Kamis, 07 Juni 2012

Aduhai, Lidahku!

Bening sangat menyesal dengan kata-kata yang telah dikeluarkannya barusan, kalimat berisikan do’a yang kurang baik gara-gara ia kesal dan jengkel kepada Mamang penjual sate di perempatan lampu merah dekat kantornya itu. Mamang itu pedagang baru, baru terlihat hari ini mangkal di area itu. Dan saking laparnya, Bening dan teman kantornya segera memesan dua porsi sate ayam, beberapa lontong dan air putih. Seharusnya, mereka bertanya terlebih dahulu tentang harga makanan tersebut. Seusai makan, perut kenyang dan air putih pun mereka habiskan, namun terkejut di detik berikutnya tatkala si Mamang bilang total makanan itu adalah seratus ribu rupiah. Pikir Bening dan temannya, “Paling mahal empat puluh ribu rupiah deh semuanya…”. Mamang itu tersenyum aneh dan seolah memang “ngerjain” pembeli, semua orang di sekitar itu memandangi Bening dan temannya seolah mereka adalah pembeli yang tak sanggup membayar jajanan. Bening dan teman yang sudah amat lelah sepulang kerja serta belum gajian itu menjadi emosi dan ketika pada akhirnya mereka berhasil mengumpulkan seratus ribu rupiah dari tiap bagian dompet recehan, kedua sohib itu mengakhiri gerutuan dengan kalimat, “Loe bayar nih ke dia yah, Bening…. Tapi kasih omongan yang nonjok dah, biar dikabulkan Tuhan, nih penjual harusnya kapok udah ngerjain kita!”, bisik temannya. Dan Bening yang memang sudah jengkel itu pun berbicara, “Nih uangnya Mang yah. Sate dan air udah ada di perut kami, gak bisa ditawar lagi, makanan harus dibayar. Tapi ingat mang, kami do’akan rezeki mamang cukup sampai disini! Amin…”, mereka segera meninggalkan pedagang tersebut, orang sekitarnya berbisik-bisik, semua orang paham bahwa secara tidak langsung, kalimat Bening itu menyumpahi agar si mamang segera mati. Wow, subhanalloh, lidah amatlah tajam. Semua orang memiliki lidah, namun tak semua menyadari akan bahaya caci-maki, kutukan/laknat, ghibah, perkataan jorok, kebohongan dan perkara jelek lain yang bisa disebabkan sang lidah. Naudzubillahi minzaliik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesan, “Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” (HR.Ahmad) Juga, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, beliau SAW menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab : “dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan” (HR. At-Tirmidzi) Sungguh saya menyadari alangkah indah dan mulianya rambu-rambu Al-Islam, sedari awal ketemu saudara atau saudari kita saja, kita dianjurkan untuk saling melemparkan ucapan do’a nan indah, “Assalamu’alaykum….”, yang dengan kalimat itu, tak hanya menyebabkan senyum merekah, hati pun terasa sejuk tentram. Saya teringat saudariku Evie dan brother Ahmad, kedua temanku ini jika berjumpa dengan saudara, kalimat do’anya banyak sekali. Sehingga bertemu dengan mereka, atau bahkan jika hanya via email, hati bagaikan bunga mawar mekar yang baru disirami air segar. “Ukhti, semoga keimananmu hari ini semakin bagus, paras dan akhlakmu makin cantik, berkah Allah makin mengalir buatmu, amiiin”, ujarnya suatu hari. “Dan semoga ukhti pun demikian, bahkan Allah limpahkan kebajikan berlipat ganda atas do’a tersebut, amiin…”, balasku. Kemudian ia berujar lagi, “Dan ketika ada ujian melanda di hari ini, semoga ukhti lulus menjalaninya, semakin bertakwa, makin disayang Allah dan makin teguh dalam keimanan….amiiin”, tentu senang hati dengan kekuatan do’a tersebut, “Demikian pula dengan ukhti, semoga kesuksesan di dunia dan akhirat dapat engkau raih, alangkah beruntungnya saya memiliki saudari sepertimu…terima kasih ya Allah….”, biasanya kami akan berpelukan hangat, sungguh indahnya ukhuwah islamiyah, subhanalloh. Suamiku membawa oleh-oleh sepulang dari sebuah pelatihan atau seminar yang diikutinya di kantor. Sekedar info, training sederhana itu memungut sekitar dua puluh juta rupiah dana per-hari dari tiap pesertanya. Maka ‘oleh-oleh’ ilmu yang mahal itu sangat istimewa dan akan selalu kuingat, insya Allah. Satu hal yang harus dilakukan ketika marah atau jengkel atau kesal, yaitu diam. Entah kesal terhadap junior, atasan, partner kerja, dll, tidak boleh menulis email, mengirim sms, menelepon, atau menemui orang itu secara langsung selagi emosi. Email atau sms yang sudah terkirim akan berdampak fatal, kata-kata yang telah dikeluarkan, tak dapat dicabut kembali, imbasnya bisa rentetan peristiwa panjang bahkan berimbas ke berbagai hal. Setelah cooling-down, barulah menganalisa permasalahan yang terjadi, di saat itu kita bisa mencari solusi dengan pikiran tenang. Satu kalimat itu berefek besar buat kekasih halalku tersebut. Misalnya beberapa tahun lalu saat masih ‘kerja rodi’ sebagai konsultan di Jakarta, apabila ada pekerjaan yang masih tertunda dan harus tetap dikerjakan di rumah, beliau sering mudah memarahi ananda kami ketika si kecil rewel mengganggu pekerjaannya atau tatkala hanya mencoba mendekati laptop kerjanya seraya cerewet dengan kosa kata usia balita, cepat kesal dan gampang tersulut emosi menyebabkan lidah mudah berucap cacian, bentakan atau merendahkan orang lain. Alhamdulillah masa itu telah berlalu, ilmu yang didapat kian bertambah dan beliau makin bisa bersikap bijak menghadapi tiga jagoannya yang saat ini makin super aktif. “Ya Allah… bagaimana mungkin dulu kok bodoh sekali hamba ini, gampang banget emosi menghadapi keaktifan anak-anak, padahal mereka adalah permata jiwa kami, harta paling mahal yang merupakan titipan-Mu ini? Ampuni kami yaa Allah…”, kalimatnya menularkan inspirasi pula buat diriku. Imam As-Syafi'i [Rahimullah] pernah mengingatkan bahwa “Jangan biarkan lidahmu menghina(mempermalukan) saudaramu karena dengan hal itu justru telah mempermalukan dirimu sendiri…”, kita sering lupa, tutur lidah sudah terlanjur mencela orang di hadapan kita, padahal seringnya sosok tersebut adalah sahabat, suami/istri, atau bahkan orang tua yang kita cintai, kita lupa bahwa Allah ta’ala membenci kesombongan yang diluncurkan si lidah tajam. Kita lupa bahwa ucapan yang baik-baik pun dapat menjadi pemberat amal kebajikan di hari perhitungan kelak. Janganlah kami menjadi orang yang merugi ya Allah… Ampuni kami yaa Allah, Mohon limpahkan kekuatan bagi diri ini agar dapat menjaga segala amanah-Mu, termasuk menjaga untaian kata yang akan dilantunkan oleh lidah ini, aamiin. Wallohu’alam bisshowab. (bidadari_Azzam, tengah malam @Krakow, 16 april 2012)

Tidak ada komentar: