Kamis, 25 Juli 2013

Hati Yang Menjerit

Hati siapa yang tidak menjerit ketika seorang istri yang melihat suaminya disiang hati bergandengan tangan dengan seorang perempuan muda? Hati siapa yang tak menjerit? Begitu tutur seorang perempuan muda. Sore itu bertandang ke Rumah Amalia. Luka hatinya sudah mengering. Goresan-goresannya belum hilang benar. Susah sekali untuk bisa memaafkan bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin. Begitu mengetahui orang yang sangat dihormatinya dan disayanginya telah menghianati cinta, air mata terurai dengan derasnya. Ditanyakan hal itu pada suaminya. Berkali-kali suaminya meminta maaf dan mengatakan dirinya khilaf. Hari itu dunia menjadi terasa gelap. Anak-anaknya duduk terdiam melihat ibundanya sedang menangis. Teringat masa indah diwaktu perkenalan. Waktu itu suaminya sebagai ketua remaja masjid dan dirinya sebagai sekretarisnya. Pertemuan itu menebar bibit cinta. Tak lama berselang dirinya dilamar. Keinginannya yang kuat untuk menyempurnakan ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kemudian pernikahan itu terlaksana dengan meriah. Kehidupan menjadi terasa begitu indah dengan kehadiran sang buah hati. Dua Keluarga besar berkumpul untuk mensyukuri kelahiran putra pertamanya. Disisi lain karier suaminya juga mulai menanjak. Kehidupan yang dulunya serba susah kini menjadi lebih baik. Dulu yang serba kekurangan boleh terbilang sekarang rizki melimpah. 'Alhamdulillah Mas, rizki melimpah tidak membuat kami jauh dari Sang Khaliq.' tuturnya. Sejak pertengkaran hebat itu suaminya jarang pulang ke rumah, memilih menginap di rumah orang tuanya. Sampai pada suatu hari badan putranya yang pertama sakit panas telah membuatnya panik. Dibawanya ke dokter. Anaknya yang kedua memaksa dirinya untuk menghubungi suaminya. Air mata itu terus berlinang mengabarkan keadaan anaknya yang sedang sakit kepada suaminya sampai akhirnya dirinya bertemu dengan suaminya untuk menjenguk anaknya yang sedang di rawat di Rumah Sakit. Pertemuan di Rumah Sakit itu terlihat suaminya menangis terisak-isak bagai anak kecil. Selama sepuluh tahun pernikahannya baru kali ini melihat suaminya menangis seperti dan sekarang menangis takut kehilangan istri dan anak-anaknya. Dipeluk suami dan anak-anaknya. Kata memaafkan menjadi terasa menenteramkan hati dan pikirannya. Hanya semata-mata ketaqwaannya kepada Allahlah memaafkan setulus hati dengan begitu mudah dilakukannya. 'Saya teringat pesan Mas Agus waktu itu kepada saya, bahwa Nabi mengajarkan kepada kita agar memaafkan karena dengan memaafkan Allah memberikan kemuliaan pada hidup kita,' tutur beliau. 'Alhamdulillah dengan peristiwa ini kami sekeluarga semakin meningkatkan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' lanjutnya. Sore hari itu matahari mulai menenggelamkan dirinya. Puji syukur tak lupa selalu dipanjatkan kehadiratNya. Begitu indah hidup ini dengan memaafkan setulus hati. 'Allah akan membalas orang yang memaafkan orang lain dengan menambahkan kemuliaannya.' (HR. Muslim). --- Sahabatku, yuk..aminkan doa ini agar keluarga kita menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. "Rabbana hab lan min azjin wa dzurriyyatin qurrata yunin waj-aln lil-muttaqna im." Artinya, Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74). Wassalam, Muhamad Agus Syafii Read More..

Hidup Sehat Tanpa Mengeluh

Pernah ada seorang ibu muda bersama suaminya yang sempat berbincang bersama saya di Rumah Amalia. Ibu muda itu mengatakan sudah lama tidak bisa tidur. Cemas, gelisah dan bingung karena tidak bisa tidur, 'setiap malam saya berusaha tidur namun saya tetap tidak bisa tidur, saya gelisah, bangun, tidur lagi. Saya suka marah melihat suami yang tertidur pulas sementara saya tidak bisa tidur.' Sampai oleh dokter dia dikasih obat penenang agar bisa tidur. 'Rasanya saya tidak bisa tidur tanpa obat itu, padahal saya pengen melepaskan diri dari ketergantungan obat tidur itu.' tutur ibu muda itu dengan wajah kusut, muka terlihat cemas dan tegang dengan didampingi suami penuh kesetiaan mendengarkan istrinya bercerita. Hampir setiap hari saya mendengar keluhan, setiap hari selalu ada orang yang mengeluh seolah tiada hari tanpa mengeluh bahkan ada yang memiliki kebiasaan berganti-ganti dokter dan semua dokter jawabannya sama, 'anda tidak ada kelainan, anda hanya banyak pikiran.' karena berdasarkan hasil laboratorium menunjukkan semuanya normal sehingga dengan keluhan tiada habisnya membuat dirinya benar-benar sakit bahkan seluruh keluarganya ikut sakit, tanpa disadari oleh dirinya telah menyebarkan kebiasaan mengeluh sakit sehingga anaknya juga mengeluh dengan keadaan yang sama, merasa dirinya sakit. Gangguan ini biasanya disebut dengan gangguan 'Somatoform' atau yang dikenal dengan 'psikosomatis.' Kalo tidak ditangani dengan baik maka penderita akan cemas, takut, tidak mampu dan hidupnya tidak berfungsi dengan baik, karena merasa selalu sakit, dikantor tidak banyak yang bisa ia perbuat, sering tidak masuk kantor, tidak tahu sakitnya apa karena tidak ada dokter yang bisa menyakinkan dirinya akan sakit yang dideritanya. Apakah hal ini merugikan? Tentunya saja hal ini merugikan selain merugikan diri sendiri, merugikan keluarga, tempatnya bekerja bahkan kecemasan dan ketakutannya menyebar kepada orang2 disekelilingnya dan masyarakat luas. Lantas bagaimana untuk mengatasi bila anda mengalami hal seperti ini? Pertama, Berhentilah mengeluh. Bila anda mengalami peristiwa pada masa lalu yang membuat anda sakit hati, kecewa dan marah, biarkanlah itu berlalu. Upayakan untuk berhenti mengeluh kepada siapapun. Walaupun ada dorongan atau desakan ingin mengeluh bertahanlah, kalo bisa bertahan untuk tidak mengeluh itu berarti gangguan psikosomatis sudah dari setengahnya menurun. Kedua, Sebagai gantinya mengeluh gunakanlah berdzikir kepada Allah, untuk mengkonsentrasikan pikiran & curhatnya kepada Allah maka hati dan pikiran mampu dibersihkan dari segala kegelisahan, kecemasan dan kesedihan. Ketiga, berkumpullah dengan orang-orang yang berpikir positif sehingga anda mampu dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang positif dengan demikian anda mampu hidup sehat tanpa mengeluh. Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat ALlah hati menjadi tenteram.' (QS. ar-Raad : 28). --- Sahabatku aminkan doa ini mohon kepada Allah untuk kesehatan badan. "Allahumma afini fi badani. Allahumma afini fi sami. Allahumma afini fi bashari. Allahumma inni udzu bika minal kufri wal faqri. Allahumma inni udzu bika min adzabil qabri. La ilaha illa anta. Ya Allah, sehatkan lah badanku. Ya Allah, sehatkan lah pendengaranku. Ya Allah, sehatkan lah penglihatanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada Tuhan selain Engkau Wassalam, Muhamad Agus Syafii Read More..

Dewasa adalah pilihan

menurut saya, dewasa dapat diukur dari, bagaimana seseorang menyikapi suatu masalah,dan bagaimana seseorang dapat mengambil pelajaran dari masalah itu. selain itu dewasa dapat dilihat dari cara berpikir seseorang,sikap berjiwa besar, dan open mind. Dewasa bukan berarti menjadi seorang cowok atau cewek yang gaul, perokok, minum, punya cewek, playboy, playgirl, punya cowok, sombong, tapi tidak mampu menyelesaikan masalah secara objectif dan tidak berjiwa besar. "Menjadi tua adalah kepastian, Menjadi dewasa adalah pilihan" Dalam hidup ini, entah disadari atau tidak sesungguhnya kita mengalami sebuah proses belajar yang panjang, sejak kita dilahirkan proses itu dimulai, kita menjadi murid, sedang proses itu sendiri menjadi guru. melewati masalah demi masalah, dilewati atau kadang terlewati. dari sekian banyak masalah itu timbul sebuah pengalaman berharga, setidaknya ada yang bisa dipetik sebagai pelajaran, baik itu pelajaran baik maupun pahit. Ketika mengalami sebuah kegagalan pun sesungguhnya kita sedang ditempa untuk lebih berani dan berhati-hati menghadapi tantangan dan peluang. keberanian dan kehati-hatian seperti gas dan rem pada sebuah mobil, jika tidak berimbang menggunakannya pasti terjadi ketidak harmonian. Dalam pelajaran Emotional Quetion (EQ) sering kali digambarkan bahwa sikap emosional yang benar indikasinya adalah seseorang dapat bersikap dewasa.. sebenarnya seperti apakah bentuk sikap dewasa itu, beberapa ahli mendefinisikan sikap dewasa sebagai berikut : a. pandai beradaptasi b. tepat dalam berkata c. berfikir sistematis/rasional d. pandai mengendalikan emosi (marah, malu, takut, dst) e. memiliki simpati dan empati Digambarkan dalam sebuah kisah, seorang olahragawan sedang ditepi jalan, ia melakukan sedikit peregangan dgn meluruskan tubuh dan tangannya bertumpu pada sebuah mobil, mobil itu berada pada tepian jurang. gerakannya seperti hendak mendorong mobil, padahal sesungguhnya ia hanya sedang melakukan gerak peregangan tubuh. disisi lain, seorang pengendara melihat olahragawan tadi, ia berhenti dan turun dari mobil, lalu berdiri disisi olahragawan, kemudian mendorong mobil itu kuat-kuat... mobil pun meluncur ketepi jurang. Dari sisi sang supir, menurut pengamatan singkatnya dan pengalamannya, gerakan olahragawan itu adalah gerakan orang yg ingin mendorong mobil. dengan rasa empati yg dia punya, ia berusaha membantunya dgn ikut mendorong. tiada yang salah dari 2 hal ini, tapi jika saja, supir ini berusaha lebih memahami apa yg tengah dikerjakan oleh olahragawan tadi, tentu kejadian itu tidak terjadi. Kitapun seringkali terlibat masalah dgn orang lain, cekcok, bermusuhan, dls karena kita melihat masalah dari satu sisi saja, tidak berusaha melihat dari sisi lawan kita... (bahkan kadang tidak mau tau dgn kondisinya). Justru kita semakin dewasa manakala kita berusaha memahami, mempelajari, dan mengerti apa yg menjadi persoalan orang lain, memandang persoalan dari sisinya, bukan dari sisi kita, yang sering kali menyebabkan penilaian yang subjektif. Pada akhirnya, jika kita mampu menyelami perasaan orang lain, memahami nya, .. hampir dipastikan masalah dapat di eliminir, dapat di minimalisir dan hidup pun menjadi lebih indah. Read More..

KALA IMAN TERGODA

Matahari telah tergelincir. Seorang lelaki terlihat bersegera menuju masjid ketika adzan zuhur dikumandangkan dari sebuah masjid kampus. Lelaki itu berwudhu dan menunaikan shalat nawafil. Lalu ia menjadi makmum di shaff terdepan. Shalat wajib ia laksanakan dengan ruku’ dan sujud yang sempurna. Setelah shalat tak lupa ia memuji nama Tuhannya dan memanjatkan doa untuk dirinya, ibu, ayahnya dan untuk ummat Muhammad saw yang sedang berjihad fii sabilillah. Sebelum menuju kelas untuk kuliah, lelaki itu menyempatkan diri bersalam-salaman dengan beberapa jamaah lain. Dengan raut wajah yang bersahaja, ia sedekahkan senyum terhadap semua orang yang ditemuinya. Ucapan salam pun ditujukannya kepada para akhwat yang ditemuinya di depan masjid. Lelaki yang bernama Ali itu kemudian segera memasuki ruang kelasnya. Ia duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku berjudul “Langitpun Terguncang’. Buku berisi tentang hari akhir itu dibacanya dengan tekun. Sesekali ia mengerutkan dahi dan dan sesekali ia tersenyum simpul. Ali sangat suka membaca dan meyukai ilmu Allah yang berhubungan dengan hari akhir karena dengan demikian ia dapat membangkitkan rasa cinta akan kampung akhirat dan tidak terlalu cinta pada dunia. Prinsipnya adalah “Bekerja untuk dunia seakan hidup selamanya dan beribadah untuk akhirat seakan mati esok.” Sejak setahun belakangan ini, Ali selalu berusaha mencintai akhirat. Sunnah Rasululah saw ia gigit kuat dengan gigi gerahamnya agar tak terjerumus kepada bid’ah. Ali selalu menyibukkan diri dengan segala Islam. Ia sangat membenci sekularisme karena menurutnya, sekulerisme itu tidak masuk akal. Bukankah ummat Islam mengetahui bahwa yang menciptakan adalah Allah swt, lalu mengapa mengganti hukum Tuhannya dengan hukum ciptaan dan pandangan manusia? Bukankah yang menciptakan lebih mengetahui keadaan fitrah ciptaannya? Allah swt yang menciptakan, maka sudah barang tentu segala sesuatunya tak dapat dipisahkan dari hukum Allah. Katakan yang halal itu halal dan yang haram itu haram, karena pengetahuan yang demikian datangnya dari sisi Allah. Sementara Ali membaca bukunya dengan tekun, dua mahasiswi yang duduk tak jauh dari Ali bercakap-cakap membicarakan Ali. Mereka menyayangkan sekali, Ali yang demikian tampan dan juga pintar, namun belum mempunyai pacar, padahal banyak mahassiwi cantik di kampus ini yang suka padanya. Tapi tampaknya Ali tidak ambil peduli. Sikapnya itu membuat para wanita menjadi penasaran dan justru banyak yang ber-tabarruj di hadapannya. Kedua wanita itu terus bercakap-cakap hingga lupa bahwa mereka telah sampai kepada tahap ghibah. Ali memang tak mau ambil pusing tentang urusan wanita karena ia yakin jodoh di tangan Allah swt. Namun tampaknya iman Ali kali ini benar-benar diuji oleh Allah SWT. Ali menutup bukunya ketika dosen telah masuk kelas. Tampaknya sang dosen tak sendirian, di belakangnya ada seorang mahasiswi yang kelihatan malu-malu memasuki ruang kelas dan segera duduk di sebelah Ali. Ali merasa belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Saat dosen mengabsen satu persatu, tahulah Ali bahwa gadis itu bernama Nisa. Tanpa sengaja Ali memandang Nisa. Jantungnya berdegup keras. Bukan lantaran suka, tapi karena Ali selalu menundukkan pandangan pada semua wanita, sesuai perintah Allah SWT dalam Al Qur’an dan Rasulullah saw dalam hadits. “Astaghfirullah…!”, Ali beristighfar. Pandangan pertama adalah anugerah atau lampu hijau. Pandangan kedua adalah lampu kuning. Ketiga adalah lampu merah. Ali sangat khawatir bila dari mata turun ke hati karena pandangan mata adalah panah-panah iblis. *** Pada pertemuan kuliah selanjutnya, Nisa yang sering duduk di sebelah Ali, kian merasa aneh karena Ali tak pernah menatapnya kala berbicara. Ia lalu menanyakan hal itu kepada Utsman, teman dekat Ali. Mendengar penjelasan Utsman, tumbuh rasa kagum Nisa pada Ali. “Aku akan tundukkan pandangan seperti Ali”, tekad Nisa dalam hati. Hari demi hari Nisa mendekati Ali. Ia banyak bertanya tentang ilmu agama kepada Ali. Karena menganggap Nisa adalah ladang da’wah yang potensial, Ali menanggapi dengan senang hati. Hari berlalu… tanpa sengaja Ali memandang Nisa. Ada bisikan yang berkata, “Sudahlah pandang saja, toh Nisa itu tidak terlau cantik.. Jadi mana mungkin kamu jatuh hati pada gadis seperti itu” Namun bisikan yang lain muncul, “Tundukkan pandanganmu. Ingat Allah! Cantik atau tidak, dia tetaplah wanita.” Ali gundah. “Kurasa, jika memandang Nisa, tak akan membangkitkan syahwat, jadi mana mungkin mata, pikiran dan hatiku ini berzina.” Sejak itu, Ali terus menjawab pertanyaan-pertanyaan Nisa tentang agama, tanpa ghadhul bashar karena Ali menganggap Nisa sudah seperti adik… , hanya adik. Ali dan Nisa kian dekat. Banyak hal yang mereka diskusikan. Masalah ummat maupun masalah agama. Bahkan terlalu dekat… Hampir setiap hari, Ali dapat dengan bebas memandang Nisa. Hari demi hari, minggu demi minggu, tanpa disadarinya, ia hanya memandang satu wanita, NISA! Kala Nisa tak ada, terasa ada yang hilang. Tak ada teman diskusi agama…, tak ada teman berbicara dengan tawa yang renyah.., tak ada…wanita. DEG!!! Jantung Ali berdebar keras, bukan karena takut melanggar perintah Allah, namun karena ada yang berdesir di dalam hati…karena ia… mencintai Nisa. Bisikan-bisikan itu datang kembali… “Jangan biarkan perasaan ini tumbuh berkembang. Cegahlah sebisamu! Jangan sampai kamu terjerumus zina hati…! Cintamu bukan karena Allah, tapi karena syahwat semata.” Tapi bisikan lain berkata, “Cinta ini indah bukan? Memang indah! Sayang lho jika masa muda dilewatkan dengan ibadah saja. Kapan lagi kamu dapat melewati masa kampus dengan manis. Lagipula jika kamu pacaran kan secara sehat, secara Islami.. ‘Tul nggak!” Ali mengangguk-anggukkan kepalanya. “Manalah ada pacaran Islami, bahkan hatimu akan berzina dengan hubungan itu. Matamu juga berzina karena memandangnya dengan syahwat. Hubungan yang halal hanyalah pernikahan. Lain itu tidak!!! Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mengubur zina?”, bisikan yang pertama terdengar lagi. Terdengar lagi bisikan yang lain, “Terlalu banyak aturan! Begini zina, begitu zina. Jika langsung menikah, bagaimana bila tidak cocok? Bukankah harus ada penjajakan dulu agar saling mengenal! Apatah lagi kamu baru kuliah tingkat satu. Nikah susah!” Terdengar bantahan, “Benci karena Allah, cinta karena Allah. Jika pernikahanmu karena Allah, Insya Allah, Dia akan ridho padamu, dan akan sakinah keluargamu. Percayalah pada Tuhan penciptamu! Allah telah tentukan jodohmu. Contohlah Rasululah SAW, hubungan beliau dengan wanita hanya pernikahan.” Bisikan lain berkata. “Bla.., bla.., Ali,… masa muda.., masa muda…, jangan sampai dilewatkan, sayang lho!” Ali berpikir keras. Kali ini imannya benar-benar dilanda godaan hebat. Syetan telah berhasil membujuknya dengan perangkapnya yang selalu sukses sepanjang zaman, yaitu wanita. Ali mengangkat gagang telepon. Jari-jarinya bergetar menekan nomor telepon Nisa. “Aah.., aku tidak berani.” Ali menutup telepon. Bisikan itu datang lagi, “Menyatakannya, lewat surat saja, supaya romantis…!” “Aha! Benar! “ Ali mengambil selembar kertas dan menuliskan isi hatinya. Ia berencana akan menitipkannya pada teman dekat Nisa. Jantung Ali berdebar ketika dari kejauhan ia melihat Nisa terlihat menerima surat dari temannya dan membaca surat itu. *** Esoknya, Utsman mengantarkan surat balasan dari Nisa untuk Ali, sembari berkata, “Nisa hari ini sudah pakai jilbab, dia jadi cantik lho. Sudah jadi akhwat!” Ali terkejut mendengarnya, namun rasa penasarannya membuatnya lebih memilih untuk membaca surat itu terlebih dahulu daripada merenungi ucapan Ustman tadi. Ali membaca surat itu dengan sungguh-sungguh. Ia benar-benar tak menyangka akan penolakan yang bersahaja namun cukup membuatnya merasa ditampar keras. Nisa menuliskan beberapa ayat dari Al Qur’an, isinya : “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur : 30) “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS. Al Mu’minuun : 19). Ali menghela nafas panjang… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Hanya ucapan istighfar yang keluar dari bibirnya. Pandangan khianatku sungguh terlarang. Memandang wanita yang bukan muhrim. Ya Allah… kami dengar dan kami taat. Astaghfirullah… [SOA] Sumber: Bulletin Biru SMUNSA Bogor No. 01/I/23 Shafar 1421 H Read More..