Senin, 02 Juli 2012

Memetik Kebaikan

Malam kali ini begitu dingin, sejak sore tadi kota Surabaya telah basah diguyur hujan, tidak begitu deras namun menyisakan rintik-rintik yang masih awet, tak kunjung reda hingga malam menjelang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00, tapi anak sulung Bunda belum juga kelihatan batang hidungnya. Terakhir berkirim sms tadi, katamu acara baksos sudah selesai sejak isya', tapi panitia putra harus kembali ke sekolah, mengembalikan properti milik sekolah yang digunakan untuk keperluan baksos hari ini. “Insya Alloh aku sampe rumah jam 21.00 Bunda”, jawabmu saat Bunda menanyakan jam kepulanganmu. Nak, Bunda bangga sekali padamu. Bunda tidak keberatan kamu pulang agak malam, sejauh aktivitasmu bermanfaat untuk umat. Bunda percaya, anak Bunda tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan orangtuanya. Bunda percaya, segala aktivitas yang kamu lakukan pasti positif, dan Bunda merasa tenang karena kamu selalu mengkomunikasikan aktivitasmu pada kami, kedua orangtuamu. Bakti sosial kali ini, setahu Bunda sudah rutin kalian adakan, sebulan sekali di kantong-kantong kemiskinan kota Surabaya. Tak hanya itu, acara-acara serupa tabligh akbar bahkan aksi solidaritas untuk Palestina pun kau selenggarakan bersama teman-teman kerohanian Islam sekolahmu. Bahkan Bunda dengar, bulan depan kalian akan menyelenggarakan acara khitanan masal untuk anak-anak jalanan. Subhanalloh, kalian memang pemuda-pemuda beriman yang giat sekali mengabdikan diri untuk membangun umat. Dan hebatnya, meski tak kepalang tanggung segala macam aktivitas kalian, tak pernah Bunda dengar kalian bermasalah dalam pelajaran di sekolah. Justru yang Bunda tahu, masing-masing dari kalian memiliki prestasi akademis dan non akademis yang kerap mengharumkan nama sekolah. Nak, melihat aktivitas dakwah dan sosialmu yang begitu padat saat kau menginjak bangku SMU ini, mengingatkan Bunda pada perbincangan kita saat kau masih SD dulu, suatu pagi saat kau menemani Bunda belanja ke pasar. Saat itu segala keperluan yang kita butuhkan sudah Bunda beli, namun kamu merengek minta dibelikan buah rambutan. Sayangnya waktu itu pedagang rambutan langganan Bunda, Lik Wito sedang absen. Jadilah Bunda harus membelinya dari seorang pedagang buah yang Bunda tidak suka karena sudah terkenal culas. Dan benar saja, saat Bunda periksa sebagian besar dari buah rambutan yang sudah dimasukkannya ke dalam tas, ternyata ada yang masih mentah, bahkan ada yang sudah busuk. Spontan langsung Bunda kembalikan rambutan yang tak bisa dimakan itu, dan minta diganti. Saat membayar, tak lupa Bunda berpesan pada pedagang culas itu, “Setiap orang akan menuai apa yang ditanam, sekarang mungkin sampeyan untung karena sudah menipu pembeli. Tapi kalau sampeyan terus-terusan curang begini, pasti nanti sampeyan cepet bangkrut karena ndak ada lagi yang mau beli di sini”. “Apa maksudnya setiap orang akan menuai apa yang ditanam Bunda?”, celetukmu tiba-tiba. Seketika kejengkelan Bunda pada pedagang buah tadi lenyap, mendengar pertanyaan yang tak terduga darimu. Rupanya anak Bunda ikut ndengerin toh. Dan Bunda segera mencarikan jawaban yang paling mudah kau pahami, Bunda tak ingin menyia-nyiakan pertanyaan cerdas yang terlontar dari mulut mungilmu. Bunda tak ingin kehilangan kesempatan untuk menjelaskan konsep penting ini. “Ingat tanaman cabe di kebun rumah kita nggak?”, tanya Bunda kepadamu. “Dua bulan yang lalu, Ayah sendiri yang menanam biji cabe disana, dan sekarang cabenya sudah masak, siap dimanfaatkan Bunda untuk membuat sambal. Nah, ketika Ayah menanam biji cabe tentu yang akan tumbuh adalah tanaman cabe, tidak mungkin menanam cabe lantas yang tumbuh adalah rambutan. Begitupun dengan kita, saat kita menanam kebaikan maka yang akan tumbuh adalah kebaikan, namun sebaliknya jika kita menanam keburukan maka keburukanlah yang akan kita dapatkan”, jelas Bunda panjang lebar. Misalnya ya pedagang buah tadi, karena dia sudah menanam keburukan dengan berlaku curang pada pembeli, maka bisa dipastikan orang-orang tidak akan mau lagi membeli dagangannya, dan lama kelamaan pedagang itu akan bangkrut. Berbeda dengan pedagang buah langganan Bunda yang biasanya, Lik Wito selalu jujur, buah-buahan yang dijual masih segar, harganya murah, dan tidak segan-segan memberikan bonus pada pembeli, maka tidak heran jika pelanggan Lik Wito selalu bertambah dari hari ke hari. Sebenarnya, setiap kali kita melakukan keburukan maka saat itu juga kita sedang berharap akan ada keburukan yang kita terima. Begitupun saat kita melakukan kebaikan, maka bersiap-siaplah menerima balasan dari Alloh atas kebaikan yang telah kita lakukan. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri...” (QS. Al Isra’:7). Dan saat ini, saat engkau sudah beranjak dewasa rupanya telah kau kembangkan sendiri apa yang Bunda sampaikan dulu. Bunda saksikan sendiri, engkau bersama teman-teman seperjuanganmu tak henti-hentinya berupaya mempersembahkan yang terbaik untuk umat Islam. Engkau belajar dengan sungguh-sungguh, beribadah dengan tekun, juga berdakwah dengan giat. Engkau tak lagi berfikir apa yang akan kau terima atas kebaikan yang telah kau lakukan. Namun hanya berfikir apa lagi yang bisa kau persembahkan untuk Alloh dan umat Islam. Anakku, engkau masih sangat muda, dan mungkin masih panjang jalan kehidupan yang akan kau tempuh. Bunda berdo’a agar Alloh senantiasa mengaruniaimu dengan keimanan yang teguh serta keistiqomahan dalam melaksanakan segala konsekuensi dari keimanan tersebut. Mudah-mudahan kelak di hari perhitungan engkau berhasil memetik hasil atas segala kebaikan yang telah kau usahakan semasa hidup di dunia ini. Mudah-mudahan ridho dan berkah Alloh senantiasa dilimpahkan-Nya atas segala kebaikanmu, dan mudah-mudahan engkau berhasil mendapatkan karunia rahmat dan syurga-Nya. “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS.Al Zalzalah:7-8). Wallohu a’lam bisshowab. Oleh : Hani Fatma Yuniar

Tidak ada komentar: