Kamis, 11 Oktober 2012

Untuk Bisa Sukses, Terlebih Dulu Anda Harus Bahagia

Untuk Bisa Sukses, Terlebih Dulu Anda Harus Bahagia Apakah jadi bahagia itu penting? Lha iya lah. Orang-orang bekerja keras banting tulang segala macem, pengen sukses, biasanya karena ingin cari kebahagiaan. Namun menariknya, ternyata kebahagiaan juga menjadi prasyarat bagi seseorang untuk mencapai sukses, bukan melulu menjadi dampak atau akibat. Beberapa tahun yang lalu Sonja Lyuomirsky dan rekan2nya dari Universitas California melakukan sebuah kerja besar mereview ratusan studi yang mana sang peneliti coba menceriakan orang-orang terpilih dan lalu memonitor dampak dari keceriaan mereka. Beragam jenis cara untuk membuat partisipan merasa bahagia telah dicoba: membuat partisipan mengendus bau bunga wangi yang baru saja dipetik, membaca keras-keras kalimat afirmasi (misa: ‘Saya ni memang orang yang luar biasa’), menyantap kue cokelat, berdansa atau menonton film lucu. Terkadang sang peneliti menggunakan cara yang ‘nakal’, misal dg mengatakan pada partisipan bahwa mereka telah dapatkan nilai yg bagus dalam sebuah tes IQ, atau memastikan bahwa mereka ‘secara tak sengaja’ menemukan uang di jalan. Terlepas dari cara yang digunakan, hasil keseluruhannya sudah jelas – bahwa kebahagiaan tidak hanya menjadi dampak dari kesuksesan, namun juga menjadi penyebab kesuksesan itu sendiri. Untuk Bisa Sukses, Terlebih Dulu Anda Harus Bahagia Setelah menjaring data dari lebih 250.000 partisipan, Lyubomirsky menemukan benefit yang luar biasa dari perasaan bahagia. Kebahagiaan membuat seseorang menjadi lebih mudah bersosialisasi dan baik kepada sesama, juga membuat mereka jadi lebih menyukai diri sendiri dan juga orang lain, meningkatkan kemampuan dalam menangani konflik dan masalah, serta memperkuat sistem imunitas diri. Efek komulatif yang didapat? Seseorang jadi punya relationship yang lebih sukses dan memuaskan diri, mendapatkan karir yang membuat batin terpuaskan serta hidup lebih sehat dan lebih lama. Dengan benefit yang luar biasa seperti itu, tak heran jika semua orang lantas ingin miliki bahagia itu. Namun sekarang pertanyaannnya adalah bagaimanakah cara yang paling efektif untuk membuat wajah kita bisa terus tersenyum? Kebanyakan orang tampaknya akan memberikan jawaban yang gamblang – lebih banyak uang. Dari survei satu ke survei yang lain, kebutuhan untuk miliki dompet lebih tebal secara konsisten menempati daftar teratas dari apa yang harus dipunya. Tapi apakah memang bisa kebahagiaan itu dibeli? Atau uang itu sebenarnya malah membawa seseorang pada rasa sengsara? Read More..

Berbicara dengan Hati, Bukan Jari

"Matikan komputermu. Matikan juga ponselmu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu." -- Eric Schmidt, CEO Google ADIL jengkel betul dengan istrinya. Sepanjang liburan akhir pekan keduanya sepakat memilih beristirahat di rumah. Lima hari bekerja membuat mereka ingin melemaskan otot-otot. Sekaligus tentu saja mempererat tali cinta diantara mereka berdua. Maklum, mereka belum lagi genap dua tahun menikah. Buah hati yang menjadi dambaan mereka tak kunjung datang. Mungkin Yang Di Atas belum memberikan mereka kepercayaan. Begitu keduanya menghibur diri. Tapi akhir pekan yang seharusnya indah justeru berubah menyebalkan. Seharian Anita, sang istri, hanya berada di kamar. Mungkin saja letih. Dia ingin istirahat penuh. Namun yang membuatnya jengkel, Anita terus menggenggam gadget kesayangannya. Anita kadang tertawa sendiri. Sampai kadang dia tak ingin jauh dari colokan listriknya. Gadget kesayangannya itu sering kehilangan tenaga, sehingga terpaksa harus dicharge. Adil geleng-geleng kepala. Namun Anita cuek bebek. Katanya, dia sedang asyik mengobrol dengan teman yang lama tak dijumpainya. Bertemu di jejaring sosial facebook, mereka kemudian bertukar nomor PIN. Lalu itulah yang terjadi, mereka mengobrol ngalor-ngidul sesuka hati. Adil pun memilih untuk keluar rumah dan mengobrol dengan tetangga. Ponsel cerdas itu menjadi booming di dunia, termasuk Indonesia. Apalagi setelah beberapa tokoh dunia dan seleb memakainya juga. Kelebihan menggunakan gadget ini dibandingkan dengan ponsel biasa memang beragam, misalnya saja layanan push mail, menerima dan membalas email yang masuk pada saat itu juga. Atau mengambil foto dan mengirimkannya ke handai taulan di luar negeri dalam sekejap. Lalu ada pula fasilitas chatting, browsing, hingga fasilitas online berbagai situs jejaring sosial. Kedekatan seseorang di dunia maya seakan-akan tidak lagi terpisahkan oleh ruang dan waktu. Tak aneh bila kemudian muncul istilah, 'mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.' Namun memakai gadget ini bukan tak ada kekurangannya sama sekali. Contohnya, ya itu, interaksi antara Adil dan Anita menjadi tak nyaman. Ketika seseorang berasyik masyuk dengan dirinya dan dunianya sendiri, serta tidak memperdulikan lingkungan sekitar, apalagi menjadikannya sebagai ketergantungan yang sangat, maka menurut anak zaman sekarang dikatakan terkena 'gejala autis'. Tapi bukankah merujuk peribahasa, 'man behind the gun', bahwa baik-buruknya penggunaan teknologi tergantung si pemakainya? Betul. Bila pemakainya memakai dengan bijak, tentu tak masalah. Sebaliknya pun demikian. Tapi nyatanya memang, menurut penelitian, ketergantungan akan gadget menyebabkan seseorang menjadi tak fokus. Bahkan para uskup senior di Liverpool, Inggris menantang umatnya untuk berpuasa teknologi selama 40 hari. Mereka mendorong masing-masing orang untuk memangkas penggunaan karbon dengan tidak memakai sejumlah gadget. Tingkat ketergantungan pemakai gadget memang sungguh luar biasa. Hingga muncul istilah, 'it is heaven for business owners, but hell for employees'. Gadget dibuat dengan tujuan membantu si pemakainya. Untuk menjadikan urusan berjalan dengan efektif dan efisien. Ambil satu contoh, misalnya saja ketika diadakan rapat penting. Saat dalam rapat membutuhkan komunikasi rahasia di antara peserta rapat, tentu saja cara yang cerdas dengan menggunakan gadget yang tersedia. Tetapi pada kenyataannya, yang kerap kita jumpai, teknologi yang awalnya dirancang untuk membantu kehidupan manusia, malah justeru membuat kita semakin menjauh satu dengan lainnya. Menjauh dari orang-orang yang kita kasihi, dan menjauh pula dari Tuhan yang sesungguhnya dekat dengan kita. Dengarlah apa yang dikatakan Eric Schmidt, CEO Google, dalam pidatonya di University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada 18 Mei 2009 lalu dihadapan enam ribu wisudawan. Schmidt berujar, "Matikan komputermu. Matikan juga ponselmu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu." Schmidt mengatakan demikian setelah melihat banyaknya kaum muda yang hanya terpaku pada dunia virtual di internet. Seakan tak peduli untuk berelasi dengan orang lain. Itulah yang dirasakan Adil sekarang. Ia merasa jauh sekali dari istrinya. Adil sesungguhnya tak menuntut lebih dari Anita. Adil hanya ingin Anita menghentikan sekali saja pada saat mereka berada di rumah. Apalagi disaat-saat mereka sedang berdua atau liburan. Baginya komunikasi yang baik bukan lagi semata dengan jari-jari, walau teknologi sudah maju. Berbicara dengan tatap muka, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh tentu lebih memanusiakan diri. Kita seharusnya memang dapat berhenti sejenak dari kegaduhan dunia virtual dan kembali pada 'habitatnya' sebagai makhluk sosial. *) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009 Read More..

HUKUM TRUK SAMPAH

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pd jalur yg benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dr tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.Pengemudi mobil hitam tsb mengeluarkan kepalanya & memaki ke arah kami. Supir taxi hanya tersenyum & melambai pada orang tersebut. Saya sangat heran dgn sikapnya yg bersahabat. saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"Saat itulah saya belajar dr supir taxi tsb mengenai apa yg saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah". Ia menjelaskan bahwa byk orang seperti truk sampah. Mrk berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dgn semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat utk membuangnya, & seringkali mereka membuangnya kpd anda. Jgn ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup. Jgn ambil sampah mereka utk kembali membuangnya kpd orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dlm perjalanan.Intinya, orang yg sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dgn merusak suasana hati. Hidup ini terlalu singkat utk bangun di pagi hari dgn penyesalan, maka kasihilah orang yg memperlakukan anda dgn benar, berdoalah bagi yg tidak. Hidup itu 10% mengenai apa yg kau buat dengannya dan 90% ttg bagaimana kamu menghadapinya.Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi ttg bagaimana belajar menari dlm hujan. Selamat menikmati hidup... Read More..

Istriku Tidak Cantik

Istriku tidak cantik, standar dan biasa saja. Aku juga sadar bahwa dia tidak cantik dan kalau bersanding denganku maka aku nampak lebih rupawan dari dia. Badannya kecil ada dibawah dadaku, juga kulitnya agak hitam, lebih putih kulitku, satu lagi kakinya agak pincang, yang kanan lebih kecil sedikit daripada yang kiri. Aku menyadarinya ketika aku sudah menikahinya, namun aku sadar bahwa aku telah memilih dia dengan ikhlas dihatiku, kan aku yang memilih, bukan dia yang memaksa, dan walau istriku tidak cantik, namun aku mencintainya. Allah taburkan rasa cinta itu ketika malam pertama aku bersamanya. Dimataku dia tetap tidak cantik, namun aku nyaman bila melihat senyumannya. Dia selalu menerima apa adanya aku, sempat aku pulang tidak bawa gaji seperti yang dijanjikan di lembar penerimaan karyawan bahwa gajiku tertera 4 juta sekian-sekian, namun karena aku selalu terlambat dan juga sering bolos lantaran mengantar si kecil ke rumah sakit dan juga si sulung ke sekolah maka hampir 40 % gajiku dipotong. Subhanallah dia tidak bersungut, malah segera bersiap menukar menu makanan dengan yang lebih sederhana dan bersikeras meminjam komputer butut kami untuk menulis artikel yang dikirimkannya ke beberapa majalah yang terkadang satu atau dua artikel ditayangkan, dan baginya itu sudah Alhamdulillah bisa menambah sambung susu anakku. Istriku tidak cantik, namun aku ingat, banyak sekali sumber daya alam yang buruk bahkan legam dan membuat tangan kotor namun tetap dicari, diburu dan dipertahankan orang, seperti batubara. Istriku mungkin bukan emas, dia mungkin batubara, keberadaannya selalu menghangatkan hatiku dan selalu membuatku tidak merasakan resah. Aku membayangkan bila aku menyimpan batubara satu kilo dirumahku dibandingkan dengan menyimpan emas satu kilo dirumahku, maka aku tidak akan dapat berjaga semalaman bila emas yang kusimpan. Namun bila batubara yang ku simpan, aku masih punya izzah ada barang yang ku simpan yang cukup berharga, namun aku tetap dapat tidur nyenyak dengannya. Bayangkan bila istriku sangat cantik, mungkin aku tidak akan tenang membayangkan dia ke pasar dilirik semua lelaki, membayangkan dia sms-an dengan bekas pacar-pacarnya dulu, membayangkan mungkin dia bosan padaku. Akh.. aku bersyukur istriku tidak cantik sehingga aku bisa tidur nyenyak walau banyak nyamuk sekalipun. Istriku tidak cantik, namun dia adalah istri terbaik untukku. Pesanku: aku selalu melihat sisi baik dari istriku yang membuatku merasa sama dan nyaman dengannya. Fifi. P. Jubilea Read More..