Kamis, 23 Oktober 2008

Suara Itu Menggetarkan Jiwa


Seringkali kita mendengarkan suara, seperti suara kendaraan bermotor,suara kereta, juga suara kekasih yang terdengar merdu namun berbedadengan suara dari jiwa yang masih suci yaitu suara anak-anak kita yangmampu menggetarkan jiwa. Suara tangisnya, suara tawanya bahkanteriakan-teriakannya seolah mampu membelah bumi. Begitu juga Nisa, putri saya, Setiap Nisa memanggil saya, "ayah.."suara itu menggetarkan jiwa, suaranya mampu mengiris hati. TerbayangNisa yang masih bayi, mulai tumbuh merangkak, berjalan sampai pernahjatuh dari meja karena saya lalai menjaganya dan jidatnya menjadibenjol. Bundanya marah-marah karena tidak tega melihat tangisnya putrinyayang sakit. Hati saya terasa perih mendengar Nisa menangis yang kesakitan. Keperihan hati seorang ayah adalah wujud cinta dan kasih sayang kepadaputrinya. Ikatan batin seorang ayah dengan putrinya begitu indah,seindah wujud kasih sayang itu sendiri. Saya teringat satu kisah NabiSAW, ketika Nabi di Thaif, sekelompok anak anak kecil dan juga orangdewasa berlomba menimpuki Nabi dengan batu dan kotoran unta, Fathimahyang masih sangat belia tampil dengan perangai seorang ibu yang cemasdengan putranya. Dibersihkan kotoran dan darah yang berada pada pada wajah ayahnya.Air mata Nabi tak mampu beliau sembunyikan ketika melihat putritercintanya. Seorang anak yang sepatutnya sedang asyik bermain denganteman seusianya sekarang justru berada dipangkuan ayahnya, menghalangisiapapun yang akan melukai ayahnya. Fathimahpun menangis, dengansuara bergetar penuh keharuan nabi menyeka tiap butiran air mata yangmengalir di pipi mungil putrinya sambil berkata, ' habibati Fathimahla tabki',' belahan jiwaku Fathimah janganlah engkau menangis'. Begitulah ucapan Nabi ketika tangan suci putrinya menyeka darah yangmengalir dikeningnya. Ummu Abiha, ibu dari ayahnya adalah gelar yangRasulullah peruntukkan kepada putrinya. Satu satunya gelar yang belumpernah ada dalam sejarah kecuali untuk Fathimah Azzahra as. Duka dankesedihan selalu mengiringi kehidupan keluarga nabi, akan tetapi Fathimah senantiasa menyembunyikan kedukaannya selama sang ayah beradadisampingnya. Kecintaan assayyidah Fathimah begitu tinggi terhadap ayahnya dan begitu pula Rasul SAW kepada putrinya hingga beliaubersabda, "Fathimah adalah belahan jiwaku, siapapun yang mencintai Fathimah berarti dia mencintaiku." Suara-suara indah yang mampu menggetarkan jiwa hanya mampu ditangkapoleh hati yang jernih, yaitu hati seorang ayah dan seorang ibu dengan tulus mencintai anak-anaknya sepenuh hati yang menjadikan rumah seindah surga.


Salam Cinta,

Ayah !

Tidak ada komentar: