islam tapi karena nggak mendalam akhirnya terjebak oleh pola yang diajarkan kapitalisme-sekularisme.

Hmm.. repot juga ya? Ya, iyalah. Saat ini, sebagian besar kaum muslimin (termasuk yang nonmuslim) sudah tergoda dengan aturan hidup kapitalisme-sekularisme. Oya, kapitalisme itu akidahnya adalah sekularisme. Apa itu sekularisme? Sekularisme itu memisahkan antara kehidupan dunia dengan urusan agama. Misal, kalo lagi shalat mah khusyu’ bukan main. Selesai shalat langsung berdoa dengan penuh pengharapan kepada Allah Swt. But, di luar shalat dan doa, kita liar nggak mau diatur sama Islam. Shalat kuat, ngaji kuat, tapi pacaran dan berzina juga doyan. Halah, itulah sekular, Bro!

Sobat, gara-gara cara pandang kita tentang kehidupan menggunakan standar kapitalisme-sekularisme, maka maqayis alias tolok ukur perbuatannya juga ngikutin ideologi ini. Asas kehidupannya adalah asas manfaat menurut ukuran logika dan hawa nafsu manusia. Kalo jualan miras dan narkoba itu bikin untung, ngapain jualan air mineral kemasan dan bubur ayam, misalnya. Kalo menjadi artis di dunia hiburan saat ini bikin terkenal dan banyak duit, ngapain jadi orang berilmu (ustad or ilmuwan) yang saat ini nggak terlalu dihargai, udah gitu hidupnya nggak sejahtera pula. Inilah cara pandang kapitalisme-sekularisme dan tolok ukurnya.

Apakah mereka rela dan tenang hidup dalam kondisi seperti ini? Sangat boleh jadi mereka menikmati. Tentu saja dong. Sebab, gara-gara cara pandang dan tolok ukur ala kapitalisme-sekularisme, maka qanaat-nya juga ngikutin. Itu sudah satu paket. Nggak bisa dipisah-pisah dan nggak mungkin dipilah-pilah. Orang yang menganggap bahwa jualan miras dan narkoba boleh, maka dia akan melakukan dan merasa ridho serta senang jika udah bisa menjual barang tersebut, apalagi kalo barangnya laku. Sekular itu. Pasti deh.

Terus gimana dengan acara Mamamia? Sama aja, Bro. Ini cuma beda kasus. Mereka yang menganggap bahwa kehidupan dunia saat ini hanya semata untuk senang-senang dan bebas nilai, maka tolok ukur perbuatannya pun semata ngikutin logika dan hawa nafsu tanpa tuntunan dari Allah Swt. dan RasulNya. Itu sebabnya, bagi mereka yang udah terpola dengan cara pandang ini, ikut acara Mamamia (atau acara audisi sejenis) adalah bagian dari jalan meraih kehidupan yang lebih baik. Untung-ruginya diukur dari manfaat, bukan syariat. Mereka juga qanaat alias rela dan merasa puas serta senang ikut acara itu, apalagi jika berhasil.

Padahal, menurut cara pandang Islam, sebelum kita melakukan suatu perbuatan harus dilihat dulu faktanya. Apakah perbuatan tersebut sesuai dengan ajaran Islam atau malah bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab, meraih kehidupan yang lebih baik, bukan berarti menghalalkan segala cara. Islam membolehkan kok umatnya kaya raya, tapi harus diraih dengan cara yang sesuai dengan tuntunan Islam. Bukan yang lain.

Acara Mamamia (termasuk KDI, Indonesian Idol dan sejenisnya) banyak sekali yang bertentangan dengan Islam. Seperti cara berpakaian yang melanggar ajaran Islam (tak menutup aurat), campur-baurnya penonton laki dan perempuan, dan lagu-lagu yang dinyanyikan tak sedikit yang marusak akidah dan bahkan melanggar syariat. Lebih dari itu, acara semacam ini telah mengubah gaya hidup manusia. Celakanya, gaya hidup yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

Mama teladan dan pelindung anak
Mama seharusnya menjadi teladan bagi anaknya dan juga pelindung anaknya. Mampu mengarahkan anaknya menjadi anak yang baik dan shaleh/shalihah. Apalagi jika anaknya menjadi pejuang dan pembela Islam. Bukan malah mengarahkan dan membimbing anaknya menuju kehidupan yang lebih rusak. Sungguh malu dan kasihan melihat mama dan anaknya manggung bersama di acara Mamamia. Gemer-lap memang, bertabur pujian memang, terkenal memang, mendapat banyak hadiah memang, tapi sebenarnya itu semua semu belaka.

Jadi seleb di dunia hiburan saat ini memang tak lepas dari kehidupan yang hedonis dan permisif. Meski mungkin saja ada seleb yang ‘bersih’, tapi karena kehidupan itu sangat dekat dengan gaya hidup seperti itu, akhirnya ya kena cap juga. Makanya, jangan dekat-dekat atau malah mendekat dan ingin terlibat di dalamnya. Bahaya, Bro.

Mendidik anak itu memang susah. Nggak gampang. Tapi bukan berarti nggak bisa dilakukan. Bisa kok. Asal ada kemauan dan sadar bahwa pendidikan itu sangat berharga. Apalagi pendidikan yang membentuk mafahim, maqayis, dan qanaat yang berlandaskan ajaran Islam. Insya Allah sangat berharga bagi anak. Dan, ibulah yang paling mungkin untuk lebih banyak mengajarkannya kepada anak-anaknya. Meski tentu saja ada peran dari ayahnya juga. Lha, kalo manggung bareng anak di acara Mamamia, berarti sedang mendidik anak untuk jauh dari ajaran Islam. Sudahlah dirinya tak mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya sesuai ajaran Islam, eh, malah ngajakin anaknya untuk rusak juga. Halah, menyedihkan sekali.

Rasulullah saw. bersabda: “”Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu-bapaknya-lah yang menjadikan ia yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR Bukhari)

Tuh, berat banget kan tugasnya? Itu sebabnya, pendidikan harus dimulai sejak usia dini. Bahkah sebelum mentransfer nilai, kedua orangtua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari (menjadi teladan). Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat.
Selain itu, bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain. Oya, nggak lupa menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.

Nggak heran dong kalo Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkomentar, “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orang tuanya.”

Itu artinya, kalo orangtua ngajarin kebaikan, maka hasilnya juga insya Allah baik. Syaikh Sayyid Quthb memberikan testimoni untuk ayahnya: “Semasa kecilku, ayah tanamkan ketakwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir”

Tuh, tentunya kita sangat mendambakan kehidupan yang lebih baik. Yakin deh, orangtua yang baik, terutama ibu, pasti akan mendidik anak-anaknya ke arah yang benar dan baik sesuai ajaran Islam. Bukan ajaran lain. Sesulit apapun, insya Allah akan dilakukannya demi masa depan anak-anaknya. Sebab, insya Allah akan berbuah pahala dan hasil yang bagus. Bagaimana menurutmu? Setuju kan? [solihin: www.studia-online.com] Read More..

Ketika Musibah itu Datang

Nggak ada orang yang nyangka. Nggak ada manusia yang bisa memprediksi dengan tepat akan terjadinya gempa bumi di dekat atau di bawah dasar laut yang memicu gelombang besar bernama tsunami. Menurut para ahli gempa, gelombang tsunami dapat mencapai panjang 161 kilometer dan menjalar dengan kecepatan 966 km/jam (konon kabarnya setara dengan kecepatan pesawat terbang jenis Boeing 747).

Entah berapa panjang gelombang dan kecepatan menjalar tsunami yang dipicu gempa beruntun sepanjang hari di tiga tempat pusat gempa (Kepulauan Nicobar India 3 kali, Sumatera bagian utara 1 kali, Lepas pantai barat Sumatera 3 kali) dengan rata-rata kekuatan gempa di atas angka 5 pada skala richter (gempa pertama bahkan skala richter menunjuk angka 8,9). Yang jelas hasil sapuan tsunami yang terjadi pada 26/12/04 itu menyebabkan puluhan ribu orang meninggal.

Nggak tanggung-tanggung, musibah ini menghantam beberapa negara di Asia Selatan (dan sebagian kecil Afrika). Indonesia, khususnya (sebagian besar di wilayah Aceh) lebih dari 27 ribu korban meninggal dunia. Angka yang besar tentunya. Bahkan jika dijumlah secara total dari beberapa negara lainnya (India, Srilanka, Thailand, Malaysia, Myanmar, Maladewa, dan Bangladesh, bahkan sampe ke Somalia dan Tanzania) diprediksi mencapai lebih dari 55 ribu orang (Koran Tempo, 29 Desember 2004) .

Selain menyebabkan puluhan ribu orang meninggal dunia, tsunami juga menyisakan kerusakan yang parah. Selain jutaan orang terpaksa mengungsi ke daerah aman, juga menghancurkan bangunan pribadi dan sejumlah fasilitas umum. Bahkan detik.com pada edisi 28/12/04 menuliskan bahwa kota Meulaboh (yang relatif paling dekat dengan pusat gempa) hampir 80% berantakan dengan jumlah korban meninggal menyentuh angka 10 ribu orang. Sampe tulisan ini selesai dibuat, korban masih terus bertambah. Wallahu'alam.

Entahlah, yang jelas saya sendiri nggak begitu semangat menulis jumlah korban dan penderitaan mereka. Selain nggak bisa dilukiskan dengan kata-kata gimana perihnya, kamu sendiri udah cukup melihat penderitaan mereka lewat gambar bergerak di layar kaca. Jadi, alangkah baiknya jika kita langsung saja memberikan bantuan riil kepada mereka yang sedang membutuhkan. Minimal, ya minimal sekali adalah bantuan doa. Syukur-syukur buat kamu yang punya kelebihan rezeki, bisa memberikan bantuan dalam bentuk materi. Besar atau pun kecil, yang penting ikhlas, insya Allah jadi pahala. Meski tidak sampe menyelesaikan masalah, minimal meringankan beban dan penderitaan mereka. Semoga saja kepedulian kita yang disalurkan ke pos-pos tertentu untuk diteruskan ke mereka yang tertimpa musibah tidak disalahgunakan pengelolanya. Maklumlah, siapa sih yang nggak ijo ngeliat duit mengalir deras? Semoga Allah selalu bersama kita.

Sobat muda muslim, saya nggak mau panjang lebar ngomongin kondisi tentang musibah ini, karena tulisan ini akan kalah update datanya oleh berita dari media elektronik dan cetak harian. Lagian, kalo cuma menuliskan fakta-faktanya tanpa berbuat untuk menolong mereka, juga kurang bijak. Karena, kita seolah cuma menjadikan mereka yang tengah menderita sebagai objek berita untuk dijual dan dinikmati.

Di buletin ini, saya cuma ingin mengajak kita semua (tentunya termasuk saya sendiri) untuk merenung tentang ?hikmah? di balik musibah ini. Kita berusaha interospeksi dengan kenyataan ini. Kita bisa mencoba menjernihkan pikiran kita, dan juga membersihkan hati kita. Kita jujur pada diri kita sendiri. Apakah selama ini kita sudah bisa mengenal diri sendiri, mengenal siapa pencipta kita, dan tentunya mengenal hak dan kewajiban kita sendiri selama ?bertugas' di dunia ini. Selain itu, kita juga bisa merenungkan tentang makna hidup ini. Karena, pelajaran hidup ini tak mesti dialami langsung oleh diri kita sendiri, bisa saja kita merenungkan setiap peristiwa yang dialami oleh orang lain untuk dijadikan pelajaran bagi hidup kita.

Pelajaran berharga: ujian atau murkaNya?

Nggak salah-salah amat apa yang pernah disampaikan Bang Ebiet G. Ade lewat lagu berjudul ?Untuk Kita Renungkan?. Puisi yang dimusikalisasi itu berisi pesan bagus, di antaranya ada lirik: ?Anugerah dan bencana adalah kehendakNya, kita mesti tabah menjalani, Hanya cambuk kecil agar kita sadar, adalah Dia di atas segalanya.? Lengkapnya, boleh kamu dengerin lagunya sendiri deh, yang barangkali lebih asyik pesannya ketimbang ?Ada Apa Denganmu?-nya milik Peter Pan.

Sobat muda muslim, sungguh ini pelajaran yang sangat berharga. Jangan salah sangka lho. Maksud saya menuliskan ?pelajaran berharga? sebagai subjudul di atas bukan berarti saya menganggap bahwa ini patut dinikmati. Nggak. Tapi yang jelas wajib direnungkan. Jadi, ?berharga? di sini maksudnya adalah kejadian yang harusnya membuat kita kian taat kepada Allah dan sekaligus mengakui kelemahan kita.

Bang Ebiet benar. Ini bukan hukuman, tapi hanya cambuk kecil agar kita sadar, bahwa Allah di atas segalanya. Allah Maha Kuasa atas apa pun, sehingga Dia ?berhak? menunjukkan kekuasanNya untuk memberikan pelajaran dan mendidik kita, agar lebih taat kepadaNya.

Kenapa ini disebut pelajaran dan Allah sedang berusaha mendidik kita, padahal adakalanya dengan peringatanNya yang terasa begitu keras? Jangan kaget dan jangan heran karena kita nggak pernah tahu skenario Allah. Apa yang kita anggap berat, mudah saja bagiNya. Apa yang kita anggap dahsyat, biasa saja bagiNya. Ini sekaligus menunjukkan keperkasaanNya dan kelemahan kita.

Kejadian bencana alam ini bisa kita lihat dengan dua sudut pandang. Pertama, ini semata memang ujian dari Allah Swt. Insya Allah, bagi orang-orang yang beriman ini adalah ujian. Semoga dengan kejadian yang meskipun menurut kita sangat berat, menyesakkan, dan tentunya menyedihkan, tapi jika kita bersabar, insya Allah ada pahalanya. Jangan pernah berputus asa. Firman Allah Swt.:

?Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ?Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun? (QS al-Baqarah [2]: 155-156)

Kita kayaknya udah akrab juga dengan kalimat ?Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun? . Bahkan kita sangat hapal dengan maksudnya. Yup, arti kalimat itu adalah ?Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya-lah kami kembali.? Kalimat ini oleh para mufasir (ahli tafsir) dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. Indah sekali bukan, ditimpa musibah bukannya putus asa, tapi kita malah bersabar. Jadi berbahagialah karena kita sebagai seorang muslim dan insya Allah juga seorang mukmin.

Dalam ayat lain, Allah Swt. juga menjelaskan bahwa segala musibah yang menimpa adalah atas kehendakNya:

?Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.? (QS at-Taghaabun [64]: 11)

Sobat muda muslim, kalo sudut pandang pertama musibah ini bisa bermakna ujian, maka pada sudut pandang kedua, justru kita khawatir nih, karena bisa jadi musibah itu adalah bentuk murkaNya. Mungkin lebih halus bisa disebut peringatanNya sebagai bagian dari azabNya karena kita sudah mulai lupa kepadaNya, karena kita sudah mulai berani melawanNya, bahkan nekat menentangNya serta mendustakanNya. Wallahu'alam.

?Pelajaran? tentang peringatanNya itu bisa kita simak dalam firman Allah Swt. (yang artinya): ?Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang? Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatanKu? Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulNya). Maka alangkah hebatnya kemurkaanKu.? (QS al-Mulk [67]: 16-18)

Sobat muda muslim, itu semua bisa kita analisis. Mengukur diri. Kita bisa interospeksi diri. Kita bisa menilai diri kita, dan berusaha mencocokkan apakah musibah ini adalah ujian atau justru bagian dari murkaNya? Masing-masing dari kita insya Allah bisa menjawabnya. Asal kita mau jujur pada diri sendiri.

Masih ada waktu

Ya, insya Allah masih ada waktu bagi kita. Kita juga masih diberikan kesempatan untuk berbenah diri, dengan melihat kejadian yang menimpa saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Berbenah untuk menjadi lebih baik. Mungkin saja kita bisa belajar lebih peka, lebih peduli, lebih perhatian kepada saudara kita. Mungkin juga kita bisa terdidik dan tercerahkan untuk lebih taat, untuk kian merasa lemah dan hanya Allah yang Maha segalanya, untuk kian meningkatkan kesabaran kita, bisa juga keimanan kita kepadaNya bertambah.

Mungkin saja, skenario Allah ini seperti ingin memberikan gambaran kepada kita, bahwa kita sering nggak peduli, sering nggak perhatian dan merasa tak perlu pusing memikirkan nasib saudara kita yang jauh di negeri lain. Untuk kasus Palestina, Afghanistan, Fallujah (kabar terakhir, rakyat Fallujah yang tewas hampir mencapai 100 ribu orang akibat dibantai pasukan AS) dan wilayah lain, sebagian dari kita sering hanya melahapnya sebagai berita saja. Kita menjadi pribadi yang tega mengabaikan nasib saudara kita di belahan dunia lain, hanya karena terpisah oleh jarak yang jauh dan batas negara akibat ide nasionalisme yang memang menyesatkan. Itu sebabnya, mungkin saja Allah timpakan musibah sebagai peringatanNya dalam bentuk lain, yakni dengan saudara yang dekat dengan kita yang ?habis? dilumat tsunami, agar kita sadar. Wallahu'alam.

Sobat muda muslim, ini bukan kiamat kubra (kiamat besar di mana bumi akan lenyap dan akan menjadi akhir sejarah dunia), ini baru kiamat sughra (kiamat kecil) yang semoga saja menyadarkan kita untuk lebih beriman kepadaNya. Kalo pada ?kiamat kecil? ini kita masih mungkin dan bisa untuk saling menolong, nanti pada kiamat besar (kiamat yang sesungguhnya) kita tak bisa saling menolong.

Insya Allah kita tak pernah takut dengan kematian, tapi bukan berarti kita mengabaikan hidup. Kita bisa berupaya untuk mencegah segalanya, misalnya tentang upaya peringatan dini akan adanya gempa atau gelombang tusnami. Mungkin pemerintah bisa mengupayakan untuk melakukan upaya peringatan dini atau semacam posko antisipasi bencana dengan mengerahkan para ilmuwannya, dan tentunya dilengkapi dengan alat yang canggih menurut ukuran saat ini.

Tapi jangan lupa lho sobat, sebagai seorang muslim, upaya kita dalam rangka pencegahan akan tidak berarti apa-apa jika Allah berkehendak lain. Itu sebabnya, selain usaha duniawi, juga kita gemar memupuk amal kebaikan agar ketika Allah menjemput kita lewat kematian dalam kondisi apa pun (sedang berjihad, diterjang gelombang tsunami, kecelakaan jalan raya, sakit, bahkan sedang tiduran di ranjang) pastikan kita udah banyak membawa amal baik yang akan ?dipamerkan? di hadapan Allah. Alangkah ruginya kita, jika kematian yang memang datang tiba-tiba itu kita masih getol berbuat maksiat tanpa istirahat sedikit pun.

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang beriman, bertakwa, berilmu, bersabar, dan gemar melakukan amal sholeh. Amin. Semoga Allah mengampuni dosa kita semua dan dosa kaum muslimin yang telah meninggalkan kita selamanya. Amin. [solihin] Read More..

Rabu, 22 Oktober 2008

Dan, Cobaan Itu Pun Menerpa

Perasaan sedih terasa menyeruak ke permukaan, tatkala cobaan yang
Allah berikan ini terasa membebani. Padahal kapasitas cobaanya bisa
dibilang ringan. Saya mungkin bukan hanya satu-satunya orang yang
mendapat cobaan. Bahkan mungkin saja penderitaan atau cobaan saya
tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan yang menimpa orang
lain. Berapa banyak di dunia ini orang yang terbaring sakit di atas
ranjang selama bertahun-tahun dan hanya mampu membolak-balikkan
badannya saja, lalu merintih kesakitan dan menjerit menahan nyeri.
Berapa banyak orang tua yang harus kehilangan buah hatinya, baik yang
masih belia dan lucu-lucu, atau yang sudah remaja dan penuh harapan.
Betapa banyaknya didunia ini orang yang menderita, mendapat ujian dan
cobaan, belum lagi mereka yang harus setiap saat menahan himpitan hidup.

Seringan apapun cobaan ternyata sangat membebani perasaan, apapun itu
cobaannya. Dan ini bisa dibilang karena lemahnya iman. Iman saya pada
saat itu mungkin berada pada titik terendah sehingga cobaan yang
menimpa terasa berat membebani. Padahal dalam Al-Qur'an surat
Al-Baqarah ayat 286 disana dikatakan bahwa... "Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Tetapi, pada saat itu perasaan ssedih tetap saja ada tak terbendungkan.
Itulah mungkin karena kurangnya iman... Astaghfirullah

Seperti yang kita ketahui, masing-masing orang mempunyai tingkat
keimanan yang berfariasi, hanya Allah lah yang paling tahu kualitas
keimanan seorang hamba. Makin tinggi kualitas iman seseorang, makin
berat pula cobaan yang harus dihadapinya. Tak heran jika para Nabi
harus mengemban cobaan yang sangat berat. Terlepas dari berat atau
ringannya cobaan yang diberikan Allah, yang pasti cobaan itu akan
tetap dialami seorang hamba selama ia berjalan di muka bumi.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar; (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapatkan
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah(2): 155-157)

Dan di dalam ayat yang lainnya pun Allah SWT telah memberikan arahanya
sebagaimana berikut ini :

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan (selalu)
memberinya jalan keluar dan memberinya rezki dari proses yang tidak
terpikirkan. " (QS. Ath-Thalak (65): 2-3)

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah memberinya kemudahan
dalam urusannya." (QS. Ath-Thalaq (65): 4)

"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahan nya dan akan melipatgandakan pahala baginya." (QS. Ath-Thalaq (65): 5)

"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia
akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala
kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa) kalian." (QS. Al-Anfal (8): 29)

Subhanallah, Allah SWT telah memberikan petunjuk-Nya bagi kita semua
begitu sempurnanya, tapi kitanya sendiri yang lalai, selalu terlena
oleh bujuk rayunya dunia... termasuk diri saya ini...Astaghfirullah

Sahabat... Tengoklah kanan kiri. Tidaklah Anda menyaksikan betapa
banyaknya orang yang sedang mendapatkan cobaan dan betapa banyaknya
orang yang sedang tertimpa bencana? Telusurilah, di setiap rumah pasti
ada yang sedang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air
mata. Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa
banyak pula orang-orang yang sabar menghadapinya, dan betapa banyak
pula orang-orang yang tidak sabar menghadapinya yang memerlukan uluran
tangan kita.

Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu haditsnya,
"Belum sempurna iman seseorang kalau tidur dalam keadaan kenyang
padahal dia tahu tetangganya tidak bisa tidur karena -'lapar'-."

"Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu, sehingga mencintai
saudaranya (keluarga, sahabat, dan sebagainya) seperti mencintai
dirinya sendiri." (HR. Muslim)

Wallahu A'lam Read More..

Indahnya Meminta Maaf a la si Kecil


Pernah mengajari anak balita untuk meminta maaf? Setelah ‘berantem' dengan temannya, mungkin Anda hanya mengatakan, "Ayo baikkan!", atau "Ayo minta maaf!" Bisakah mereka melakukannya? Mereka pasti tidak mengerti maksud Anda. Saya punya sebuah pengalaman bahwa mengajari meminta maaf kepada si kecil, bisa berhasil.

Suatu hari, seperti biasa saya memandikan putri saya, Annisa (3 tahun). Dia masih senang menggunakan bak mandi plastik. Selesai mandi, saya bersihkan baknya. Annisa yang sudah memakai handuk, menunggu saya. Biasanya ia masih bermain dengan bebeknya. Tapi pagi itu saya kaget, karena ia bermain dengan sabun. Tangannya disabuni lagi. Wah, saya kesal. Langsung saya rebut sabunnya dengan kasar. Saya pukul tangannya. Saya basuh tangannya dengan air dingin. Ia kaget. Menangis keras. Saya gendong dia masuk ke kamar. Mengeringkan badannya dan mendandNisa seperti biasa. Ia terus meraung-raung, meronta, membuat saya tambah marah. "Nggak boleh main sabun! Jangan nangis! Diem! Cepet pake baju, dingin!" Kata-kata itulah yang keluar dari mulut saya, sementara puri saya terus menangis. Anak saya juga berteriak, "Bunda nakal! Bunda nakal!" Akhirnya saya mengalah. "Iya, Bunda nakal!" Biasanya memang seperti itu. Kalau saya sudah mengaku nakal, nangisnya berhenti.

Kejadian pagi itu sudah hilang dari ingatan saya. Tapi, rupanya tidak begitu bagi putri saya. Ia masih ‘dendam'. Ketika diajak tidur siang, dia menolak. Saya paksa dia tidur, dia malah minta jalan-jalan. Tapi saya tidak marah. Disuapi makan sore, malas-malasan. Saya pun tidak marah. Akhirnya ia mau makan. Tapi seharian itu ia memang terlihat uring-uringan, membuat saya sangat cape. Seharian itu ia tidak tidur siang, sehingga saya ingin cepat membuatnya tidur agar istirahatnya cukup. Rencananya, sehabis sholat Magrib saya akan menidurkannya. Setelah selesai sholat, biasanya anak saya akan mencium tangan saya dan saya mendoakannya. Tapi saat itu, anak saya diam saja. Rupanya ia masih ‘dendam' kepada saya. Ia bahkan tidak ikut sholat bersama. Tiba-tiba saya berinisiatif, saya raih tangan mungilnya. Saya cium tangannya dan saya berkata dengan lembut kepadanya. "Nisa, maafin Bunda ya..., tadi Bunda bikin Nisa sedih ya? Nisa sedih dipukul tangannya sama Bunda?" Dia mengangguk lalu memeluk saya. Hmm... saya merasa benar-benar bersalah.

Karena itu saya ulangi lagi meminta maaf kepada anak saya. "Nisa maafin Bunda ya!" Kali ini dia menangis. Saya gendong Annisa, membaringkannya di tempat tidur. Setelah membuka mukena, saya ikut berbaring di sebelahnya. Nisa yang kecapean karena tidak tidur siang rupanya benar-benar sudah ingin tidur. Tapi hatinya baru terasa nyaman setelah ucapan maaf mengalir dari mulut saya. Saya jadi merasa sangat bersalah. Saya tepuk-tepuk pantatnya. Saya tawarin untuk bercerita. Dia mengangguk. Maka saya pun bercerita, dan ia langsung tertidur sambil memeluk saya.

Keesokan harinya entah kenapa anak saya sulit diatur. Pagi-pagi setelah mandi, ia ingin memakai baju piyama. Ia menangis memaksa saya memakaikan piyama. Setelah berkali-kali dijelaskan bahwa baju piyama untuk dipakai sore sebagai baju tidur akhirnya anak saya menyerah. Tapi ia masih marah-marah. Siang hari Annisa masih membuat saya jengkel karena mau main di luar pada jam tidur siang. Saya tidak memarahinya sama sekali. Saya turuti permintaan ‘aneh'nya hari itu-jalan-jalan di siang hari. Tapi, ia tetap tidur siang, meskipun sudah agak sore. Saya memang menggerutu karena kesal dan mengadu kepada kakeknya soal tingkah laku Annisa. Ketika Maghrib, ia menolak sholat bersama. Tetapi ia memerhatikan sholat saya. Setelah saya selesai sholat, ia lari mendekat dan mencium tangan saya. Lalu ia berkata. "Bunda, maafin Nisa ya...!" Saya terperanjat. "Hah, anak sekecil ini meminta maaf dengan cara begini? Dari mana ia belajar bersikap seperti ini?", hati saya bertanya-tanya. Ingatan saya langsung kembali pada peristiwa kemarin. Saya terpana. "Oh, jadi ia ingat kemarin saya meminta maaf dengan cara seperti ini. Dan sekarang ia meminta maaf karena telah membuat saya jengkel sejak pagi sampai sore." Saya tidak bisa menjawab permintaan maaf anak saya. Segera saya peluk Annisa sambil saya ciumi pipinya. "Anak pinter!" Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut saya. Annisa telah belajar meminta maaf dari cara saya meminta maaf yang saya lakukan terhadapnya.***


Inspired by Bu Tati , dudung.net
Read More..

Selasa, 21 Oktober 2008

Putri-putri kecilku


Putri-putri kecilku, Engkau adalah permata Bunda !
Ke-1, Athira Ananda Safira Putriarie,
Ke-2, Annisa Fairish langit Biru Putriarie
dan yang ke-3, Indie Barrah Dzakirah Putriarie.

Ya Allah, Melalui mereka
Kokohkan anggota badanku,
Luruskan punggungku,
Banyakkan bilanganku,
Indahkan kehadiranku,
Hidupkan sebutanku,
Cukupkan aku ketika aku tiada,
Bantulah keperluanku.
Jadikan mereka mencintaiku,
Mendekatiku,
Menyayangiku,
Taat dan tidak membantahku,
Tidak durhaka menentangku,
Tidak berbuat salah kepadaku.

Ya Allah, Wahai Tuhanku
Jadikanlah amal ibadahku,
Amal ibadah yang terbaik untukMU
untuk ulang tahun pertama anakku
INDIE, 080808
Read More..

Tak Mau Berjilbab

Alasan dan Jawaban Seorang muslimah,
Diperintahkan untuk menutup auratnya ketika keluar rumah,yaitu dengan mengenakan pakaian syar'i yang dikenal dengan jilbab atauhijab. Namun dalam kenyataan masih banyak di antara para muslimah yang belummau memakainya. Ada yang dilarang oleh orang tuanya, ada yang beralasanbelum waktunya atau nanti setelah pergi haji dan segudang alasan yang lain.Nah apa jawaban untuk mereka?*1. Saya Belum Bisa Menerima Hijab* Untuk ukhti yang belum bisa menerima hijab maka perlu kita tanyakan,"Bukankah ukhti sungguh-sungguh dan yakin dalam memeluk Islam, dan bukankahukhti telah mengucapkan la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan yakin?Yang berarti menerima apa saja yang diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta'aladan Rasulullah? Jika ya maka sesungguhnya hijab adalah salah satu syari'atIslam yang harus dilaksanakan oleh para muslimah. Allah Subhannahu wa Ta'alatelah memerintah kan para mukminah untuk memakai hijab dan demikian pulaRassulullah Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan itu. Jika anda berimankepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya, maka anda tentu akan dengansenang hati memakai hijab itu.*2. Saya Menerima Hijab, Namun Orang Tua Melarang.* Kalau saya tidak taat kepada orang tua, saya bisa masuk neraka. Kepadasaudariku kita beritahukan bahwa memang benar orang tua memiliki kedudukanyang tinggi dan mulia, dan kita diperintahkan untuk berbakti kepada mereka.Namun taat kepada orang tua dibolehkan dalam hal yang tidak mengandungmaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , sebagaimana dalam firman-Nya,artinya, "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yangtidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikutikeduanya," (QS. Luqman:15) Meskipun demikian kita tetap harus berbuat baik kepada kedua orang tua kitaselama di dunia ini. Inti permasalahannya adalah, bagaimana saudari taat kepada orang tua namunbermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya, padahal AllahSubhannahu wa Ta'ala adalah yang menciptakan anda, memberi nikmat, rizki,menghidupkan dan juga yang menciptakan kedua orang tua saudari?*3. Saya Tidak Punya Uang untuk Membeli Jilbab* Ada dua kemungkinan wanita muslimah yang mengucapkan seperti ini, yaitumungkin dia berdusta dan mungkin juga dia jujur. Jika dalam kesehariannyadia mampu membeli berbagai macam pakaian dengan model yang beraneka ragam,mampu membeli perlengkapan ini dan itu, maka berarti dia telah bohong. Diasebenarnya memang tidak berniat untuk membeli pakaian yang sesuai tuntunansyari'at. Padahal pakaian syar،¦i biasanya tidak semahal pakaian-pakaianmodel baru yang bertabarruj. Maka apakah saudari tidak memilih pakaian yang seharusnya dikenakan olehseorang wanita muslimah. Apakah anda tidak memilih sesuatu yang dapatmenyelamatkan anda dari adzab Allah Subhannahu wa Ta'ala dan kemurkaan-Nya?Ketahuilah pula bahwa kemuliaan seseorang bukan pada model pakaiannya, namunpada takwanya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala . Dia telah berfirman,artinya, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialahorang yang paling bertaqwa di antara kamu." (QS. al-Hujurat:13) Adapun jika memang anda seorang yang jujur, jika benar-benar saudari berniatuntuk memakai jilbab maka Allah Subhannahu wa Ta'ala akan memberikan jalankeluar. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah mengatakan, artinya, "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginyajalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiadadisangka-sangkanya." (QS. ath-Thalaq 2-3) Kesimpulannya adalah bahwa untuk mencapai keridhaan Allah dan untukmendapatkan surga, maka segala sesuatu akan menjadi terasa ringan dan mudah. *4. Cuaca Sangat Panas* Jika saudari beralasan bahwa cuaca sangat panas, kalau memakai jilbabrasanya gerah, maka saudari hendaklah selalu mengingat firman AllahSubhannahu wa Ta'ala , artinya, "Katakanlah, "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jikalaumereka mengetahui."(QS. 9:81) Apakah anda menginginkan sesuatu yang lebih panas lagi daripada panasnyadunia ini, dan bagaimana saudari menyejajarkan antara panasnya dunia denganpanasnya neraka? Yang dikatakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala , artinya, "Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat)minuman, selain air yang mendidih dan nanah." (QS. 78:24-25) Wahai saudariku, ketahuilah bahwa surga itu diliputi dengan berbagaikesusahan dan segala hal yang dibenci nafsu, sedangkan neraka dihiasi dengansegala yang disenangi hawa nafsu.*5. Khawatir Nanti Aku Lepas Jilbab Lagi* Ada seorang muslimah yang mengatakan, "Kalau aku pakai jilbab, aku khawatirnanti suatu saat melepasnya lagi." Saudariku, kalau seseorang berpikiranseperti anda, maka bisa-bisa dia meninggalkan seluruh atau sebagian ajaranagama ini. Bisa-bisa dia tidak mau shalat, tidak mau berpuasa karenakhawatir nanti tidak bisa terus melakukannya. Itu semua tidak lain merupakan godaan dan bisikan setan, maka hendaklahsuadari mencari sebab-sebab yang dapat menjadikan anda selalu beristiqamah.Di antaranya dengan banyak berdo'a agar diberikan ketetapan hati di atasagama, bersabar dan melakukan shalat dengan khusyu'. Allah Subhannahu waTa'ala berfirman, artinya,"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yangdemikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'." (QS.2:45) Jika saudari telah memegang teguh sebab-sebab hidayah dan telah merasakanmanisnya iman maka saudari pasti tidak akan meninggalkan perintah AllahSubhannahu wa Ta'ala , karena dengan melaksanakan itu anda akan merasatentram dan nikmat.*6. Aku Takut Tidak Ada** Yang Menikahiku* Saudariku! Sesungguhnya laki-laki yang mencari istri seorang wanita yangbertabarruj, membuka aurat dan senang melakukan berbagai kemaksiatan makadia adalah laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu. Dia tidak cemburuterhadap yang diharamkan Allah Subhannahu wa Ta'ala, tidak cemburuterhadapmu, dan tidak akan membantumu dalam ketaatan, menuju surga sertamenyelamatkanmu dari neraka. Jadilah engkau wanita yang baik, insya Allah Subhannahu wa Ta'ala engkaumendapatkan suami yang baik pula. Engkau lihat berapa banyak wanita yangtidak berhijab, namun dia tidak menikah, dan engkau lihat berapa banyakwanita berjilbab yang telah menjadi seorang istri.*7. Kita Harus Bersyukur* "Oleh karena kecantikan merupakan nikmat dari Allah Subhannahu wa Ta'ala,maka kita harus bersyukur kepada-Nya, dengan memperlihatkan keindahan tubuh,rambut dan kecantikan kita." Mungkin ada di antara muslimah yang beralasandemikian. Suadariku! Itu bukanlah bersyukur, karena bersyukur kepada Allah Subhannahuwa Ta'ala bukan dengan cara melakukan kemaksiatan. Allah Subhannahu waTa'ala berfirman, "Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlahmenampakkan perhiasan mereka." (QS. an-Nur:31) Dalam firman-Nya yang lain,"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu danisteri-isteri orang mu'min, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka". (QS.al-Ahzab:59) Nikmat terbesar yang Allah Subhannahu wa Ta'ala berikan kepada kita adalahiman dan Islam, jika anda ingin bersyukur kepada Allah maka perlihatkanlahkesyukuran itu dengan sesuatu yang disenangi dan diperintahkan AllahSubhannahu wa Ta'ala, di antaranya adalah dengan mememakai hijab ataujilbab. Inilah syukur yang sebenarnya.*8.Belum Mendapatkan Hidayah* Ada sebagian muslimah yang mengatakan, "Saya tahu bahwa jilbab itu wajib,namun saya belum mendapatkan hidayah untuk memakainya." Kepada saudarikuyang yang beralasan demikian kami katakan, "Bahwa hidayah itu ada sebabnyasebagaimana sakit itu akan sembuh dengan sebab pula. Orang akan kenyang jugadengan sebab, yakni makan. Kalau anda setiap hari meminta kepada Allah agarditunjukkan ke jalan yang lurus, maka anda harus berusaha meraihnya.Diantaranya, hendaklah anda bergaul dengan wanita yang baik-baik, inimerupakan sarana yang sangat efektif, sehingga hidayah dapat anda raih danterus-menerus terlimpah kepada ukhti.*9.Aku Takut Dikira Golongan Sesat* Ketahuilah saudariku! Bahwa dalam hidup ini hanya ada dua kelompok,hizbullah (kelompok Allah) dan hizbusy syaithan (kelompok syetan). GolonganAllah adalah mereka yang senantiasa menolong agama Allah Subhannahu waTa'ala, melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan golongansetan sebaliknya selalu bermaksiat kepada Allah dan berbuat kerusakan dimuka bumi. Dan ketika ukhti melakukan ketaatan, salah satunya adalah memakaihijab maka berarti ukhti telah menjadi golongan Allah Æ’¹, bukan kelompoksesat. Sebaliknya mereka yang mengumbar aurat, bertabarruj, berpakaian mini danyang semisal itu, merekalah yang sesat. Mereka telah terbius godaan syetanatau menjadi pengekor orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Makaberbahagialah anda sebagai kelompok Allah Subhannahu wa Ta'ala yang pastimenang. Jilbab atau hijab adalah bentuk ibadah yang mulia, jangan sejajarkan itudengan ocehan manusia rendahan. Dia disyari'atkan oleh Penciptamu, kalauengkau taat kepada manusia dalam rangka bermaksiat kepada Allah Subhannahuwa Ta'ala maka sungguh engkau akan binasa dan merugi. Mengapa engkau maudiperbudak oleh mereka dan meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhannahu waTa'ala Yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan dan mematikanmu?*Sumber: Buletin Darul Qasim, " Wa man Yamna'uki minal hijab", Dr HuwaidanIsmail* Read More..

Sabar dan Bermunajatlah

Ada kenikmatan, ada pula kesulitan. Maka Rasul mengajarkan dua hal untuk mensikapi keduanya. Syukur dan sabar. Keduanya baik untuk kehidupan kaum Mukminin. Sabar bukan berarti diam. Sabar bukan berarti kita tidak boleh menangis dan sedih. Sabar bukan berarti kita tidak boleh mencari bantuan untuk mendapat solusi.

Rasulullah pernah menangis ketika kehilangan putranya, Ibrahim, yang sedang lucu-lucunya. Para sahabat heran melihat air mata Rasulullah tumpah. Rasulullah berkata, "Sesungguhnya hati ini bersedih, air mata pun mengalir dan kami sangat sedih dengan kepergianmu, wahai ibrahim. Tetapi kami tidak berkata kecuali sesuai dengan keridhaan Allah."

Sabar adalah suatu sikap menerima musibah sebagai bagian dari takdir. Sabar adalah ketenangan yang melindungi dari penyesalan yang tak berujung, yang akan menyebabkan kesengsaraan semakin berat dan stress menjangkiti. Sabar menstabilkan kondisi hati yang sedang labil karena kesulitan. Dengan jiwa dan hati yang stabil, akan membuka jalan lebih lebar menuju solusi.

Kemudian, bantulah solusinya dengan munajat dan do'a. Adukan segala kesulitan kita kepada Allah. Di tengah malam, di saat manusia terlelap dalam mimpinya, kita bermunajat. Kita adukan permasalahan kita dalam sujud panjang kita. Kita tengadahkan tangan sambil berurai air mata penuh harap akan pertolonganNya. Do'a-do'a pun meluncur deras seiring desakan-desakan hati yang telah lelah terbebani kesulitan.

Umar bin Khaththab, di saat bangun malam, membaca, "Sesungguhnya aku adukan keluh kesah dan kesedihanku kepada Allah." (QS. Yusuf : 86) sambil berurai air mata. Dia sadar betul bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah.

Perbanyaklah do'a. Tidak rugi orang yang banyak berdo'a, karena tidak ada orang yang tidak dikabulkan, jika kita memenuhi seruan Allah. Memang, kadang apa yang kita minta tidak kunjung tiba. Tetapi pengabulan do'a bukan hanya itu bentuknya. Kadangkala Allah mengabulkannya dengan cara menjauhkannya dari musibah. Atau Allah menyimpannya untuk kekayaan simpanan kita di akhirat sana.

Kesulitan adalah keniscayaan kehidupan. Tetapi tak ada sedikit pun alasan untuk dapat terkalahkan oleh kesulitan itu.


Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ] Read More..

Poligami, Wahyu Ilahi Yang Ditolak

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah. Suatu hal yang patut disayangkan pada saat ini. Wahyu yang sudah semestinya hamba tunduk untuk mengikutinya, malah ditolak begitu saja. Padahal wahyu adalah ruh, cahaya, dan penopang kehidupan alam semesta. Apa yang terjadi jika wahyu ilahi ini ditolak ?!
Wahyu Adalah Ruh
Allah ta’ala menyebut wahyu-Nya dengan ruh. Apabila ruh tersebut hilang, maka kehidupan juga akan hilang. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu nur (cahaya), yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (QS. Asy Syuro: 52). Dalam ayat ini disebutkan kata ‘ruh dan nur’. Di mana ruh adalah kehidupan dan nur adalah cahaya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah)
Kebahagiaan Hanya Akan Diraih Dengan Mengikuti Wahyu
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, “Kebutuhan hamba terhadap risalah (wahyu) lebih besar daripada kebutuhan pasien kepada dokter. Apabila suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan kecuali dengan dokter tersebut ditangguhkan, tentu seorang pasien bisa kehilangan jiwanya. Adapun jika seorang hamba tidak memperoleh cahaya dan pelita wahyu, maka hatinya pasti akan mati dan kehidupannya tidak akan kembali selamanya. Atau dia akan mendapatkan penderitaan yang penuh dengan kesengsaraan dan tidak merasakan kebahagiaan selamanya. Maka tidak ada keberuntungan kecuali dengan mengikuti Rasul (wahyu yang beliau bawa dari Al Qur’an dan As Sunnah, pen). Allah menegaskan hanya orang yang mengikuti Rasul -yaitu orang mu’min dan orang yang menolongnya- yang akan mendapatkan keberuntungan, sebagaimana firman-Nya yang artinya,”Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al A’raf: 157) (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah)
Poligami, Wahyu Ilahi yang Ditolak
Saat ini, poligami telah menjadi perdebatan yang sangat sengit di tengah kaum muslimin dan sampai terjadi penolakan terhadap hukum poligami itu sendiri. Dan yang menolaknya bukanlah tokoh yang tidak mengerti agama, bahkan mereka adalah tokoh-tokoh yang dikatakan sebagai cendekiawan muslim. Lalu bagaimana sebenarnya hukum poligami itu sendiri [?!] Marilah kita kembalikan perselisihan ini kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah Ta’ala telah menyebutkan hukum poligami ini melalui wahyu-Nya yang suci, yang patut setiap orang yang mengaku muslim tunduk pada wahyu tersebut. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An Nisa’: 3)
Poligami juga tersirat dari perkataan Anas bin Malik, beliau berkata,”Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggilir istri-istrinya dalam satu malam, dan ketika itu beliau memiliki sembilan isteri.” (HR. Bukhari). Ibnu Katsir -semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, “Nikahilah wanita yang kalian suka selain wanita yang yatim tersebut. Jika kalian ingin, maka nikahilah dua, atau tiga atau jika kalian ingin lagi boleh menikahi empat wanita.” (Shohih Tafsir Ibnu Katsir). Syaikh Nashir As Sa’di -semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, “Poligami ini dibolehkan karena terkadang seorang pria kebutuhan biologisnya belum terpenuhi bila dengan hanya satu istri (karena seringnya istri berhalangan melayani suaminya seperti tatkala haidh, pen). Maka Allah membolehkan untuk memiliki lebih dari satu istri dan dibatasi dengan empat istri. Dibatasi demikian karena biasanya setiap orang sudah merasa cukup dengan empat istri, dan jarang sekali yang belum merasa puas dengan yang demikian. Dan poligami ini diperbolehkan baginya jika dia yakin tidak berbuat aniaya dan kezaliman (dalam hal pembagian giliran dan nafkah, pen) serta yakin dapat menunaikan hak-hak istri. (Taisirul Karimir Rohman).
Imam Syafi’i mengatakan bahwa tidak boleh memperistri lebih dari empat wanita sekaligus merupakan ijma’ (konsensus) para ulama dan yang menyelisihinya adalah sekelompok orang Syi’ah. Memiliki istri lebih dari empat hanya merupakan kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Shohih Tafsir Ibnu Katsir). Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i ketika ditanya mengenai hukum berpoligami, apakah dianjurkan atau tidak? Beliau menjawab: “Tidak disunnahkan, tetapi hanya dibolehkan.” (Lihat ‘Inilah hakmu wahai muslimah’, hal 123, Media Hidayah). Maka dari penjelasan ini, jelaslah bahwa poligami memiliki ketetapan hukum dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang seharusnya setiap orang tunduk pada wahyu tersebut.
Tidak Mau Poligami, Janganlah Menolak Wahyu Ilahi
Jadi sebenarnya poligami sifatnya tidaklah memaksa. Kalau pun seorang wanita tidak mau di madu atau seorang lelaki tidak mau berpoligami tidak ada masalah. Dan hal ini tidak perlu diikuti dengan menolak hukum poligami (menggugat hukum poligami). Seakan-akan ingin menjadi pahlawan bagi wanita, kemudian mati-matian untuk menolak konsep poligami. Di antara mereka mengatakan bahwa poligami adalah sumber kesengsaraan dan kehinaan wanita. Poligami juga dianggap sebagai biang keladi rumah tangga yang berantakan. Dan berbagai alasan lainnya yang muncul di tengah masyarakat saat ini sehingga dianggap cukup jadi alasan agar poligami di negeri ini dilarang.
Hikmah Wahyu Ilahi
Setiap wahyu yang diturunkan oleh pembuat syariat pasti memiliki hikmah dan manfaat yang besar. Begitu juga dibolehkannya poligami oleh Allah, pasti memiliki hikmah dan manfaat yang besar baik bagi individu, masyarakat dan umat Islam. Di antaranya: (1) Dengan banyak istri akan memperbanyak jumlah kaum muslimin. (2) Bagi laki-laki, manfaat yang ada pada dirinya bisa dioptimalkan untuk memperbanyak umat ini, dan tidak mungkin optimalisasi ini terlaksana jika hanya memiliki satu istri saja. (3) Untuk kebaikan wanita, karena sebagian wanita terhalang untuk menikah dan jumlah laki-laki itu lebih sedikit dibanding wanita, sehingga akan banyak wanita yang tidak mendapatkan suami. (4) Dapat mengangkat kemuliaan wanita yang suaminya meninggal atau menceraikannya, dengan menikah lagi ada yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan dia dan anak-anaknya. (Lihat penjelasan ini di Majalah As Sunnah, edisi 12/X/1428)
Menepis Kekeliruan Pandangan Terhadap Poligami
Saat ini terdapat berbagai macam penolakan terhadap hukum Allah yang satu ini, dikomandoi oleh tokoh-tokoh Islam itu sendiri. Di antara pernyataan penolak wahyu tersebut adalah : “Tidak mungkin para suami mampu berbuat adil di antara para isteri tatkala berpoligami, dengan dalih firman Allah yang artinya,”Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” (An Nisaa’: 3). Dan firman Allah yang artinya,”Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian.” (QS. An Nisaa’: 129).”
Sanggahan: Yang dimaksud dengan “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil” dalam ayat di atas adalah kamu sekali-kali tidak dapat berlaku adil dalam rasa cinta, kecondongan hati dan berhubungan intim. Karena kaum muslimin telah sepakat, bahwa menyamakan yang demikian kepada para istri sangatlah tidak mungkin dan ini di luar kemampuan manusia, kecuali jika Allah menghendakinya. Dan telah diketahui bersama bahwa Ibunda kita, Aisyah radhiyallahu ‘anha lebih dicintai Rasulullah daripada istri beliau yang lain, karena Aisyah masih muda, cantik dan cerdas. Adapun hal-hal yang bersifat lahiriah seperti tempat tinggal, uang belanja dan waktu bermalam, maka wajib bagi seorang suami yang mempunyai istri lebih dari satu untuk berbuat adil. Hal ini sebagaimana pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi, dan Ibnu Hajar.
Ada juga di antara tokoh tersebut yang menyatakan bahwa poligami akan mengancam mahligai rumah tangga (sering timbul percekcokan). Sanggahan: Perselisihan yang muncul di antara para istri merupakan sesuatu yang wajar, karena rasa cemburu adalah tabiat mereka. Untuk mengatasi hal ini, tergantung dari para suami untuk mengatur urusan rumah tangganya, keadilan terhadap istri-istrinya, dan rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga, juga tawakkal kepada Allah. Dan kenyataannya dalam kehidupan rumah tangga dengan satu istri (monogami) juga sering terjadi pertengkaran/percekcokan dan bahkan lebih. Jadi, ini bukanlah alasan untuk menolak poligami. (Silakan lihat Majalah As Sunnah edisi 12/X/1428)
Apa yang Terjadi Jika Wahyu Ilahi Ditolak ?
Kaum muslimin –yang semoga dirahmati Allah-. Renungkanlah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berikut ini, apa yang terjadi jika wahyu ilahi yang suci itu ditentang.
Allah telah banyak mengisahkan di dalam al-Qur’an kepada kita tentang umat-umat yang mendustakan para rasul. Mereka ditimpa berbagai macam bencana dan masih nampak bekas-bekas dari negeri-negeri mereka sebagai pelajaran bagi umat-umat sesudahnya. Mereka di rubah bentuknya menjadi kera dan babi disebabkan menyelisihi rasul mereka. Ada juga yang terbenam dalam tanah, dihujani batu dari langit, ditenggelamkan di laut, ditimpa petir dan disiksa dengan berbagai siksaan lainnya. Semua ini disebabkan karena mereka menyelisihi para rasul, menentang wahyu yang mereka bawa, dan mengambil penolong-penolong selain Allah.
Allah menyebutkan seperti ini dalam surat Asy Syu’ara mulai dari kisah Musa, Ibrahim, Nuh, kaum ‘Aad, Tsamud, Luth, dan Syu’aib. Allah menyebut pada setiap Nabi tentang kebinasaan orang yang menyelisihi mereka dan keselamatan bagi para rasul dan pengikut mereka. Kemudian Allah menutup kisah tersebut dengan firman-Nya yang artinya,”Maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata, dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy Syu’ara: 158-159). Allah mengakhiri kisah tersebut dengan dua asma’ (nama) -Nya yang agung dan dari kedua nama itu akan menunjukkan sifat-Nya. Kedua nama tersebut adalah Al ‘Aziz dan Ar Rohim (Maha Perkasa dan Maha Penyayang). Yaitu Allah akan membinasakan musuh-Nya dengan ‘izzah/keperkasaan-Nya. Dan Allah akan menyelamatkan rasul dan pengikutnya dengan rahmat/kasih sayang-Nya. (Diringkas dari Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah)
Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beriman terhadap apa yang beliau bawa. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Do’a hamba-Nya. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin wa shallallahu ‘ala sayyidina Muhammad wa ashabihi ath thoyyibina ath thohirin.
*** Read More..

Kamis, 02 Oktober 2008

Mother is the best super hero in the world

Mumpung Ibu Masih ada, coba saat BELIAU tidur saat matanya terpejam kamu tatap wajahnya itu 5 menit saja, kamu akan tau bagaimana rasanya nanti bila wajah itu sudah tak ada di situ...

Lakukan apapun yang bisa kamu lakukan untuknya...

LAKUKAN SEKARANG teman2ku sayang, bukan besok atau 5 menit lg karena mungkin sekedip matamu dia akan pergi tak kembali...
Klo sudah terlanjur ga ada, yaaahhh jangan lupa doa ma TUHAN. Segala macam doa deh. Miss U Mum...
Luv U all

Ini adalah mengenai nilai kasih Ibu dari seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan sekeping kertas yang bertuliskan sesuatu, si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang diulurkan oleh si anak dan membacanya.

Ongkos upah membantu ibu:
1) Membantu pergi ke warung: Rp20.000
2) Menjaga adik: Rp20.000
3) Membuang sampah: Rp5.000
4) Membereskan tempat tidur: Rp10.000
5) Menyiram bunga: Rp15.000
6) Menyapu halaman: Rp15.000
Jumlah: Rp85.000

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama:
1) Ongkos mengandungmu selama 9 bulan: GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu: GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu: GRATIS
4) Ongkos khawatir krn memikirkan keadaanmu: GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu: GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku: GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu". Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: "Telah Dibayar"


LUv Mom I miss u forever
Mother is the best super hero in the world. Read More..

Feminisme koq..salah kaprah?

Feminisme rasanya tidak asing lagi di telinga kita. Adalah gerakan yang diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi keperempuanan. Kartini -pahlawan Indonesia-red- biasa menyebutnya dengan Emansipasi. Pada awalnya feminisme bangkit untuk membela para wanita dari ketertindasan serta menuntut penyerataan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang.

Tapi kemudian Feminisme, yang semula lahir sebagai gerakan yang membela kaum wanita dalam meningkatkan harga diri wanita yang ingin dinilai sesuai dengan potensinya sebagai manusia tanpa harus memandang gender, kemudian mulai disalahartikan. Ingin menaikan harga diri tapi malah menjatuhkan (harga) diri sendiri.

Sedikit cerita, di Austria kesalahpahaman mengenai arti kata “Feminisme”, membuat bocah 14 tahun mau bertukar pasangan 3 kali dalam sehari. Ketika ditanya alasannya, kemudian ia menerangkan “Boys can do it, then why we can`t…saya merasa bangga bisa menaklukan 3 orang cowok dalam sehari. Dan diantara mereka tidak perlu ada yang tahu satu dengan lainnya. Itu kan yang biasa dilakukan pria, seenaknya berganti-ganti pasangan, kemudian menyakiti para gadis”.

Di belahan negara lainnya, seorang wanita menuntut persamaan toilet, karena wanita diyakini juga dapat (maaf) kencing berdiri seperti halnya pria. Saya juga pernah mendengar adanya gerakan “Feminisme bertelanjang dada” dan “gerakan pembakaran BH”.

Feminisme kemudian disalahartikan oleh kaum wanita itu sendiri. Banyak wanita yang menjadi korban salah kaprah ini. Ironis sekali, Feminisme yang terlahir sebagai cita-cita mulia para wanita pendahulu, kemudian berubah menjadi kemerosotan harga diri seorang wanita, yang lucunya - namun juga menyedihkan – si wanita itu sendiri tidak menyadarinya. Menyadari bahwa ia telah menjatuhkan harga dirinya.

Di Indonesia sendiri? Virginitas bagi wanita Indonesia(tidak semuanya), sekarang bukanlah suatu hal yang patut dipertahankan lagi. Saya pernah bertanya pada seorang teman -wanita juga-red- , apa yang menyebabkan wanita tak perlu lagi mempertahankan ke-virgin-annya, ia menjawab “Kalau pria saja bisa mengobral ke-virgin-annya(keperjakaan), mengapa kita harus menjaganya? Saat kita mulai menjalani hubungan itu(pacaran), kita gak pernah tau apakah dia masih(perjaka) atau gak. Lagian bukan suatu hal yang aneh lagi jika di zaman sekarang ini banyak cewek yang gak virgin lagi”. Benarkah jawaban atas semua itu adalah zaman semata?

Kerancuan anggapan mengenai “Feminisme” inilah yang perlu dibenahi.Anggapan yang kemudian menggeser tradisi dan budaya yang kita banggakan dengan budaya kiriman yang baru (Western).

Hal lain! Menurut pengamatan yang saya lakukan, rupanya di Indonesia, Bandung khususnya, rokok menjadi komoditas utama yang digemari wanita-wanita zaman sekarang, selain pakaian dan cemilan. Menurut sebagian diantaranya, rokok lebih bisa menenangkan pikiran, dibandingkan shopping&ngemil –ada sebagian wanita yang lari dari permasalahan dengan cara-cara ini-red.

Dan alasan lainnya, tentu saja “cowok juga ngerokok kok… kenapa kita-kita gak boleh??” Padahal tidak perlu di jelaskan lagi, semua yang saya jabarkan di atas (termasuk rokok), tak lain akan merugikan kaum wanita itu sendiri.

Sebodoh itukah wanita-wanita sekarang? “Feminisme”(radikal) telah menutup mata hati mereka untuk melihat kerugian yang mereka alami. Sebodoh itukah? Padahal banyak diantara mereka yang mengeyam pendidikan dan pengajaran.

Bukan saatnya kita berdebat apakah karena saking bodohnya mereka atau saking pintarnya. Saatnya sekarang wanita-wanita bangkit memperjuangkan Feminisme yang sebenarnya. Bagi wanita-wanita yang sudah telanjur pada kesalahan yang tidak ‘disengaja’ tadi, bangkitlah dari keterpurukan. Bagi wanita-wanita yang mampu melihat fenomena ini, bantulah untuk bangkit. Kita harus benar-benar bersatu.

O ya! Bagaimana kalau saya ajak anda-anda berpikir sebaliknya? Kalau selama ini wanita selalu saja dituntut untuk menjaga budaya ketimuran (yang semula dirasa menguntungkan kaum pria), hingga akhirnya muncul yang namanya “Feminisme”yang kemudian disalah-artikan, dan menyebabkan serba salah. Bagaimana kalau sekarang kita yang menuntut mereka-kaum pria-red- untuk tidak hanya menuntut keperawanan, tapi mereka juga harus menjaganya (keperjakaan) juga.

Kita sudah terlalu sering mengikuti mereka, bahkan membuat mereka menjadi satu acuan kesetaraan. Bagaimana kalau sekarang, mereka mengikuti kita? Harus dimengerti memang, kalau wanita perawan sekarang sangat jarang ditemui. Oleh karena itu pria sebaiknya tak usah mempermasalahkan Virginitas wanita(biarkan kaum wanita itu sendiri yang mempermasalahkan dan mencari solusi bagi dirinya). Pria sebaiknya lebih menghargai wanita, baik ia virgin (apalagi) atau tidak virgin (apa boleh buat). Toh selama ini wanita selalu menghargai pria tanpa memandang Virgin atau tidaknya.

Dan sekali lagi, jangan hanya menuntut wanita untuk menjaga kaidah-kaidah ketimuran. Pria juga wajib menjaga dong (pahala), sebagaimana kaidah-kaidah keagamaan. Selama ini wanita dituntut untuk lebih mengerti dan mau menjaga. Pria? Rasanya tidak ada tuntut yang seperti itu dalam hal ini.

Mengenai rokok? Katakan saja ”Ngertilah....hari gini gitu loh..(zaman sekarang). Kalian-pria-red- juga jangan ngerokok dong.. jangan cuma bisa ngelarang doang”. Kenapa saya katakan zaman sekarang? Zaman yang udah berubah mau gak mau harus kita terima sementara, sebelum kita benar-benar mengubahnya.

Bagaimana? Siap untuk merubahnya wanita-wanita? Memperjuangkan hak-hak wanita yang sebenarnya? Anda yang tahu jawabannya. Anda juga yang lebih tahu caranya Read More..

Senin, 22 September 2008

Bertahan di Tengah Badai

Badai tak datang tiap hari.

Ia hanya datang sesekali saja dalam hidup, itulah badai persoalan. Memang begitulah kenyataan hidup yang kita alami. Kita pasti pernah mengalami cobaan hidup yang begitu berat terasakan. Kadang, buntu, tak tahu apakah cobaan berat itu dapat terselesaikan. Kemudian, setelahnya, kita baru menyadari hikmahnya ketika cobaan itu berlalu sudah. Dan, kita pasti mengenangkan kisah-kisah sedih hidup kita itu. Menjadi catatan sejarah tersendiri bagi diri dan kehidupan ini. Dari rangkaian hidup yang demikian, alangkah baiknya ketika kita mau berbagi pengalaman dengan orang lain. Siapa tahu bermanfaat bagi kehidupannya.

Saya membicarakan badai kehidupan ini karena teramat banyak kasus yang saya baca dan lihat baik di koran maupun televisi. Semakin banyak saja orang yang melakukan jalan pintas untuk bisa keluar dari persoalan yang dia hadapi. Jalan pintas yang tentunya tak sesuai dengan akal sehat dan norma agama yang diyakininya. Sungguh, kadang tak habis pikir dengan kenyataan yang demikian. Bunuh diri, adalah salah satunya.

Sebenarnya, kalau kita bisa jernih membaca keadaan, besar kecilnya persoalan itu tergantung dari cara pandangan kita. Dan, cara pandang kita ini terkait erat dengan keilmuwan dan wawasan kita. Nah, dalam hal ini, kita mesti punya frame (bingkai) dalam memandang setiap persoalan. Kalau tidak, kadang, memang kita sering salah dalam mensikapi berbagai badai persoalan yang datang.

Bagi kaum muslim, tentu sudah mengenal konsep yang sungguh indah.

Jika mendapat kenikmatan ia bersyukur

Jika sedang tertimpa musibah ia bersabar.

Subhanallah, konsep yang ideal sekali. Hanya saja, kadang kita, dan saya sendiri sering lupa dengan konsep tersebut. Lebih banyak lupanya untuk diterapkan dalam kehidupan keseharian kita. Makanya, tak heran jika kita masih saja sering salah dalam mengambil keputusan.

Kalau di antara kita ada yang sedang bahagia hari ini, bersyukurlah, Jangan biarkan kenikmatan itu dirasakan sendiri, berbagilah kenikmatan yang dirasakan bersama orang lain. Keluarga, sahabat, kaum du’afa, atau orang-orang tercinta.

Kemudian, bagi yang saat ini sedang merasa sedih, jengkel, kecewa atau sedang mengalami cobaat yang besar. Bersabar itu perlu sebagai awalan. Setelahnya, kita pelan-pelan mencari jalan keluar yang tepat. Tergesa-gesa mengambil keputusan bukan cara yang bijak karena selalu buruk pada akhirnya. Kita mungkin perlu merenung sejenak, apakah jalan keluar yang kita semai nantinya benar-benar sebuah jalan yang benar. Atau justru sebaliknya. Sekali lagi, frame yang akan berbicara. Jika ia seorang muslim, tentu merujuk pada kidah-kaidah agama yang ia pahami.

Kita mesti ingat, akan menjadi pahlawan atau pecundang.

Pahlawan adalah mereka yang cerdas memaknai masalah yang dihadapinya, justru dengan keadaan demikian, menjadikannya kreatif untuk menghasilkan suasana baru. Sebuah kondisi yang kadang akan membuatnya dikenang dalam sepanjang sejarah. Ini bisa juga berarti kesuksesan dan kejayaan dalam sepanjang hidupnya. Dan, pecundang adalah mereka yang selalu saja berkeluh kesah, menyalahkan takdir, atau justru menyalahkan orang lain sebagai penyebab dirinya begitu. Sekarang, silakan memilih.

Persoalan selalu ada. Besar kecilnya persoalan tergantung dari cara pandang kita. Datangnya persoalan bukan untuk disesali. Yang terpenting adalah sikap kita dalam mensikapi persoalan itu. Jika orang bisa bertahan di tengah badai. Kelak, kesuksesan dan kejayaan yang akan diraihnya, Percayalah!. Read More..

7 Faktor Kehancuran Keluarga

Di dalam rumah tangga selalu memiliki rintangan dan penyebab
kehancuran, dalam pandangan Psikofitrah ada 7 penyebab kehancuran
keluarga. Kehancuran keluarga ditengah masyarakat berarti juga
kehancuran satu bangsa sebab keluarga adalah cermin dari satu bangsa.

1. Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun,
magic dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja
membuat langkah hidup tidak rationil, tetapi juga bisa menyesatkan
pada bencana yang fatal.

2. Makanan yang tidak halalan thayyiba. Menurut hadis Nabi, sepotong
daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung
mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al
haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil,
pakaian dan lain-lainnya.

3. Kemewahan. Menurut al Qur'an, kehancuran suatu bangsa dimulai
dengan kecenderungan hidup mewah, mutrafin (Q/17:16), sebaliknya
kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang memiliki
pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan perilaku
manyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup berkeluarga.

4. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan WIL
dan PIL). Oleh karena itu suami atau isteri harus menjauhi "berduaan"
dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada mulanya tidak ada maksud
apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi suasana psikologis
"berduaan" akan dapat menggiring pada perselingkuhan.

5. Kebodohan. Kebodohan ada yang bersifat matematis, logis dan ada
juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis
dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika sosial dan matematika
sosial.

6. Akhlak yang rendah. Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi
penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudah
terjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.

7. Jauh dari agama. Agama dalah tuntunan hidup. Orang yang mematuhi
agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang
terlalu jauh dari rel kebenaran. Orang yang jauh dari agama mudah
tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan "menjanjikan" padahal palsu. Read More..

10 Jenis Siksaan Yang Menimpa Wanita Penghuni Neraka

Inilah sepuluh jenis siksaan yang menimpa wanita yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika melalui peristiwa Israk dan Mikraj, inilah peristiwa yang membuat Rasulullah menangis setiap kali mengenangkannya.

Dalam perjalanan itu, antaranya Rasulullah SAW diperlihatkan (1) perempuan yang digantung dengan rambutnya, sementara itu otak di kepalanya mendidih. Mereka adalah perempuan yang tidak mau melindungi rambutnya agar tidak dilihat lelaki lain.

Siksaan lain yang diperlihatkan Rasulullah SAW ialah (2) perempuan yang digantung dengan lidahnya dan (3) tangannya dikeluarkan dari punggungnya dan (4) minyak panas dituangkan ke dalam kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang suka menyakiti hati suami dengan kata-katanya.

Rasulullah SAW juga melihat bagaimana (5) perempuan digantung buah dadanya dari arah punggung dan air pohon zakum dituang ke dalam kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang menyusui anak orang lain tanpa keizinan suaminya.

Ada pula (6) perempuan diikat dua kakinya serta dua tangannya sampai ke ubun dan dibelit beberapa ular dan kala jengking. Mereka adalah perempuan yang mampu sholat dan berpuasa tetapi tidak mau mengerjakannya, tidak berwudhu dan tidak mau mandi junub. Mereka sering keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya terlebih dulu dan tidak mandi yaitu tidak bersuci selepas habis haid dan nifas.

Selain itu, Rasulullah SAW melihat (7) perempuan yang makan daging tubuhnya sendiri sementara di bawahnya ada api yang menyala. Mereka adalah perempuan yang berhias untuk dilihat lelaki lain dan suka menceritakan aib orang lain.

Rasulullah SAW juga melihat (8) perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting neraka. Mereka adalah perempuan yang suka mencari perhatian orang lain agar melihat perhiasan dirinya.

Siksaan lain yang dilihat Rasulullah SAW ialah (9) perempuan yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya pula seperti keledai. Mereka adalah perempuan yang suka mengadu domba dan sangat suka berdusta.

Ada pula perempuan yang Rasulullah SAW lihat (10) bentuk rupanya seperti anjing dan beberapa ekor ular serta kala jengking masuk ke dalam mulutnya dan keluar melalui duburnya. Mereka adalah perempuan yang suka marah kepada suaminya dan memfitnah orang lain.

Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan wanita atau menempatkan wanita sebagai sumber dosa. Inilah keadaan seadanya yang sesuai riwayat yang ada. Read More..

10 KESALAHAN BESAR DALAM PERKAWINAN

Tak ada gading yang tak retak. Begitu kata pepatah untuk menggambarkan ketidaksempurnaan kita sebagai manusia yang kerap melakukan kesalahan. Meski begitu, kesalahan tetap bisa dihindari atau diperbaiki. Termasuk kesalahan-kesalahan yang kerap kita lakukan dalam perkawinan. Nah, berikut ini sejumlah kesalahan yang paling sering dilakukan pasangan dalam sebuah perkawinan yang tak jarang memberi dampak amat buruk yaitu perceraian. Karena itu, simak baik-baik dan sedapat mungkin hindarilah.

1.Kurang MenghormatiJangan menjelek-jelekan pasangan kepada teman-teman atau rekan kerja. Ingat, Anda dan suami/istri saling membutuhkan dan masing-masing juga harus tahu bahwa dirinya dihormati pasangan.
2. Tak Mengindahkan atau Mendengarkan Jangan memberikan perhatian lebih kepada komputer, teve, dan lainnya sementara pasangan sedang berada di sisi kita. Perhatikan pula bahasa tubuh pasangan karena dari situ kita juga bisa tahu, apa yang sebetulnya ia inginkan.
3. Kurang GairahPadamnya gairah, tak ada lagi kemesraan apalagi keintiman, merupakan tanda-tanda bahaya dari sebuah perkawinan. Jangan tunggu lebih lama lagi. Segeralah cari nasihat dari penasihat perkawinan atau dokter yang bisa membantu jika memang harus dilakukan pengobatan tertentu. Jangan biarkan pasangan Anda bertanya, mengapa Anda tidak tertarik (lagi) pada seks.
4. Selalu Harus Benar & MenangSikap selalu menggurui bahkan memerintah pasangan atau harus selalu menang di dalam setiap percakapan, juga merupakan bahaya besar yang mengancam kehidupan perkawinan. Jarang sekali ada orang yang bisa bertahan menyintai pasangan yang selalu mau menang sendiri, inginnya dituruti, tak boleh dibantah. Sesekali terimalah, bahwa ada kesalahan yangt telah Anda buat dan jangan selalu menjawab setiap pertanyaan yang sederhana dengan kalimat panjang dengan nada tinggi pula.
5. CerewetTerlalu banyak bicara juga amat menjengkelkan pasangan kita, lo. Lebih baik bertindak daripada cuma banyak bicara. Jika Anda mengatakan akan megerjakannya, kerjakanlah! Dan bila Anda tidak mau mengerjakannya, tinggalkan!
6. Sindiran MenyakitkanJika pasangan berbicara dengan gaya dan kalimat yang menyakitkan, coba pikirkan baik-baik, kemudian tenangkan hati dan jangan membantah atau balik menyerang. Cobalah mengerti, pasangan sedang tidak memiliki rasa humor atau tengah senssitif. Jika keadaan sudah tenang, ajak ia bicara baik-baik. Tak perlu balas menyindir atau melontarkan kata-lata menyakitkan karena masalah tak akan pernah selesai dengan cara seperti itu.
7. KetidakjujuranBerbohong dan mempunyai rahasia di dalam perkawinan hanya akan menciptakan jarak alias jurang pemisah dia antara Anda berdua. Awalilah kehidupan perkawinan dengan kejujuran dan niat tulus untuk tidak akan berbohong dan bersikap tak jujur pada belahan jiwa.
8. MenyebalkanJelas, suatu perilaku buruk yang terus saja dilakukan, akan membuat pasangan kesal dan sebal. Ingat, lo, kesabaran manusia ada batasnya. Jika Anda selalu mengritik segala tindakan pasangan, kelewat mencampuri urusannya sampai terkesan mendikte, tak pernah "absen" memberi komentar, jangan salahkan pasangan jika satu saat ia berpaling ke lain hati. Coba, deh, tempatkan diri di posisi dia. Pasti Anda pun akan melakukan hal sama. Jadi, berhentilah bersikap menyebalkan.
9. Egois & PelitGiliran belanja untuk keperluan sendiri, Anda tidak peduli berapa besarnya harus mengeluarkan uang namun begitu untuk keperluan pasangan, Anda tiba-tiba berubah menjadi seorang juru hitung yang amat handal. Kalau mengajak makan di restoran, Anda selalu memilih yang termurah atau bermuka masam ketika sanak keluarganya datang berkunjung ke rumah. Nah, tanggalkan sikap-sikap yang menjengkelkan seperti itu. Ingat, Anda dan pasangan adalah belahan jiwa yang saling memerlukan dan harusnya saling mengisi.
10. PemarahSetiap pasangan harus dapat menghadapi konflik dengan cara yang positif. Jika Anda memiliki sifat pemarah, mungkin Anda dapat memenangkan perselisihan yang terjadi namun pada akhirnya malah bisa mengakibatkan kehilangan semuanya. Anda tak mau hal itu terjadi, kan?

12 CARA MEMPERBAIKI PERKAWINAN

1. Bersikap jujur.
2. Saling mendorong cita-cita untuk mendapatkan keberhasilan bersama.
3. Saling menghormati.
4. Luangkanlah waktu bersama untuk saling membagi cita-cita.
5. Luangkan waktu untuk berdialog, berdiskusi dalam percakapan sehari-hari sebagai cara untuk meningkatkan dan memperbaiki komunikasi.
6. Tertawalah bersama-sama sekurang-kurangnya sehari sekali.
7. Selisih paham boleh-boleh saja, tapi lakukan dengan cara yang fair.
8. Bersedia untuk saling memaafkan.
9. Ingat, saling berbaik hati adalah suatu hadiah yang amat besar nilainya.
10. Saling berbagi keinginan sehari-hari.
11. Buatlah keputusan bersama mengenai keuangan, disiplin anak-anak, pekerjaan rumah, liburan, dan lainnya. Jangan putuskan segala sesuatu sendirian. Ingat, dua kepala lebih baik dari saru kepala!
12. Luangkanlah waktu untuk berdua saja agar rasa keintiman terus terjalin dengan baik dan makin kuat. Rencakanlah liburan atau bepergian berdua yang romantis. Read More..

Jangan Meminta Keadilan Allah

Beberapa kali aku pernah mendengar dalam forum pengajian Cahaya Ilahi, Syaikh Luqman mengatakan bahwa jangan meminta keadilan Allah serem soalnya. Iya ya... baru ngerti sekarang aku maksudnya. Menurut pemahamanku biasanya seseorang memohon keadilan Allah bila dalam kondisi merasa sedang dizholimi oleh pihak lain. Maka biasanya dia berdoa mohon keadilan Allah, tetapi setelah aku bayangkan jika misalnya aku sendiri yang berdoa seperti itu, wuih... bener serem banget. Seremnya itu karena kita mohon keadilan-Nya, sedangkan Allah itu benar-benar maha adil, maka misalnya saat itu juga keadilan Allah turun bisa-bisa aku sendiri yang terkena akibat doaku sendiri. Coba deh dianalisa, aku berdoa karena merasa dizholimi pihak lain dan mohon keadilan Allah, maka begitu keadilan Allah itu datang pasti kezholiman-kezholiman yang pernah aku lakukan juga diadili oleh Allah, serem engga ? Padahal sudah berapa kali dalam usiaku yang sekarang ini aku berbuat zholim ? Yang pertama pasti aku zholim terhadap diriku sendiri, dengan menyepelekan maksiat, kufur nikmat dan jauh dari thaat. Kezholiman berikutnya malah lebih banyak lagi, zholim pada orang tua, istri, anak, tetangga, teman, sahabat, rekan kerja, pimpinan dan yang lainnya, yang mungkin seluruh kadar kezholimanku jauh melebihi pihak-pihak yang aku anggap zholim terhadap diriku. Timbangan zholimku jauh lebih berat, ya terlempar aku ke dalam neraka-Nya. Nah !!! Yang berikutnya terkait masalah surga dan neraka, terutama bagi yang ke mana-mana kalo ibadah mesti membawa kalkulator untuk menghitung ibadahnya : tahajudnya sudah berapa juta rakaat, zakat-infaq-shodaqohnya sudah berapa triliun, khatam Qur’annya sudah berapa ribu kali dan sebagainya, ini malah lebih sueremmm lagi. Kok bisa ? Lha iya, dengan hitungan ibadah yang sudah dilakukan, biasanya seseorang selalu berharap mendapat balasan berupa surganya Allah. Padahal sebenarnya ibadah kita tidak mungkin bisa menyebabkan kita masuk surga (baca posting : Takkan teraih surga), kalau pun kita masuk surga sebenarnya hanya karena rahmat dan fadhalnya Allah saja bukan karena ibadah kita. Misalnya saja kita diberi usia 100 tahun dan sejak lahir sampai 100 tahun tersebut kita hanya melakukan ibadah terus, melakukan amal sholih terus tanpa sekalipun berbuat maksiat dan kemudian keadilan Allah turun. Ibadah kita yang seratus tahun itu ditimbang dan diperbandingkan dengan keabadian surga, maka tentu saja njomplang berat keabadian surga. Ibadah yang seratus tahun itu tidak ada artinya dalam timbangan keadilan Allah, maka terlempar kita ke dalam neraka-Nya. Nah lagi !!!Bagaimana ? Masih meminta keadilan Allah ? Read More..

Astagfirullah

Astaghfirullah Robbal baroya
Astaghfirullah minal khothoya

Hidup di dunia sebentar saja
Sekedar mampir sekejap mata
Jangan terpesona jangan terperdaya
Akhirat nanti tempat pulang kita
Akhirat nanti hidup sebenarnya

Barang siapa Allah tujuannya
Niscaya dunia akan melayaninya
Namun siapa dunia tujuannya
Niscaya letih dan pasti sengsara
Diperbudak dunia sampai akhir masa

Kasih sayang Allah Maha Mempesona
Betapa pun kita mengkhianati-Nya
Tiada terputus curahan nikmat-Nya
Selalu dinanti kembali pada-Nya
Selalu dinanti bertaubat pada-Nya

Allah melihat Allah mendengar
Segala sikap dan kata kita
Tiada nan luput satu pun jua
Allah takkan lupa selama-lamanya
Allah takkan lupa selama-lamanya

Ingatlah maut yang pasti menjemput
Putuskan nikmat dan cita-cita
Tiada tertolak tiada tercegah
Bila ajal tiba pun berakhir sudah
Bila waktu hidup berakhir sudah

Tubuh pun kaku terbungkus kafan
Tiada guna harta pangkat jabatan
Tinggallah ratapan dan penyesalan
Menanti peradilan yang menentukan
Menanti peradilan yang menentukan

Wahai sahabat cepatlah taubat
Karena ajal kian mendekat
Takutlah azab yang mengerikan
Siksa jahanam sepanjang zaman
Siksa jahanam sepanjang zaman

Allah pengampun penerima taubat
walaupun dosa sepenuh jagat
Wahai sahabat cepatlah taubat
Karena ajal kian mendekat
Karena ajal kian mendekat

Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) Read More..