Jumat, 27 November 2015

Memperbaiki Semampu Yang Kita Bisa

TINGGI batang tebu bisa tinggal sedengkul dalam seabad mendatang, tetapi bisa pula sebaliknya biji kedelai menjadi sebesar bawang – keduanya dimungkinkan. Yang jarang kita sadari adalah bahwa kita sebenarnya ikut berperan dalam mengarahkannya, apakah bumi akan semakin rusak atau kita ikut memperbaikinya. Bila kita diam saja, maka yang merusak akan menang dan itulah yang sedang terjadi – tinggi batang tebu akan tinggal sedengkul – dan bukti visualnya kini dapat kita saksikan bersama. Perhatikan dua foto (di atas dan di tengah). Yang diatas adalah foto kondisi tebu yang sedang dipanen di jaman ini. Perhatikan tingginya dibandingkan dengan tinggi orang-orang yang memanennya, dapat kita saksikan bahwa tinggi batang tebu tersebut hanya sedikit diatas tinggi orang yang memanennya. Tinggi Batang Tebu Dulu dan Kini Lantas perhatikan pada foto hitam putih yang di bawahnya, itu adalah foto orang memanen tebu di jaman Belanda kurang lebih seabad yang lalu. Perhatikan tinggi tebu dibandingkan dengan orang-orang yang memanennya. Kita bisa menyaksikan bahwa tinggi batang tebu tersebut kurang lebih mencapai empat kali tinggi orang yang memanennya. Apa yang sesungguhnya terjadi sehingga batang tebupun bertambah pendek menjadi kurang dari sepertiganya dalam tempo yang kurang lebih hanya seabad terakhir? Tentu banyak penyebabnya, tetapi yang jelas adalah kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia sehingga bumipun enggan memberikan hasil terbaiknya. Selisih antara tinggi tebu seabad lalu dengan tinggi tebu sekarang tersebut adalah cerminan tingkat kerusakan yang terjadi di bumi ini selama seabad terakhir. Bahwasanya batang tebu terus bertambah pendek, itu pasti karena yang berbuat kerusakan lebih banyak atau lebih dominan dari yang berbuat perbaikan. Artinya bila kita diam saja – apalagi apabila ikut-ikutan berbuat kerusakan – maka batang tebu akan terus bertambah pendek dan bisa jadi dalam seabad yang akan datang tinggal sepertiga dari tinggi batang tebu sekarang atau tinggal sekitar sedengkul saja. Kita tentu tidak rela ini dialami oleh cucu-cicit kita kelak, kita ingin mereka hidup bahkan lebih baik dari yang kita hadapi sekarang. Kita ingin mereka hidup dalam kehidupan yang berkeadilan, sehingga saat itu biji gandum-pun bisa sebesar bawang seperti dalam riwayat berikut: Diriwayatkan dari Auf bin Abi Quhdam, dia berkata: “Dijumpai di jaman Ziyad atau Ibnu Ziyad suatu lubang yang didalamnya ada biji gandum sebesar bawang. Padanya tertulis ‘ini tumbuh di jaman yang adil.‘” (Musnad Ahmad no 7936 dan tafsir Ibnu Katsir 3/436). Sepintas ini tidak masuk di akal kita bahwa biji gandum bisa membesar sebesar bawang, tetapi ini sesungguhnya sangat bisa dijelaskan. Pertama dengan bukti visual tersebut di atas, batang tebu bisa terus memendek ketika manusia terus berbuat kerusakan di muka bumi ini. Maka yang sebaliknya pasti juga bisa terjadi, yaitu batang tebu bisa terus bertambah panjang ketika manusianya terus berbuat perbaikan. Hal ini bukan mimpi, karena team dari perkebunan tebu kami di Blitar-pun sedang bekerja keras untuk bisa menghasilkan batang tebu yang semakin panjang kembali. Kedua yang mirip dengan upaya untuk ‘menjadikan biji gandum sebesar bawang’ tersebut adalah upaya team kami yang lain yang sedang bekerja menyiapkan benih kedelai. Bila insyaAllah pembibitan kedelai kami bisa panen dalam beberapa bulan mendatang, maka hasilnya ingin kami perlakukan mendekati hadits berikut: Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, beliau bersabda, “Pada suatu hari seorang laki-laki berjalan-jalan di tanah lapang, lantas mendengar suara dari awan:”Hujanilah kebun si Fulan.” (suara tersebut bukan dari suara jin atau manusia, tapi dari sebagian malaikat). Lantas awan itu berjalan di ufuk langit, lantas menuangkan airnya di tanah yang berbatu hitam. Tiba-tiba parit itu penuh dengan air. Laki-laki itu meneliti air (dia ikuti ke mana air itu berjalan). Lantas dia melihat laki-laki yang sedang berdiri di kebunnya. Dia memindahkan air dengan sekopnya. Laki-laki (yang berjalan tadi) bertanya kepada pemilik kebun : “wahai Abdullah (hamba Allah), siapakah namamu ?”, pemilik kebun menjawab: “Fulan- yaitu nama yang dia dengar di awan tadi”. Pemilik kebun bertanya: “Wahai hambah Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku ?”. Dia menjawab, “ Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang inilah airnya. Suara itu menyatakan : Siramlah kebun Fulan – namamu. Apa yang engkau lakukan terhadap kebun ini ?”. Pemilik kebun menjawab :”Bila kamu berkata demikian, sesungguhnya aku menggunakan hasilnya untuk bersedekah sepertiganya. Aku dan keluargaku memakan daripadanya sepertiganya, dan yang sepertiganya kukembalikan ke sini.” (HR. Muslim) Perhatikan secara khusus kalimat terakhir dari hadits panjang tersebut “…dan yang sepertiganya kukembalikan ke sini”. Ini adalah indikasi bahwa idealnya sepertiga hasil panenan untuk ditanam kembali alias menjadi bibit – dan ini pasti tidak bisa dilakukan bila tanaman tersebut sudah dirusak gen-nya seperti yang kita kenal dalam tanaman GMO (Genetically Modified Organism). Bagi yang bergerak di dunia pembibitan, ini adalah petunjuk yang luar biasa untuk pemuliaan tanaman. Bayangkan bila Anda panen, kemudian dipilihi sepertiga terbaik untuk bibit penanaman berikutnya – maka hasilnya adalah 1/3 dari biji-biji terbaik, paling besar, paling mentes dlsb. Ketika biji-biji terbaik ini ditanam, maka insyaAllah panenan berikutnya hasilnya akan lebih baik dari yang sebelumnya – bila kondisi lainnya tetap – ceteris paribus. Bila ini terus dilakukan dari satu panen ke panenan berikutnya, maka biji-bijian hasil panenan akan terus membesar (dan membaik) dari waktu ke waktu. Maka bila alamnya tidak dirusak oleh hal lain, bahkan juga diperbaiki dengan mengembalikan kondisi kesuburan alaminya – bukanlah hal yang mustahil, bila suatu saat nanti biji kedelai kita menjadi sebesar biji kacang tanah ! Mungkinkah itu terjadi? Mungkin saja bila Allah menghendaki. Lantas kapan akan terjadi? Wa Allahu A’lam. Jangankan kita orang awam yang penuh dengan kelemahan, para Rasul-pun oleh Allah hanya ditugasi untuk melakukan perbaikan semampu mereka melakukannya. Ketika penduduk Madyan ngeyel terhadap seruan Nabi Syuaib Alaihi Salam untuk tidak menyekutukan Allah, tidak curang dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi, Nabi Syuaib antara lain berucap: “…Aku hanya ingin memperbaiki sesuai kemampuanku…” (QS 11:88). Kisah Nabi Syuaib tersebut juga bisa menginspirasi orang awam yang ingin berbuat perbaikan-perbaikan di muka bumi, di bidang apa kita semua bisa melakukan perbaikan ini? Yang pertama tentu saja adalah memperbaiki keimanan kita dan tidak menyekutukanNya, kemudian mentaati perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya – dengan demikian pasti kita tidak akan berbuat curang dan tidak melakukan kerusakan di muka bumi. Lantas apa hubungannya keimanan dan ketakwaan ini dengan tinggi rendahnya pohon tebu, besar kecilnya butir gandum atau besar kecilnya biji kedelai? Bila penduduk negeri beriman dan bertakwa, Allah menjanjikan keberkahan dari langit dan dari bumi (QS 7:96). Jika kita sungguh-sungguh menjalankan petunjukNya, makanan akan datang dari atas kita dan dari bawah kaki kita (QS 5:66). Maka demikianlah yang seharusnya kita lakukan, jangan kita diam karena berarti yang berbuat kerusakan akan menang. Apalagi jangan sampai malah kita ikut-ikutan berbuat kerusakan di muka bumi. Saatnya kita mulai ikut melakukan perbaikan-perbaikan apa saja yang kita mampu untuk melakukannya, insyaAllah kita bisa!* Penulis adalah Direktur Gerai Dinar Rep: Admin Hidcom Read More..

Ketika Si Penyembah Api Dapat Hidayah dan Berkah

Pada masa Malik bin Dinar, hidup seorang pemuda. Dahulu pemuda tersebut, seorang penyembah api. Namun setelah ia mendapat hidayah untuk masuk Islam, ia pun mengajak seluruh anak dan istrinya untuk ikut masuk Islam. Suatu hari, usai mengikuti sebuah majelis yang dipimpin Malik bin Dinar di Kota Bashrah, ia pulang ke rumahnya yang berupa puing tua. Meski kehidupannya sangat miskin, ia bertekad tak akan menjual agama Islam yang telah dipeluknya demi harta. “Pergilah ke pasar, carilah pekerjaan. Belilah makanan secukupnya untuk kita makan,” kata istrinya, sewaktu pagi. “Baiklah,” kata pemuda itu. Kemudian, ia bergegas pergi ke pasar, berharap mendapat sebuah pekerjaan yang halal. Namun, hari itu tidak ada seorang pun yang memberinya pekerjaan. “Lebih baik aku bekerja untuk Allah saja,” kata pemuda tersebut, dalam hati.Ia pun pergi ke sebuah masjid. ia terus shalat hingga malam tiba. Lalu pulang dengan tangan hampa. “Kamu tak membawa sesuatu?” tanya istrinya.“Hari ini, aku bekerja untuk Raja. Dia belum memberinya hari ini. Semoga saja esok diberi,” jawabnya. Mereka melewatkan malam dengan rasa lapar. Hari berikutnya, ia belum juga mendapatkan pekerjaan, dan kembali pulang dengan tangan hampa. Hingga pada hari Jum’at, ia kembali ke pasar. Namun, sayangnya ia belum jua mendapat pekerjaan. Ia pun pergi ke masjid. Setelah shalat dua rakaat, ia mencurahkan isi hatinya kepada Allah. “Tuhanku! Pemukaku! Junjunganku! Engkau telah memuliakanku dengan Islam. Kau berikan aku keagungan Islam dam petunjuk terbaik. Atas nama kemuliaan agama yang telah kau berikan padaku dan dengan kemuliaan hari Jum’at yang agung, aku mohon tenangkan hatiku, karena sulitnya mencari nafkah untuk keluargaku. Berikanlah aku rizki yang tak terhingga. Demi Allah! aku malu kepada keluargaku. Aku takut berubah pikiran mereka tentang Islam,” pintanya. Di saat yang sama, ketika pemuda itu shalat Jum’at. Saat anak istrinya tengah kelaparan. Pintu rumahnya diketuk seseorang. Rupanya, datang seorang lelaki yang membawa nampan emas yang ditutup dengan sapu tangan bersulam emas. “Ambil nampan ini. katakan kepada suamimu. Ini upah kerjanya selama dua hari. Akan kutambah bila ia rajin bekerja. Apalagi pada hari Jum’at seperti ini. amal yang sedikit, pada hari ini di sisi Raja Yang Maha Perkasa artinya sangat besar sekali,” ucap sang lelaki tersebut. Nampan tadi, tak disangka berisi 1000 dinar. Ia pungut 1 dinar untuk ditukarkan di tempat penukaran uang. Pemilik penukaran uang yang seorang Nasrani mengatakan uang tersebut bukan dinar biasa. Sebab, beratnya dua kali lipat dari dinar biasa. “Dari mana kau dapatkan ini?” tanya Nasrani tersebut. Setelah diceritakan kisah yang telah ia alami tadi, 1 dinar tadi ditukar dengan 100 dirham.Sementara itu, sepulang dari masjid, sang suami kembali dengan tangan hampa. Namun, di tengah jalan ia membawa beberapa jumput pasir dan dimasukkannya ke dalam sapu tangan. “Bila nanti ditanya, kujawab saja isinya tepung,” gumamnya dalam hati. Ketika masuk rumah, tercium bau makanan. Sambil keheranan, ia bertanya kepada istrinya, gerangan apa yang terjadi, bungkusan pasir ia taruh di samping pintu.Setelah diceritakan semuanya, sontak ia langsung sujud syukur kepada Allah. “Apa yang kau bawa tadi?” tanya istrinya. Rupanya istrinya tahu, sang suami tadi membawa sesuatu. “Ah, jangan kau tanyakan itu,” jawabnya. Karena penasaran, bungkusan pasir diambil oleh istri. Namun apa yang terjadi, ternyata pasir tadi telah berubah menjadi tepung. Kembali ia dan istrinya, bersujud kepada Allah. Atas keajaiban dan rizki yang telah diberikan. (Ajie Najmuddin) Read More..

Keajaiban La Haula Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim

Kejadian ini adalah kisah nyata yang pernah aku alami. Waktu itu aku bekerja sebagai penjaga apotek obat tradisional. Tempat kerjaku merupakan tempat tinggalku juga karena bosku memberi fasilitas tempat tinggal di dalam. Bosku membutuhkan karyawan karena karyawannya yang lama akan mengundurkan diri. Aku ditraining oleh karyawan yang lama itu selama seminggu. Selama masa training, kami bekerja bergantian. Kadang aku bekerja antara pukul 07.00 - 15.00, kadang juga aku dapat giliran jaga apotek dari pukul 14.00 - 22.00. Aku menjalani masa training dengan baik. Hingga akhirnya si karyawan lama sudah tidak bekerja lagi, dan aku bekerja dengan teman kerja baru yang tinggal di luar (karena teman baru tersebut sudah berkeluarga). Pekerjaanku sebagai penjaga apotek hanyalah melayani orang yang hendak membeli obat kemudian uang hasil penjualan disimpan di laci, dan aku mencatat barang yang terjual beserta harganya. Jika malam hari, aku menyetorkan uang hasil penjualan ke bosku. Selama aku menjaga apotek, alhamdulillah jarang sekali ada uang lebih. Kata temanku, aku orangnya teliti. Namun inilah yang menjadi sumber permasalahan. Bosku mulai curiga. Dahulu waktu apoteknya masih dijaga oleh karyawan lama yang sudah mengundurkan diri itu, uang penjualan sering lebih. Namun begitu aku yang menjaga, uang penjualan pas. Aku menceritakan masalah ini kepada ibuku. Ibu selalu pesan untuk selalu bersabar. Jangan pernah takut jika kita tidak melakukan kesalahan. Dan satu lagi pesan ibu, sering2lah mengucapkan la haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim, entah secara lisan atau di hati. Aku pun melaksanakan apa yang disarankan oleh ibu. Tanpa sepengetahuanku, bosku memanggil kembali karyawan lama yang sudah mengundurkan diri itu. Aku tidak tahu rencana apa yang disusun bosku. Hingga akhirnya, bosku memanggilku dan menyuruh aku untuk berwudhu. Aku pun mengikuti kemauannya. Aku berwudhu dan menemui bosku. Masya Allah. . . Ternyata bosku menyuruhku untuk melakukan sumpah di atas Al Qur'an. Dia ingin aku bersumpah untuk membuktikan kejujuranku dalam menjaga tokonya. Allahu Akbar. Rasanya waktu itu aku ingin menangis, menjerit. Apakah dia berprasangka kalau jilbab yang aku kenakan hanya untuk kedok saja? Ya sudahlah, karena aku merasa berada di jalan yang benar dan tidak melakukan kecurangan apapun selama bekerja, aku mau disumpah dengan Al Qur'an. Bosku bilang, kalau aku berbohong, maka selama 3 hari ke depan akan terjadi musibah denganku. Namun jika aku jujur, semua akan baik-baik saja. Selama 3 hari, alhamdulillah tidak terjadi sesuatu apapun denganku. Lha emang aku tidak bohong kok. Allah Maha Tahu. Allah tidak pernah tidur. Walaupun sewaktu kerja kita tidak mendapatkan pengawasan langsung dari bos, namun ada Allah yang selalu mengawasi gerak gerik kita setiap saat. Akhirnya bosku memberhentikan aku dengan alasan kurang cocok dengan aku. Aku sie alhamdulillah saja. Aku terima keputusan dia dengan hati lapang dan ikhlas. Sewaktu aku mengemasi barang-barang, ada telepon masuk. Dan subhanallah, , , ada panggilan kerja dari perusahaan yang selama ini aku tunggu-tunggu. Betapa pemurahnya Allah terhadapku. Aku yang baru saja diberhentikan dari pekerjaan alhamdulillah bisa kembali mendapatkan pekerjaan yang kini benar-benar merubah jalan hidupku. La Haula Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim (Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung). Read More..

Jeritan Wanita Barat dan Kekagumannya Kepada Wanita Muslimah…

Joana Francis adalah seorang penulis dan wartawan asal AS. Dalam situs Crescent and the Cross, perempuan yang menganut agama Kristen itu menuliskan ungkapan hatinya tentang kekagumannya pada perempuan-perempuan Muslim di Libanon . Apa yang ditulis Francis, meski ditujukan pada para Muslimah di Libanon, bisa menjadi cermin dan semangat bagi para Muslimah dimanapun untuk bangga akan identitasnya menjadi seorang perempuan Muslim, apalagi di tengah kehidupan modern dan derasnya pengaruh budaya Barat yang bisa melemahkan keyakinan dan keteguhan seorang Muslimah untuk tetap mengikuti cara-cara hidup yang diajarkan Islam. Karena di luar sana, banyak kaum perempuan lain yang iri melihat kehidupan dan kepribadian para perempuan Muslim yang masih teguh memegang ajaran-ajaran agamanya. Inilah ungkapan kekaguman Francis sekaligus pesan yang disampaikannya untuk perempuan-perempuan Muslim dalam tulisannya bertajuk “Kepada Saudariku Para Muslimah”;. Aku menyaksikan perempuan-perempuan yang membawa bayi atau anak-anak yang mengelilingi mereka. Aku menyaksikan bahwa meski mereka mengenakan pakaian yang sederhana, kecantikan mereka tetap terpancar dan kecantikan itu bukan sekedar kecantikan fisik semata. Tapi aku tidak bisa memungkiri kekagumanku melihat ketegaran, kecantikan, kesopanan dan yang paling penting kebahagiaan yang tetap terpancar dari wajah kalian. Kelihatannya aneh, tapi itulah yang terjadi padaku, kalian tetap terlihat lebih bahagia dari kami ( perempuan AS) di sini karena kalian menjalani kehidupan yang alamiah sebagai perempuan. Di Barat, kaum perempuan juga menjalami kehidupan seperti itu sampai era tahun 1960-an, lalu kami juga dibombardir dengan musuh yang sama. Hanya saja, kami tidak dibombardir dengan amunisi, tapi oleh tipu muslihat dan korupsi moral. Perangkap Setan Mereka membombardir kami, rakyat Amerika dari Hollywood dan bukan dari jet-jet tempur atau tank-tank buatan Amerika. Mereka juga ingin membombardir kalian dengan cara yang sama, setelah mereka menghancurkan infrastruktur negara kalian. Aku tidak ingin ini terjadi pada kalian. Kalian akan direndahkan seperti yang kami alami. Kalian dapat menghinda dari bombardir semacam itu jika kalian mau mendengarkan sebagian dari kami yang telah menjadi korban serius dari pengaruh jahat mereka. Apa yang kalian lihat dan keluar dari Hollywood adalah sebuah paket kebohongan dan penyimpangan realitas. Hollywood menampilkan seks bebas sebagai sebuah bentuk rekreasi yang tidak berbahaya karena tujuan mereka sebenarnya adalah menghancurkan nilai-nilai moral di masyarakat melalui program-program beracun mereka. Aku mohon kalian untuk tidak minum racun mereka. Karena begitu kalian mengkonsumsi racun-racun itu, tidak ada obat penawarnya. Kalian mungkin bisa sembuh sebagian, tapi kalian tidak akan pernah menjadi orang yang sama. Jadi, lebih baik kalian menghindarinya sama sekali daripada nanti harus menyembuhkan kerusakan yang diakibatkan oleh racun-racun itu. Mereka akan menggoda kalian dengan film dan video-video musik yang merangsang, memberi gambaran palsu bahwa kaum perempuan di AS senang, puas dan bangga berpakaian seperti pelacur serta nyaman hidup tanpa keluarga. Percayalah, sebagian besar dari kami tidak bahagia. Jutaan kaum perempuan Barat bergantung pada obat-obatan anti-depresi, membenci pekerjaan mereka dan menangis sepanjang malam karena perilaku kaum lelaki yang mengungkapkan cinta, tapi kemudian dengan rakus memanfaatkan mereka lalu pergi begitu saja. Orang-orang seperti di Hollywood hanya ingin menghancurkan keluarga dan meyakinkan kaum perempuan agar mau tidak punya banyak anak. Mereka mempengaruhi dengan cara menampilkan perkawinan sebagai bentuk perbudakan, menjadi seorang ibu adalah sebuah kutukan, menjalani kehidupan yang fitri dan sederhana adalah sesuatu yang usang. Orang-orang seperti itu menginginkan kalian merendahkan diri kalian sendiri dan kehilangan imam. Ibarat ular yang menggoda Adam dan Hawa agar memakan buah terlarang. Mereka tidak menggigit tapi mempengaruhi pikiran kalian. Aku melihat para Muslimah seperti batu permata yang berharga, emas murni dan mutiara yang tak ternilai harganya. Alkitab juga sebenarnya mengajarkan agar kaum perempuan menjaga kesuciannya, tapi banyak kaum perempuan di Barat yang telah tertipu. Model pakaian yang dibuat para perancang Barat dibuat untuk mencoba meyakinkan kalian bahwa asset kalian yang paling berharga adalah seksualitas. Tapi gaun dan kerudung yang dikenakan para perempuan Muslim lebih “seksi” daripada model pakaian Barat, karena busana itu menyelubungi kalian sehingga terlihat seperti sebuah “misteri” dan menunjukkan harga diri serta kepercayaan diri para muslimah. Seksualiatas seorang perempuan harus dijaga dari mata orang-orang yang tidak layak, karena hal itu hanya akan diberikan pada laki-laki yang mencintai dan menghormati perempuan, dan cukup pantas untuk menikah dengan kalian. Dan karena lelaki di kalangan Muslim adalah lelaki yang bersikap jantan, mereka berhak mendapatkan yang terbaik dari kaum perempuannya. Tidak seperti lelaki kami di Barat, mereka tidak kenal nilai sebuah mutiara yang berharga, mereka lebih memilih kilau berlian imitasi sebagai gantinya dan pada akhirnya bertujuan untuk membuangnya juga. Modal yang paling berharga dari para muslimah adalah kecantikan batin kalian, keluguan dan segala sesuatu yang membentuk diri kalian. Tapi saya perhatikan banyak juga muslimah yang mencoba mendobrak batas dan berusaha menjadi seperti kaum perempuan di Barat, meski mereka mengenakan kerudung. Mengapa kalian ingin meniru perempuan-perempuan yang telah menyesal atau akan menyesal, yang telah kehilangan hal-hal paling berharga dalam hidupnya? Tidak ada kompensasi atas kehilangan itu. Perempuan-perempuan Muslim adalah berlian tanpa cacat. Jangan biarkan hal demikian menipu kalian, untuk menjadi berlian imitasi. Karena semua yang kalian lihat di majalah mode dan televisi Barat adalah dusta, perangkap setan, emas palsu. Kami Butuh Kalian, Wahai Para Muslimah ! Aku akan memberitahukan sebuah rahasia kecil, sekiranya kalian masih penasaran; bahwa seks sebelum menikah sama sekali tidak ada hebatnya. Kami menyerahkan tubuh kami pada orang kami cintai, percaya bahwa itu adalah cara untuk membuat orang itu mencintai kami dan akan menikah dengan kami, seperti yang sering kalian lihat di televisi . Tapi sesungguhnya hal itu sangat tidak menyenangkan, karena tidak ada jaminan akan adanya perkawinan atau orang itu akan selalu bersama kita. Itu adalah sebuah Ironi! Sampah dan hanya akan membuat kita menyesal. Karena hanya perempuan yang mampu memahami hati perempuan. Sesungguhnya perempuan dimana saja sama, tidak peduli apa latar belakang ras, kebangsaan atau agamanya. Perasaan seorang perempuan dimana-mana sama. Ingin memiliki sebuah keluarga dan memberikan kenyamanan serta kekuatan pada orang-orang yang mereka cintai. Tapi kami, perempuan Amerika, sudah tertipu dan percaya bahwa kebahagiaan itu ketika kami memiliki karir dalam pekerjaan, memiliki rumah sendiri dan hidup sendirian, bebas bercinta dengan siapa saja yang disukai. Sejatinya, itu bukanlah kebebasan, bukan cinta. Hanya dalam sebuah ikatan perkawinan yang bahagialah, hati dan tubuh seorang perempuan merasa aman untuk mencintai. Dosa tidak akan memberikan kenikmatan, tapi akan selalu menipu kalian. Meski saya sudah memulihkan kehormatan saya, tetap tidak tergantikan seperti kehormatan saya semula. Kami, perempuan di Barat telah dicuci otak dan masuk dalam pemikiran bahwa kalian, perempuan Muslim adalah kaum perempuan yang tertindas. Padahal kamilah yang benar-benar tertindas, menjadi budak mode yang merendahkan diri kami, terlalu resah dengan berat badan kami, mengemis cinta dari orang-orang yang tidak bersikap dewasa. Jauh di dalam lubuk hati kami, kami sadar telah tertipu dan diam-diam kami mengagumi para perempuan Muslim meski sebagian dari kami tidak mau mengakuinya. Tolong, jangan memandang rendah kami atau berpikir bahwa kami menyukai semua itu. Karena hal itu tidak sepenuhnya kesalahan kami. Sebagian besar anak-anak di Barat, hidup tanpa orang tua atau hanya satu punya orang tua saja ketika mereka masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang. Keuarga-keluarga di Barat banyak yang hancur dan kalian tahu siapa dibalik semua kehancuran ini. Oleh sebab itu, jangan sampai tertipu saudari muslimahku, jangan biarkan budaya semacam itu mempengaruhi kalian. Tetaplah menjaga kesucian dan kemurnian. Kami kaum perempuan Kristiani perlu melihat bagaimana kehidupan seorang perempuan seharusnya. Kami membutuhkan kalian, para Muslimah, sebagai contoh bagi kehidupan kami, karena kami telah tersesat. Berpegang teguhlah pada kemurnian kalian sebagai Muslimah dan berhati-hatilah !. Read More..