Jumat, 13 Januari 2012
Menanam Pikiran Positif
Pikiran positifku? Apa ya? Mau berlagak nih nulis pikiran-pikiran positifku. Padahal sebenarnya isi kepalaku buruk, menjijikan. Tetapi... sisi baik ku tetap ada dong. Manusia kan emang diciptakan dengan dua sisi. Tinggal sisi mana yang lebih besar, maka condonglah kesitu sifatnya. Menjadi orang baik atau orang jahat.
Setiap manusia juga diberi nurani. Namun dia mau mendengar kata hatinya bicara atau tidak. Jika ya, maka dia menjadi insan yang bernurani bersih, yang peka terhadap kebaikan, yang mulia. Jika tidak, maka dia menjadi orang berjiwa setan, yang membenarkan kejahatan, yang terhina. Jadi, mau pilih mana?
Lalu, hubungannya dengan pikiran positif adalah bahwa pikiran positif menunjukkan sisi baik kita. Ketika lebih banyak berpikir positif maka kita akan semakin menjadi manusia yang baik. Kemudian menjadi lebih bijak dalam kehidupan. Dan... berat segala susah dan sedih akan ringan dengan pikiran positif. Ini lah bagian yang kusuka. Karena aku bisa tersenyum di sedihku.
Eits, sebelum benar-benar berpikir positif, aku pun harus lalui segala rintangan. Bukan harus lewati hutan rimba, berperang dengan hewan buas, melewati sungai dan mendaki gunung. Bukan seperti itu. Yah, kalau dibayangkan mungkin seperti itu, hihi. Rintangan itu tak kasat mata. Karena dalam diri ku. Sisi negatifku.
Aku harus bertarung dulu dengan keburukanku. Sisi yang disukai setan. Sehingga setan berusaha menyalakan, menumbuhkan, membesarkan pikiran negatifku. Terjadilah pergulatan pikiran, pergolakan batin. Kedua sisi berusaha keras untuk menang. Berjuang agar bisa kuasai seluruh diriku.
Sama ketika proses sakit. Kalau tubuh kita sedang menurun imunitas atau ketahanan tubuhnya, maka kan mudah terserang virus atau bakteri dan akhirnya sakit. Sebaliknya, kalau sedang tinggi ketahanan tubuhnya, maka akan senantiasa sehat. Begitu juga pertarungan tadi. Ketika pertahanan diri sedang baik, yaitu keimanan yang tinggi, maka sisi baik akan menang. Namun, ketika keimanan menurun, maka sisi buruk yang menang.
Misal, aku yang mahasiswa ini dapat nilai buruk, dan aku sedang dalam suasana keimanan yang mendukung, maka aku akan berpikir “Tidak apa-apa, besok aku akan belajar lebih giat untuk mendapat nilai yang lebih baik.” Atau praktikum yang berjalan kurang lancar, maka aku akan berpikir ada pelajaran yang bisa diambil dari kesalahan ini. Sehingga jadi tahu dan esok tak ulangi. Dan banyak lagi.
Kalau keimanan sedang-sedang saja alias tidak turun dan dan tidak naik, bagaimana coba? Mungkin masih ada kesempatan besar untuk memenangkan sisi baik. Asal kita ingin memenangkannya. Berpegang pada agama Allah. Insya Allah, Allah akan bimbing kita dengan kasihNya menuju kemenangan.
Nah, kalau keimanan sedang turun, mesti waspada. Tapi kadang aku nggak ngerasa kalau lagi futur iman. Jadilah aku marah, sedih berlarut, memikirkan hingga kepala berat semua masalah dan kesulitan. Parah deh pokoknya. Barulah beberapa menit atau jam berikutnya, biasanya setelah aku istirahat, aku tenang. Mencoba menata hati dan fikir.
Berusaha menyadarkan diri dengan membuatku ingat kepada Allah. Sadar bahwa Allah maha baik dan maha penolong. Maka aku akan membaca tulisan-tulisan penyemangat hati, penyejuk jiwa. Mendengarkan lagu tentang kebesaran Allah dan semangat hidup. Sedikit demi sedikit aku sadar. Kemudian tiba waktu sholat, aku sholat dan berdoa lalu membaca Al-Quran. Atas kuasa Allah, aku mampu berpikir positif pada setiap masalahku.
“Bersama kesulitan ada kemudahan”, surat Al-Insyirah ayat 6 ini selalu terdengar tiap aku merasa sulit dan pelik. Kubaca pula dalam sholatku. Ada lagi di surat Al-A’la ayat 8, “Dan Kami mudahkan bagimu ke jalan kemudahan.” Sejuk deh hatiku. Dan pikiran positif itu serta merta muncul.
Bukankah Allah ada dalam persangkaan hambaNya. Jadi aku akan selalu berpikir positif terhadap kehendak Allah. Karena itu memang benar adanya. Bahwa Allah selalu memberikan kebaikan pada semua hambaNya. Semua yang berasal dari Allah adalah kebaikan, sedangkan keburukan itu karena perbuatan kita sendiri.
Satu lagi, ketika masalah berat itu menyeliputiku, aku mulai menanamkan pikiran bahwa ini adalah jalanku. Ya, semua yang terjadi padaku adalah jalanku. Tentu berbeda dengan jalan orang lain. Jika orang lain tak kesulitan tentang fase ini dan aku kesulitan, maka memang demikian takdirnya. Jalanku berbeda dengan jalan mereka.
Seperti saat ini, studyku sedikit terhambat dengan nilai yang tidak terlalu bagus atau ilmu dan kemampuan yang sedikit, sehingga aku bekerja keras, aku tak boleh mengeluh. Karena inilah jalan yang Allah pilihkan untukku. Dan aku tak perlu sedih apalagi sesali berada di jalan ini. Pasti ada kebaikan untukku. Hikmah melimpah. Sehingga aku menjadi manusia yang berilmu dan berhati lembut penuh ikhlas dan sabar.
Jadi, berpikir positif yang pertama adalah dengan mengingat bahwa Allah selalu memberikan kebaikan di setiap kehendakNya dan memberikan kemudahan di setiap kesulitan. Insya Allah, akan ringan. Tenang. Bahagia. Aku masih berusaha untuk selalu berpikir positif. Baru menanam. Maka harus disiram dan dirawat agar tumbuh semakin besar. Di setiap keadaan. Di setiap kejadian.
Mari melangkah bersama menuju pikiran positif. Karena ternyata, pikiran positif itu asyik! ^_^/Najmi Haniva
Read More..
Hari Gini Masih Pacaran? Ngga Banget Deh...!
"Hari gini ngga punya pacar? payah banget sih lo...!" itulah kata yang diucapkan salah satu teman ana ketika tahu ana ngga punya pacar. Dalam hati ana cuma bilang, "Yang payah itu siapa? yang payah itu elo, masa ngelanggar aturan tuhan ko bangga! Sungguh aneh...!" akan tetapi berhubung itu teman udah lama temenan ama ana jadinya perkataan itu cuma ana pendam dalam hati.
Bagi sebagian orang seperti teman ana itu mungkin pacaran adalah suatu hal yang biasa, bahkan ada yang lebih ekstrim yang menganggap bahwa pacaran itu adalah suatu keharusan, dan hidup tanpa pacaran bagaikan sayur tanpa garam (kaya lagu aja ya...). Padahal kalau saja mereka tahu (mungkin ada juga yang sudah tahu, tapi pura-pura ngga tahu) bahwa pacaran itu ngga punya untung sama sekali bahkan membuat hidup menjadi bergelimang dosa, mungkin mereka akan berpikir ulang untuk berpacaran.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al Isra' [17] : 32)
Itulah bunyi salah satu ayat dalam surat cintaNya untuk kita. Begitu sayangnya Allah Subhanahu Wata'ala terhadap kita, sehingga Allah memperingatkan kita untuk tidak mendekati zina. Begitu besarnya kerusakan dan kehancuran yang bisa dihasilkan oleh suatu perzinahan, sehingga mendekatinya pun kita dilarang oleh Allah.
Lantas apa hubunganya dengan pacaran?
Ya jelas ada hubungannya dong, gimana sih lo ini. Kan elo tahu gimana pacaran itu, yang pasti ngga lepas deh dari yang namanya dua-duaan, deket-deketan, pegangan tangan, mesra-mesraan, dan akhirnya kebablasan.
Elo Muslim-kan? pastinya elo percaya dong dengan yang namanya hadits Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam,
"Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya". (HR. Al-Bukhori [5889] dari Ibnu Abbas, dan Muslim [2657] dari Abu Hurairah)
Nah coba deh elo resapi itu hadits, pasti deh elo bakalan tahu bahwa pacaran itu udah amat sangat dekat dengan yang namanya zina. Kalo elo masih nganggap kalo pacaran ama zina itu jauh, lo coba deh untuk pacaran tapi ngga saling ngeliat, ngga pernah saling ngerayu (apalagi ngegombal ya...), terus ngga pernah pegangan, and ngga pernah dua-duaan...
Bisa ngga elo ngelakuin yg kayak gitu, kalo bisa gue akui elo emang hebat....
Terus kalo ngga pacaran gimana gue dapat jodohnya? apa lo ngga mikir tentang itu?
Buset dah, elo ngga percaya dengan Allah ya, coba deh lo baca Al-Qur'an...
"Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyat [41] : 49)
"Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (QS. Yaasiin [81] : 36)
Kalo elo Muslim, elo harus percaya kalo masalah jodoh itu udah ditentuin oleh Allah Subhanahu Wata'ala, jadinya ngga usah takut kalo ngga dapat jodoh, toh kalo emang ngga dapat jodoh di dunia, masih ada ko kesempatan tuk nemuin jodoh di akhirat, tapi dengan catatan elo harus menjadi orang yang baik biar dapat tiket untuk ke surga ya.
Terus nih kalo gue ngga pacaran, gimana gue bisa mengenal sifat ato kelakuan jodoh gue? Ntar yg ada ngga sesuai harapan lagi...!
Sekarang gue mau nanya ama elo, emangnya kalo elo pacaran elo bisa mengenal lebih dekat dengan orang pilihan elo? Kalo menurut gue sih ngga ngaruh sama sekali, soalnya sepengetahuan gue yang namanya pacaran itu lebih banyak jaga imej nya daripada jujurnya. Orang pacaran itu lebih memilih menjadi some body perect daripada jadi dirinya sendiri, jadi kalo elo ingin menjadikan pacaran sebagai ajang tuk saling mengenal, lo 100% salah besar bro...!
And kalo elo yakin ama janji Allah, seharusnya elo ngga perlu merisaukan tentang masalah itu. Coba deh elo baca ayat berikut...
"Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." (QS. An-Nur [24] : 26)
Nah sekarang elo tahu kan, kalo elo berharap mendapatkan yang baik maka perbaiki dulu deh diri lo...
Udah dulu ya pembahasannya, gue udah cape banget nih, insya Allah kapan-kapan kita sambung lagi ya...
To Ikhwan
Kalo elo emang ngaku sebagai laki-laki and lo suka ama cewe, langsung aja deh elo lamar tu orang ke ortunya, jangan elo jadikan cinta itu sebagai alasan untuk berpacaran, cowo yang lebih memilih berpacaran daripada menikah adalah cowo yang bermental kerupuk bin pecundang and pengecut, ingat itu...!
To Akhwat
Kalo elo emang akhwat sejati, janganlah elo suka mengumbar aurat ataupun juga mengundang kaum the gombalers untuk menggoda. Jangan lupa juga untuk menjaga diri baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya, karena biasanya para cowo punya beribu macam muslihat untuk menggoda. Selain itu yang terakhir jangan lupa baca note ku yang sebelumnya di "ProPic Facebookmu Memalingkan Wajahku" ya (promosi mode on)
Hari Gini Masih Pacaran? Ngga Banget deh...!/Abdul Al-Hafizh
Read More..
Senyum Semesta Ibunda
Saat bisik dedaunan di taman belakang rumah menyapa mentari sore, seorang anak berlari kecil melintasi jalan setapak. Saat kupu-kupu mengepakkan sayapnya dari bunga ke bunga, anak kecil itu mendekat ke bangku kayu samping rumah, menghampiri sosok yang ia sayangi. Ibu. "Ibu..." anak itu menggelayut manja di tangan ibunya.
Mata bulatnya jatuh pada senyum ibu yang terkembang tulus. "Bu, nanda boleh tanya?" katanya penuh semangat. Ibu menganggukkan kepala. "Tentu nak, ada apa?" Nanda mengedipkan mata, lalu melirik ke pepohonan di cakrawala. Sejenak hening mewujud, seperti Nanda hendak mengusir ragu lenyap dari benak, ketika kemudian ia dengan mantap bertanya.
"Kenapa Allah ciptakan jin dan manusia untuk menyembah? Apakah kalau begitu Allah butuh manusia?" Ibu mengembangkan senyum ke wajah Nanda, saat sehelai daun kering terbang tertiup angin melintasi ruang waktu hangat di antara rerumputan, senyum ibu tertangkap semesta keabadian.
Ia mengusap rambut nanda, dan mengangkatnya ke pangkuan. Sambil memegangi tangan nanda, ibu bisikkan nasihat ini kepadanya. "Nak, lihatlah alam di sekitar kita. Indah bukan? Itu tandanya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang. Ar Rahman, Ar Rahim. Pastilah ia memiliki semua hal di dunia ini.
Allah Maha Kaya, dan tidak membutuhkan apapun dari kita..." Nanda terdiam, nafasnya teratur seperti angin semilir sore itu. "Nak, bagaimana jika suatu hari ada orang yang mengajak kita pergi berwisata, seseorang yang sangat pemurah, Ia memberi kita pilihan untuk pergi ke daerah-daerah yang indah, dan tanpa membayar, semua biaya perjalanan, tempat tinggal dan makan gratis.
Apakah kau mau anakku?" Nanda menatap mata ibunya. "Benarkah bu? Tentu saja nanda mau." "Iya nak, dengarkan perandaian ini... Di tempat berkunjung yang indah itu, ada tempat berbahaya dan ada pula perbuatan-perbuatan yang mengancam kita kalau tidak hati-hati, juga ada hal-hal yang harus kita lakukan supaya keselamatan kita disana tetap terpelihara.
Kita harus jaga perbuatan-perbuatan itu demi kepentingan kita. Dan orang pemurah itu memberi kita petunjuk supaya kita selamat, tanpa sedikitpun ia menginginkan sesuatu dari kita, ia hanya ingin kita selamat di perjalanan wisata nak. Bukankah itu merupakan kemurahan? Nanda terdiam, sejenak kerut mengukir dahinya, kemudian Ia mengangguk dalam. "Iya bu. Orang itu pasti sangat baik" katanya. "Iya. Ia sangat pemurah nak...
Lalu, jika kita mengikuti petunjuk-petunjuk itu, bukan saja kita senang dan berbahagia tinggal di daerah wisata itu, tapi saat kelak kita kembali ke rumah, masih ia janjikan berbagai hadiah yang menarik." Nanda meluruskan duduknya dan menatap ibu. "Iya bu, Nanda ingin sekali bertemu orang baik seperti itu, lalu apa jawaban pertanyaan Nanda tadi?" Ibu tersenyum.
Diusapnya dahi anak itu dengan lembut. "Nak, tempat wisata itu adalah bumi kita, tempat tinggal dan makanan gratis adalah rezeki Allah yang dihamparkan di bumi, sedangkan larangan dan perintah-perintah selama perjalanan wisata adalah agama dan ibadah kita kepadaNya.
Semuanya untuk kepentingan dan kenyamanan hidup kita di bumi ini. Sedangkan janji berbagai hadiah bila kita mengindahkan petunjuk-petunjuk itu adalah surga yang dijanjikan Allah bagi yang taat." Kicau burung di dahan-dahan pohon terdengar sayup sayup. Dan mentari sore berkelindan dengan angin dan dedaunan dalam cakrawala taman penuh bunga.
"Coba kau renungi ayat ini nak..." Lalu ibu membacakan dengan khusyu surat Al Baqarah ayat 29. dan menyampaikan artinya. "Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." Nanda tersenyum. Matanya berbinar penuh kebahagiaan.
Dikecupnya pipi ibu yang belum lagi usai membacakan arti surat tersebut, "Aku sayang ibu..." ucapnya polos Dan ibu tersenyum penuh arti. Senyum Abadi, yang terukir selalu di tiap sudut waktu, melintasi sejarah, budaya, benua, dan seluruh alam raya empiris dan metafisika. Ah, senyum itu indah, seperti indahnya Islam yang universal... Ibu memeluk nanda. Erat.
"Ibu juga sayang Nanda, nak..." *untuk seluruh ibu di dunia tanpa menunggu hari ibu tiap hari adalah hari untuk mengenangmu, kebaikanmu sungguh tanpa batas dengan apa membalas, ibu... Taichung, 12/15/2011/Ashif Aminulloh Fathnan
Read More..
Belajar Kearifan Hidup dari Kang Ibo
“life is not for eat, eat is not for life, life is about struggle”
Ungkapan bijak itu tidak saya peroleh dari seorang filsup di twitter yang accountnya saya follow, tidak juga saya dapat dari seorang seleb di TV atau seorang motivator di seminar entreprneurship. Akan tetapi dari seorang petani sederhana di Kp. Cidahu, Ds. Mekar Wangi, Kec. Cisayong Tasikmalaya.
Petani itu, Hendra Kribo namanya, telah menyadarkan saya bahwa inti dari kehidupan adalah proses dan bukan hasil akhir. Dalam proses terkandung perjuangan yang tiada henti, untuk mendapatkan hasil terbaik. “Hasil akhir ini urusan Allah, karena dialah sesungguhnya yang Maha Menilai” katanya.
Wow. Darimanakah Hendra atau Kang Ibo (dari Kribo) mendapatkan kearifan ini? dari seminar? dari para seleb? dari internet? Bukan Sodara. Sederhana saja. Kang Ibo mendapatkannya dari pengalamanan hidupnya yang sangat berwarna.
Sebelum menjadi petani padi menggunakan pola tanam SRI (System of Rice Intensification) alias budidaya padi organik, Kang Ibo menghabiskan separuh usianya di berbagai daerah di Indonesia.
Sebagai anak petani, dan cucu seorang ajengan di kampungnya, ia disekolahkan di PGA (Pendidikan Guru Agama), agar nantinya bisa menjadi guru mengaji. Disini ia malah tak betah. Sekolah di PGA tidak ia selesaikan karena lebih banyak bergaul dengan anak-anak geng motor. Idolanya saat itu adalah (alm) Gito Rollies, yang memang terkenal urakan dan menjadi model untuk kaum hippies di Indonesia saat itu, sekitar tahun 1970an.
Tak puas dengan kehidupan ala hippies di Tasik yang ala kadarnya, ia kemudian ke Bali, dan menjadi anak pantai. Tinggal di kawasan Kuta dan Legian, Ibo menjadi pemasok aneka kebutuhan turis. Apapun itu, sejak menemani turis ngobrol di bar dan kelab malam, hingga menyediakan (maaf) ; perempuan penghibur, ganja dan mariyuana.
Lalu, bagaimana Ibo berkomunikasi dengan konsumennya? bisakah ia berbahasa Inggris? Disinilah ia mempraktekan apa yang disebut sebagai learning by doing. Ia belajar dengan bertanya langsung kepada para penutur aslinya. Ia bertanya apa bahasa inggrisnya tangan, hidung, kaki, meja, kursi hingga mampu merangkai kalimat. Dengan cara itulah dia hidup
Ibo mengakui, saat itu meski uang bisa didapatnya mudah, hatinya merasa gelisah. Dalam kontemplasinya, ia disadarkan bahwa sebagai cucu ajengan, ia tidak sepantasnya mencari uang dengan cara itu. Ia kemudian memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya.
Di Tasik, karena sudah babalik pikir alias sadar, Ibo disambut bak seorang pahlawan. Ia yang ingin berguru malah diangkat sebagai panutan. Maklum cucu kiai, apalagi kemudian dianggap sukses saat merantau di Bali. Hal ini membuatnya malu dan salah tingkah. Sudah terlanjur dianggap hero, Ia pun lantas mengelola sepetak sawah milik bapaknya.
Model pertanian konvensional yang digunakan para petani ternyata tidak memikatnya. Menurutnya apa yang dilakukan para petani termasuk bapaknya adalah pertanian simalakama. Bertani untuk bertahan hidup, bukannya malah sejahtera, hasilnya tidak seberapa. Ini karena saat mengelola sawahnya, petani bertanya cara2 bertani kepada mereka yang tidak paham cara bertani. “Mereka datang ke toko pupuk yang notabene tidak hidup di sawah, Untuk mengusir hama, petani malah diberi obat-obat kimia” ujarnya.
Kang Ibo kemudian memelopori budidaya padi organik dengan cara SRI itu. Ia menyemai padi dengan belajar dari kearifan alam. Ia kembalikan kesuburan tanah dengan tidak memberinya racun dari pupuk urea dan pestisida. Sebagai gantinya, Ia menggunakan kompos, dari kotoran hewan dan buah-buahan busuk. Untuk menyaring air agar tidak terkontaminasi zat-zat berbahaya, ia menggunakan eceng gondok sebagai penyaring. Untuk mengusir tikus, ia menumbuk jengkol, merendamnya dan mengambil saripatinya untuk kemudian disemprotkan di pematang dan lubang-lubang tikus. “Kita tidak perlu membunuh (tikus), biarlah ular sebagai pemangsa alami yang membereskannya, agar ekosistem terjaga” katanya.
Pada awalnya, upaya Ibo menanam padi organik banyak dicibir para petani di kampungnya. Banyaknya cibiran malah melecut semangatnya untuk terus bertani dengan cara ini. Hasilnya, hasil budidaya organik ternyata lebih baik dari sisi waktu dan hasil panen hingga dua kalinya. Dengan hasil panen seperti ini pun masih banyak yang tidak percaya. “Sekarang tugas saya yang lain adalah mengikis penyakit “atuda” (penyangkalan) dan “keheula“ (nanti dulu) para petani untuk beralih ke budidaya organik” katanya sembari tertawa.
Saat ini, caranya bertanam padi organik ditiru banyak petani. Tak hanya di Tasikmalaya juga di berbagai wilayah lain di Indonesia. Petani dari Flores, Bali, Malang Jawa Timur dan Boyolali Jawa Tengah selama seminggu belajar di Sawah Ibo. Sosiolog Imam Prasodjo pun merasa perlu mengundang Ibo ke Purwakarta untuk mengajari petani binaannya di sana.
“Eh Kang, disebut Kribo ini karena rambut Anda memang kribo ya?” tanya saya. “Satu itu, yang kedua, Kribo ini singkatan” jawabnya. “Singkatan apa” tanya saya lagi. ” Kreatif Rakyat Inovatif Budidaya Organik” jawabnya kalem.
Halah …. (*)
Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)