Kamis, 07 Juni 2012

Hikmah dari Salahku

Hikmah dari kesalahan yang kulakukan kemarin adalah-mungkin-agar aku dapat merasakan betapa sebuah kesalahan pada orang lain sangat perih dan menyesakkan hati, kemudian membandingkannya dengan kesalahan kepada Allah. Seolah aku diingatkan bagaimana kelakuan diri ketika melakukan kesalahan kepada Allah, apakah aku seperih dan sesakit itu? Jawabannya adalah jarang. Aku lebih sering melupakan dan merasa biasa. Padahal bukankah kesalahan kepada Allah yang paling berbahaya jika tak ditaubati? Bisa menumpuk dosa dan menanti balasan terpahit. Kesalahan kepada Allah lebih besar dosanya dibandingkan kesalahan kepada orang lain. Tentu saja, sudah tertulis dalam Al-Quran “Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki”(An-Nisa : 116). “Dan orang-orang tidak mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan barang siapa melakukan itu, niscaya dia mendapat hukuman berat” (Al-Furqon : 68). Menunjukkan betapa kesalahan kepada Allah sangat keras hukumannya, baru kesalahan kepada sesama. Tetapi aku jarang menyadari dan sering melalaikan Allah. Sering lebih besar cintanya pada isi dunia daripada kepada Allah. Bukankah itu termasuk mempersekutukan Allah. Aku sadar khilaf kemudian kembali. Tetapi sangat jarang merasa perihnya kesalahan itu. Aku masih bisa tersenyum dan merasa tenang. Aku menganggapnya bisa dimaafkan dan tak usah risau lagi. Namun ketika aku melakukan kesalahan kepada orang lain, begitu takutnya hingga disergap kekhawatiran akut yang menggila. Tak tenang seharian bahkan hari-hari berikutnya. Berdoa selalu, memohon ampun atas kesalahanku pada orang lain. Sangat berharap orang itu mau memaafkan dan tak terjadi hal yang berbahaya atas kesalahan yang kulakukan padanya. Baru kusadari aku selalu merasakan ketakutan, penyesalan dan perih yang besar ketika melakukan kesalahan kepada orang lain. Merasa bersalah yang berlebih pada orang itu. Semula kupikir yang kurasakan wajar hingga benar. Karena itu bisa membuatku berhati-hati agar tak melakukan kesalahan dan tidak mengulang kesalahan. Jera dengan perih yang terjadi akibat perbuatan salahku. Perih karena telah membuat orang lain tersakiti, yang disebabkan kecerobohan, kebodohan dan keburukanku. Tetapi sekarang, aku menyadari hal yang lain. Bahwa perasaan perih yang sangat itu harusnya lebih ditujukan kepada Allah. Kepada Tuhan pencipta seluruh dunia, yang paling menyayangi kita dan maha segalanya… Kesalahan-kesalahan itu haruslah membuat kita merintih saking perihnya. Hanya kepada Allah. Karena kepadaNya lah kita lebih sering berbuat kesalahan. Mulai dari lalainya kita dari bersyukur kepada Allah , mengeluh dan berputus asa dari rahmat Allah dan meninggalkan sholat. Sudah berapa kali aku kufur nikmat? Sebanyak apa aku terlena dunia dan lalai kepada Allah? Bagaimana perasaanku ketika melanggar perintah Allah dan malah melakukan yang dilarang Allah? Sungguh dahulu aku merasa tenang dan sama sekali tak perih dengan berbagai hingga berpuluh dan beratus kesalahan itu. Kesalahan kepada Allah. Aku lebih santai dan bahagia. Merasa aman. Astagfirullah… Padahal sudah jelas dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 97-99 “Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi." Jadi sesungguhnya ketakutan itu hanya kepada Allah yang harus paling besar. Bukan kepada orang lain atau apa pun. Ketakutan kepada Allah itu adalah wujud penghambaan kepada Allah. “Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (An-Nur : 52). Mungkin sebenarnya aku merasa tersiksa dan perih dengan kesalahan itu adalah aku takut pada hukuman Allah. Namun kadang tersisipi takut kepada kemarahan dan reaksi orang itu padaku. Jadi lebih sering tak benar ketakutanku. Ya Allah, mohon ampuni segala khilaf dan salahku. Segala ketakutan yang tak tepat. Tolong selalu bimbing aku agar tetap di jalanMu dan mendekat kepadaMu, lebih memahami segala ilmu dan petunjukMu… Ya Allah, terima kasih untuk satu pemahaman atas hikmah kesalahanku. Semoga benar yang kupahami… Wallahualam bishawab.

Tidak ada komentar: